BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Psikologi
adalah ilmun yang mempelajari prilaku manusia dan proses mental. Psikologi
merupakan cabang ilmu yang muda sebab psikologi merupakan bagian ilmu filsafat
tentang jiwa manusia. Menurut plato psikologi merupakan ilmu yang mempelajari
sifat, hakikat, dan hidup jiwa manusia (psyche = jiwa dan logos = ilmu).
Kepribadain adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi
dengan individu lain. Kepribadian sering di dedeskripsikan dalam istilah sifat
yang bisa di ukur yang di tunjukan oleh seseorang.
Kepribadian sering di artikan dengan cirri yang
menonjol pada diri individu serperti orang yang pemalu dikenakan atribut “
berkepribadian pemalu dan kepada orang yang plimplan dan pengecut dan semacam
nya di berikan atribut tidak punya kepribadian. Ruang Lingkupnya mencakup
berbagai proses perilaku yang dapat diamati, seperti gerak tangan, cara
berbicara, perubahan kejiwaan, dan proses yang hanya dapat diartikan sebagai
pikiran dan mimpi. Pernyataan tentang apa hakikat manusia sebenarnya
merupakan pertanyaan kuno. Sepanjang sejarah manusia, pernyataan tentang
hakikat manusia selalu muncul, dan jawaban yang diberikan oleh teori-teori
hanya dapat memuaskan sebagian manusia pada zamannya. Pada generasi
berikutnyaakan muncul teori baru yang mengkritik teori terdahulu dan memberikan
teori yang dianggapnya lebih benar. Begitulah seterusnya hingga sekarang, teori
tentang manusia tetap menarik untuk dibicarakan baik dalam konteks operational.
Manusia :mahkluk budaya (madaniyyun
bi at thob,i).
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Teori Tentang Sumber Kejiwaan Dalam Dakwah
Tidak
bisa di pungkiri bahwa kata kunci pada pembahasan psikologi adalah tentang
jiwa. Psikologi mengandung kata psyche yang dalam bahasa
yunani berarti “jiwa” , dan kata logos yang berarti “ilmu”, sehingga istilah
“ilmu jiwa” merupakan terjemahan belaka dari istilah “psikologi”. Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat,
bahwa sesungguhnya apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan
hanya terbatas pada kebutuhan makan, minum, pakaian, ataupun
kenikmatan-kenikmatan lainnya. Berdasarkan hasil riset dan observasi, bahwa
pada diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan yang bersifat
universal. Kebutuhan ini melebihi kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan mengatasi
kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan
kodrati, berupa keinginan untuk mencinta dan dicintai Tuhan.[1]
Berdasarkan
pengertian diatas, dapat di ketahui manusia ingin mengabdikan dirinya kepada
Tuhan atau sesuatu yang dianggapnya sebagai zat yang mempunyai kekuasaan tinggi
sebagaimana fitrahnya. Keinginan itu terdapat pada setiap kelompok, golongan
atau masyarakat manusia dari yang paling primitif hingga yang paling modern. Dalam pembahasan Sumber jiwa agama menurut para ahli dapat digolongkan menjadi 2
golongan yaitu yang berpandangan monistik dan yang berpandangan fakulty.
a. Menurut Teori Monistik
Menurut teori monistik, yang menjadi
sumber kejiwaan agama itu adalah berasal dari satu sumber kejiwaan. Sumber
tunggal manakah yang paling dominan sebagai sumber jiwa kejiwaan itu? Terhadap
sumber kejiwaan yang dominan itu, dikalangan ahli terjadi perbedaan pendapat:
·
Menurut Thomas van Aquiono
Yang menjadi dasar kejiwaan agama
ialah: Berfikir. Manusia
bertuhan karena manusia menggunakan kemampuan berfikirnya. Kehidupan beragama
merupakan refleksi dari kehidupan berfikir manusia itu sendiri.
·
Menurut Frederick Hegel
Agama
adalah suatu pengalaman yang sungguh-sungguh benar dan tepat kebenaran abadi.
Berdasarkan konsep itu maka agama semata-mata merupakan hal-hal atau persoalan yang berhubungan dengan pikiran.
b. Menurut Teori Fakulti / Faculty Theori
Teori
ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pada suatu
faktor yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur, antara lain yang
dianggap memegang peran penting adalah: fungsi cipta (reason), rasa (emotion),
dan karsa (will).
a.
Fungsi Cipta, yaitu fungsi intelektual manusia.
Melalui cipta orang dapat menilai dan membandingkan serta selanjutnya
memutuskan sesuatu tindakan terhadap stimulus tertentu, termasuk dalam aspek
agama.
b.
Fungsi Rasa, yaitu suatu tenaga dalam jiwa manusia
yang banyak berperan dalam membentuk motivasi dalam corak tingkah laku
seseorang.melalui fungsi rasa dapat menimbulkan penghayatan dalam kehidupan
beragama yang selanjutnya akan memberi makna pada kehidupan beragama.
c.
Karsa itu merupakan fungsi ekslusif dalam jiwa
manusia. Karsa berfungsi mendorong timbulnya pelaksanaan doktrin serta ajaran
agama berdasarkan fungsi kejiwaan.[2]
Dari
pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan dan dipahami dengan lebih
sederhana yaitu :
a.
Cipta, berperan untuk menentukan benar atau tidaknya
ajaran suatu agama berdasarkan pertimbangan intelektual seseorang.
b.
Rasa, menimbulkan sikap batin yang seimbang dan
positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama.
c.
Karsa, menimbulkan amalan-amalan atau doktrin
keagamaan yang benar dan logis.
Diantara ahli
yang tergolong kepada teori Fakulti:
1. G.M. Straton
G.M.
Straton mengemukakan teori “konflik”. Ia mengatakan, bahwa yang menjadi sumber
kejiwaan agama adalah adanya konflik bdalam kejiwaan manusia. Keadaan yang
berlawanan seperti: baik-buruk, moral-im moral, kepasifan-keaktifan, rasa
rendah diri dan rasa harga diri menimbulkan pertentangan (konflik) dalam diri
manusia. Jika konflik itu sudah demikian mencekam manusia dan mempengaruhi
kehidupan kejiwaannya, makas manusia itu mencari pertolongan kepada suatu
kekuasaan yang tertinggi (Tuhan). Seperti Sigmund Freud berpendapat, bahwa
dalam setiap organis terdapat dua konflik kejiwaan seseorang yang mendasar, yaitu:
1.
Life-urge: ialah ke inginan mempertahankan ke
langsungan hidup dari ke adaan yang terdahulu agar terus berlanjut.
2.
Death-urge: ialah keinginan untuk kembali ke dalam
keadaan semula sebagai benda mati ( anorganis).
Selanjutnya,
G.M. Straton berpendapat, konflik yang positif yang tergantung atas adanya
dorongan pokok yang merupakan dorongan dasar (basic-urge) sebagai keadaan yang
menyababkan timbulnya konflik tersebut. Dalam pernerapannya W.H. Clark
berpendapat berdasarkan keinginaan dasar yang di kemukakan oleh Sigmund Freud,
bahwa expresi dari pertentengan antara Death-urge dan Life-urge merupakan
sumber kejiwaan agama dalam diri manusia. Dalam kenyataan kehidupan keagamaan
kita dapat melihat adanya dorongan Life-urge secara positif hingga para pemeluk
agama mengamalkan agamanya dengan penuh keikhlasan dalam hidupnya di dorong
oleh ketakutannya Death-urge (hari kiamat).
2.
W.H Thomas
Melalui teori The Four
Wishes-nya mengemukakan, bahwa yang menjaddi sumber kejiwaan agama adalah empat
macam keinginan dasar yang ada dalam jiwa manusia, yaitu:
1) Keinginan untu
keselamatan (security)
2) Keinginan untuk
mendapatkan penghargaan (recognations)
3) Keinginan untuk di
tanggapi (response)
4) Keinginan akan
pengetahuan atau pengalaman baru ( new experiennce)
Di
dasarkan atas keempat keinginan dasar itulah pada umumnya manusia menganut
agama menurut W.H. Thomas. Dengan mengabdi dan menyembah diri kepada Tuhan,
keinginan untuk keselamatan terpenuhi. Demikian pula keinginan untuk
mendapatkan penghargaan maka ajaran agama mengindoktrinasikan konsep akan
adanya balasan baik setiap amal baik dan buruk. Agama memberi penghargaan
kepada umatnya yang setia dan ikhlas melebihi kaum awam lainnya.[3]
B.
Sumber Kejiwaan Agama Menurut Islam
Di
dalam Al-qur’an sumber jiwa agama dapat ditemukan dalam surat Ar-Rum ayat 30
yang berarti: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah,
tetaplah atas fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Itulah
agama yang lurus, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum:30). Ayat tersebut menyatakan bahwa secara
fitrah, manusia adalah makhluk beragama. Secara naluri manusia pada hakikatnya
selalu meyakini adanya Tuhan Yang Maha Kuasa. Walaupun secara dhohir ada
beberapa golongan yang tidak mengakui adanya Tuhan (atheis), tetapi itu hanya
pernyataan lisan. Secara hakiki ia tetap meyakini adanya kekuatan di luar
kekuatannya yang tidak mungkin dilampaui dan memiliki kekuatan Yang Maha.
Menurut
Nurcholis Majid, agama merupakan fitrah munazal yang diturunkan Allah untuk
menguatkan fitrah yang telah ada secara alami. Dengan fitrah ini manusia
tergerak untuk melakukan kegiatan atau ritual yang diperintahkan oleh Yang Maha
Kuasa, yang berbentuk upacara ritual, kegiatan kemanusiaan, kegiatan berfikir dan lain – lain. Dalam manusia juga terdapat naluri
untuk mencintai dan dicintai Tuhan. Keinginan ini tidak mungkin dapat terpenuhi
kecuali melalui kegiatan beragama. Bahkan naluri ini memiliki porsi yang cukup
besar dalam jajaran naluri yang dimiliki manusia.
Menurut
Quraish Shihab , sumber jiwa agama seseorang bersumber dari penemuan rasa
kebenaran, keindahan d kebaikan. Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
Ketika manusia memperhatikan keindahan alam, maka akan timbul kekaguman.
Kemudian menemukan kebaikan pada alam semesta yang diciptakan untuk manusia.
Kemudian manusia mencari apa yang paling indah, paling benar dan paling baik yang pada akhirnya jawaban dari
pertanyaan tersebut adalah Tuhan.
A. Teori Psikoanalisa
Tokoh dari teori ini adalah Sigmund
Freud. Fokus perhatiannya ditujukan kepada struktur manusia, yakni kepada
totalitas kepribadian manusia, bukan pada bagian-bagiannya yang terpisah.
Menurut teori psikoanalisa, perilaku manusia merupakan hasil interaksi dari
subsistem dalam kepribadian manusia, yaitu Id, Ego, dan Superego.
Manusia dalam teori psikoanalisa disebut sebagai Homo Volens, artinya
manusia berkeingianan, yakni makhlk yang perilakunya digerakkan oleh
keinginan-keinginan yang terpendam.[4]
Penjelasan tentang tiga subsistem kepribadian
manusia menurut teori psikoanalisa ini adalah sebagai berikut:
1) Id.
Id adalah bagian
kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia. Id merupakan
pusat instink, atau pusat hawa nafsu menurut bahasa agama. Menurut Freund, ada
dua instink yang dominan pada subsistem id ini, yaitu libido dan thanatos.
a. Libido.
Libido merupakan instink reproduktif yang menyediakan energi
dasar untuk kegiatan-kegiatan manusia yang konstruktif, seperti seks dan hal
–hal lain yang mendatangkan kenikmatan , termasuk kasih ibu, pemujaan kepada
tuhan dan cinta diri( narcisisme). Tingkah laku manusia memakai baju, menyisir
rambut dan lain sebagainya, menurut teori ini adalah karena dorongan seks.
Bahkan mengapa pemuda kuliah di perguruan tinggi adalah juga karena dorongan libido
seks, yakni agar status sosialnya tinggi dan dengan begitu peluang mencari
istri lebih mudah . libido juga disebut instink kehidupan(Eros).
b. Thanatos
Thanatos adalah instink destruktif dan agresif.
Dorongan-dorongan untuk melawan dan merusak bersumber dari instink ini.
Motif-motif manusia kehidupan dan instink kematian.Id seperti halnya
hawa nafsu ingin segera memenuhi kebutuhan-kebutuhannya yang bersifat
kesenangan. Id memang bergerak berdasarkan prinsip kesenagan (pleasure
princple). Karena prinsip-prinsip kesenangan yang selalu ingin dipuaskan
itulah maka Id sifatnya egois, tidak bermoral dan tidak peduli terhadap
realitas. Id adalah tabiat hewani manusia.
2. Ego
Ketika seorang pemuda terserempet mobil ugal-ugalan, maka id nya (baca: hawa
nafsu) ingin memukul kepada sopir yang kurang ajar itu. Tetapi ketika diketahui
sopir ugal-ugalan itu ternyata anak yang selama ini menolong membiayai studi
anak muda itu maka ketika itu ego bekerja menjembatani nafsu yang tidak
bermoral dan tidak peduli terhadap orang yang sudah dikenal akan berakibat
serius di belakang jembatani tuntutan id dengan realitas di dunia luar .
Ego menjadi penengah antara dorongan-dorongan hewani manusia dengan
pertimbangan-pertimbangan rasional sesuai dengan realitas yang dihadapinya.
3. Superego.
Subsisitem yang ketiga ini dapat dikatakan mewakili hal-hal yang ideal. Superego
menyerap norma-norma sosial dan kultural masyarakat. Ia bukan hanya rasioanal
tapi juga atas prinsip-prinsip nilai dan sebagai pengawas kepribadian.
Jika suatu ketika ego seseorang menuntut untuk menikahi seseorang gadis karena
lamaran sudah diterima dan ia mampu untuk itu, tetapi di sisi lain orang itu
bahwa gadis itu telah memiliki kekasih yang sangat dicintainya dan bahwa ia
hanya terpaksa menuruti kemauan ayahnya yang mata duitan , maka superego
akan menekan hasrat ego ke alam bawah sadar. Meski dengan kekuasaan
seseorang akan merasa mampu mengatur perkawinan, tetapi hati nuraninya tidak
sanggup menzalimi dua orang yang sedang berkasih-kasihan. Jika ia memaksa diri
menikahi gadis itu tetapi kemudian sang gadis bunuh diri, maka ia akan merasa
dihukum superego dengan penyesalan dan perasaan bersalah. Menurut
freund, ego terkadang kepada superego. Baik id maupun superego
berada di alam bawah sadar manusia, Ego-lah yang berada di tengah, yaitu antara
memenuhi tuntutan moral (hati nurani atau superego).
Jadi, menurut teori psikoanalisa,
tingkah laku manusia itu sebenarnya merupakan interaksi antara tiga
subsistem itu, yaitu komponen biologis(ego) dan komponen sosial (superego)
, antara unsur hewani, akali dan nilai atau moral.
B. Teori Behaviorisme
Jika psikoanalisa memfokuskan perhatiannya pada totalitas kepribadian, yakni
apa yang ada dibalik tingkah laku manusia( yang tidak tampak), maka teori
psikologi behaviorisme memfokuskan perhatiannya pada perilaku yang nampak
saja, yakni perilaku yang dapat diukur, diramal dan dilukiskan . jadi, nampak
sekali bahwa behaviorisme merupakan reaksi terhadap teori psikoanalisme.
Manusia, oleh teori behaviorisme disebut homo mechanicus, artinya
manusia mesin. Mesi adalah suatu benda yang bekerja tanpa ada motif di
belakangnya. Mesin berjalan karena tidak adanya dorongan alam bawah sadar
tertentu, ia berjalan semata-mata karena pasti tidak hidup, jika businya kotor
juga mesinnya mati, jika unsur-unsur lingkungannya lengkap pasti berjalan
lancar. Tingkah laku mesin dapat diukur , diramal dan diukiskan. Manusia,
menurut teori behaviorisme juga demikian. Selain instink, seluruh
tingkah lakunya merupakan hasil belajar. Belajar ialah perubahab prilaku
organisme sebagai pengaruh lingkungan. Orang batak yang hidupnya di pinggir
pantai laut bicaranya selalu keras, karena lingkungan menuntut untuk keras,
yakni bersaing dengan suara ombak, sedangkan orang jawa yang hidupnya
diperkampungan yang lengang, bicaranya seperti bisik-bisik pun sudah terdengar.
Behaviorisme tidak mempersoalkan apakah manusia itu baik atau jelek,
rasionil atau emosionil. Behaviorisme ingin mengetahui bangaimana perilaku
manusia dikendalikan oleh lingkungan. Manusia dalam pandangan teori
behaviorisme adalah makhluk yang sangat plastis, yang perilakunya sangat
dipengaruhi oleh pengalaman nya. Manusia menurut teori ini dapat dibentuk
dengan menciptakan lingkungan yang relavan. Seorang anak misalnya dapat
dibentuk perilakunya menjadi seorang penakut jika secara sistematis ia
ditakutt-takuti. Demikian juga manusia dapat dibentuk menjadi pemberani,
disiplin, cerdas, dungu dan sebagainya dengan menciptakan lingkungan yang
relavan.
Dalam teori ini manusia dipandang sangat rapuh tak berdaya menghadapi
lingkungan. Ia dibentuk begitu saja oleh lingkungan tanpa mampu melakukan
perlawanan. Aristoteles , yang di anggap sebagai cikal bakal teori
behaviorisme memperkenalkan teori tabula rasa, yakni bahwa manusia
itu ubahnya meja lilin yang siap dilukis dengan tulisan apa saja. Jika kita
berpegang kepada kepada teori ini maka kita dapat mengatakan bahwa mahasiswa
dapat universitasnya, dan untuk itu kurikulum serta alat-alat stimulasi bisa
dirancang.
Sudah barang tentu teori ini banyak juga yang mengkritik karena teori ini tidak
dapat menjawab fenomena perilaku yang hanya bisa diuraikan dengan motif,
misalnya bangaimna seseorang raja muda yang justru meninggalkan tahta hanya
untuk hidup bersufi-sufi, ( sidarta gautama , atau ibrahim bin adham),
atau para pendaki gunung yang mempertaruhkan nyawanya, atau pejuang yang
melakukan serangan kamikaze (bunuh diri) dengan meledakkan dirinya
bersama bom yang di bawanya.
C. Teori Psikologi Kognitif
Jika behaviorisme memandang manusia sebagai makhluk yang bersikap pasif
terhadap lingkungan, maka psikoligi kognitif menempatkan manusia sebagai
makhluknyang bereaksi secara aktif terhadap lingkungan, yakni dengan cara
berpikir. Manusia berusaha memahami lingkungan yang dihadapinya dan meresponnya
dengan pikiran yang dimilikinya. Oleh karena itu, maka manusia menurut teori
kognitif ini disebut sebangai homo sapiens, yakni manusia yang berpikir.
Pusat perhatian teori kognitif adalah pada bagaimna manusia memberi
makna kepada stimuli. Orang yang selalu di takut-takuti, misalnya tidak
mesti menjadi penakut seperti yang menakutkan itu harus dilawan. Ia pu mungkin
berpikir bahwa ingin membalik keadaan justru ingin membuat takut kepada orang
yang suka menakut-nakuti. [5]
Jadi, menurut teori ini, manusia tidak secara otomatis memberikan respon kepada
stimuli, tidak otomatis takut jika ada orang yang senyum kepadanya,
tidak otomatiis patuh , bahwa orang yang menakut-nakuti itu memang orangnya
kuat, apakah senyuman itu senyuman kasuh sayang atau senyuman gombal, apakah
perintah atasan itu pantas dikerjakan atau tidak, dan sebagainya. Jadi, secara
psikologis manusia adalah organisme yang aktif menafsirkan, bahkan mendistorsi
lingkungan.
Jika seseorang mendengar suara”ana” , mungkin saja ia menafsirkannya dengan ada
(bahasa jawa), atau aku (bahasa arab), atau anak (dialek
semarang), atau nama kepala SD assyafiiyyah ( Buk Anna). Jika anda
melihat tulisan II, boleh jadi menafsirkan nya dengan dua huruf i, atau dua
rumawi, atau dua tiang yang berdiri sejajar. Dalam pandangan teori kognitif,
manusialah yang menjadi pemberi makna terhadap stimuli, manusialah yang
menjadi pemberi makna terhadap stimuli, bukan stimuli itu sendiri. Words
don’t mean, people mean, “ kata-kata tak mempunyai arti apa-apa, manusialah
yang memberi arti”, demikian kata ahli komunikasi.
D. Teori Psikologi Humanistik
Jika teori psikologi dan behaviorisme kurang menghargai manusia,
karena dalam psikoanalisa, manusia dipandang hanya melayani keiginan bawah
sadarnya, behaviorisme memandang manusia sebagai makhluk yang takluk kepada
lingkungan, maka psikologi humanistik memandang manusia sebagai
eksistensi yang positif dan menentukan. Manusia dipandang sebagai makhluk yang
unik yang memiliki cinta, kreativitas, nilai dan makna dan makna serta
pertumbuhan pribadi. Pusat perhatian teori humanisme, adalah pada makna
kehidupan, dan masalah ini dalam psikologi humanistik disebut sebagai homo
ludens, yaitu manusia yang mengerti makna kehidupan.
Menurut teori psikologi humanistik ini, setiap manusia hidup dalam dunia
pengalaman yang bersifat pribadi (unik) , dan kehidupannya berpusat pada
dirinya itu. Perilaku manusia bukan dikendalikan oleh keinginan bawah sadarnya(
seperti teori psikoanalisaa), bukan pula tunduk kepada lingkungannya (
seperti teori behaviorisme) , tetapi berpusat pada konsep diri, yaitu
pandangan atau persepsi orang terhadap dirinya yang berubah-ubah dan fleksibel
sesuai dengan pengalaman nya dengan orang lain. Seorang penjahat yang merasa
hebat karena nekad dalam perbuatan jahatnya misalnya, karena
pengalamannya dengan orang lain. Dengan jagoan lain yang lebih hebat tetapi
baik perilakunya , dapat saja ia menemukan makna kehidupan, dan kemudian
memiliki konsep diri bahwa ia pasti dapat mengubah dirinya menjadi orang baik.
Psikologi humanistik memandang positif manusia.menurut teori ini,
manusia selalu berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas dirinya.
Manusia juga cenderung ingin selalu mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan
yang bermakna. Setiap individu bereaksi terhadap situasi yang dihdapinya(stimuli)
sesuai dengan konsep diri yang dimilikinya, dan dunia di mana ia hidup.
Kecendrungan bathianiah manusia selalu menuju kepada kesehatan dan keutuhan
diri. Jadi, dalam keadaan normal, manusia cenderung berperilaku rasional dan
membangun ( konstruktif). Ia juga cenderung memilih jalan ( pekerjaan, karier,
atas jalan hidup) yang mendukung pengembangan dan aktualisasi dirinya.
Dalam kehidupan keseharian, terkadang kita jumpai seorang gadis dari keluarga
kaya, tapi justru memilih menjadi guru SD di kampung terpencil, seorang
mahasiswa yang cerdas tapi justru aktif dalam kegiatan sosial di daerah kumuh
sampai studinya tertinggal oleh kwan-kawanya yang kurang cerdas, seorang
pengusaha sukses yang kemudian lebih senang menjadi da’i dan sebagainya.
Fenomena itu dipandang positif oleh teori humanistik, apa yang mungkin
dipandang tak lebih sekadar mengikuti dorongan libido dan teori psikoanalisa,
atau sekadar terbawa arus oleh teori behaviorisme.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sumber jiwa
agama menurut ahli dibagi dua:
o
Teori monistik: bahwa sumber jiwa agama berasal dari
sesuatu yang tunggal yang dapat berupa rasa ketergantungan, akal, libido sexuli
dll.
o
Teori fakulty: bahwa sumber jiwa agama berasal dari
beberapa unsur terutama cipta, rasa,
karsa.
2. Sumber jiwa agama menurut Islam berasal dari fitrah
manusia yang berasal dari Allah
3. Fitrah diartikan sebagai suci, bertauhid, ikhlas,
insting, atau tabiat.
Manusia
dalam teori psikoanalisa disebut sebagai Homo Volens, artinya manusia
berkeinginan, yakni makhluk yang perilakunya digerakkan oleh
keinginan-keinginan yang terpendam dan kepribadian yang menyimpan
dorongan-dorongan biologis manusia. Manusia menurut behaviorisme disebut
sebagai homo Mechanicus, artinya manusia mesin. Mesin adalah suatu benda
yang berkerja tanpa ada motif dibelakangnya. Mesin berjalan tidak karena adanya
dorongan alam bawah sadar tertentu, ia berjalan semata-mata karena lingkungan
sistemnya. Manusia menurut teori kognitif ini disebut sebagai Homo Sapiens, yakni
manusia yang berfikir. Pusat perhatian teori kognitif adalah bagaimana manusia
memberi makna kepada stimuli. Jika teori psikologi dan behaviorisme
kurang menghargai manusia, karena dalam psikoanalisa, manusia dipandang hanya
melayani keiginan bawah sadarnya, behaviorisme memandang manusia sebagai
makhluk yang takluk kepada lingkungan, maka psikologi humanistik
memandang manusia sebagai eksistensi yang positif dan menentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin, Psikologi Agama,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004
Koswara, E.Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Eresco,
1991
Mubarok
Ahamad, Psikologi Dakwah, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2008
Arifin, M.
Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Bumi Aksara: Jakarta. 1990
![]() |
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق