الأحد، نوفمبر 18

definisi akhlak

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ajaran akhlak dalam Islam berumber dari wahyu Illahi yang termasuk dalam Al-quran dan sunnah. Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak untuk memperoleh kebahagian di dunia ini dan di akhirat kelak. Dalam keseluruhan ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting.
Di dalam Alquran saja banyak ayat-ayat yang membicarakan masalah akhlak . belum lagi dengan hadits-hadits Nabi, baik perkataan maupun perbuatan, yang memberikan pedoman akhlak yang mulia dalam keseluruhan aspek kehidupan. Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang harus disesuaikan dengan suatu kondisi dan situasi, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak, nilai-nilai baik dan buruk, terpuji dan tercela berlaku kapan saja, dimana saja dalam segala aspek kehidupan tidak di batasi oleh ruang dan waktu.
Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan fitrah manusia. Manusia akan mendapatkan kebahagiaan hakiki bukan semu bila mengikuti nilai-nilai kebaikan yang di ajarkan oleh Alquran dan Sunnah, dua sumber akhlak dalam Islam. Akhlak Islam benar-benar memelikhara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormay sesuai dengan fitrahnya itu. Hati nurani / fitrah dalam bahasa Alquran memang dapat menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki fitrah bertauhid, mengakui keesaanNya. (QS Ar-Rum :30)
Karena fitrah itulah manusia kepada kesucian dan selalu cenderung kepada kebenaran. Hati nuraninya selalu mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin mengikuti ajaran-ajaran Tuhan, karena kebesaran itu tidak akan di dapat kecuali dengan Allah sebagai sumber kebenaran mutlak. Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar, misalnya pengaruh pendidikan dan lingkungan. Fitrah hanyalah merupakan potensi dasar yang perlu dipelihara dan dikembangkan.
Banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat lagi melihat kebenaran, oleh sebab itu ukuran baik dan buruk tidak di serahkan sepenuhnya hanya kepada hati nurani / fitrah manusia semata, harus dikembalikan kepada penilaian syara’ yaitu Alquran dan Hadits. Semua keputusan syara’ tidak akan bertentangan dengan hati nurani manusia, karena kudua-duanya berasal dari sumber yang sama yauti Allah SWT.
Demikian juga halnya dengan akal pikiran. Ia hanya lah salah satu kekuatan yang dimilki manusia untuk mencari kebaikan / keburukan . Dan keputusannya bermula dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut kemampuan pengetahuannya, oleh karena itu keputusan yang diberikan akal hanya bersifat spekulatif dan subjektif. Demikanlah tentang hati nurani dan akal pikiran.
Di samping istilah akhlak juga di kenal istilah etika dan moral. Ketiga istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia. Perbedaanya terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak standarnya adalah Alquran dan Sunnah, bagi etika standarnya pertimbangan akal pikiran, dan bagi moral standarnya adalah adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini rumusan masalah yang akan d kaji diantaranya:
1. Bagaimana pengertian akhlak?
2. Bagaimanakah hubungan akhlak dan tingkah laku?
3. Apa saja dan bagaiman pembagian akhlak?
4. Bagaimanakah kedudukan Akhlakul Karimah?



BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AKHLAK
Secara etimologi akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabi’at. Sinonim kta akhlak adalah budi pekerti, tata krama, sopan santun, moral dan etic.
Sedangkan akhlak menurut istilah sebagaimana di ungkapkan oleh Imam Al-Ghazali adalah sebagai berikut: akhlak adalah suatu bentuk (naluri asli) dalam jiwa seorang manusiayang dapat melahirkan suatu tindakan dan kelakuan dengan mudah dan sopan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Apabila naluri tersebut melahirkan suatu tindakan dan kelakuan yang baik dan terpuji menurut akal dan agama, maka disebut budi pekerti yang baik. Namun sebaliknya bila melahirkan tindakan dan kelakuan yang jahat maka disebut budi pekerti yang buruk.
Yang di maksud melahirkan tindakan dan kelakuan  ialah suatu yang dijelmakan anggota lahir manusia, misalnya tangan, mulut, demikian juga yang dilahirkan oleh anggota bathin yakni hati yang tidak dibuat-buat. Kalau kebiasaan yang tidak dibuat-buat itu baik disebut akhlak yang baik dan kalau kebiasaan yang buruk disebut akhlak yang buruk.
Jadi dapat kita simpulkan awal perbuatan yang itu lahir malalui kebiasaan yang mudah tanpa adanya pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. contohnya jika seseorang memaksakan dirinya untuk mendermakan katanya / menahan amarahnya dengan terpaksa , maka orang yang semacam ini belum disebut dermawan / orang yang sabar. Seseorang yang memberikan pertolongan kepada orang lain belumlah dapat dikatakan ia seorang yang berakhlak baik.
Apabila ia melakukan hal tersebut karena dorongan oleh hati yang tulus, akhlas, dari rasa kebaikannya / kasihannya sesama manusia maka ia dapat dikatakan berakhlak dan berbudi pekerti yang baik. Jadi akhlak adalah masalah kejiwaan, bukan masalah perbuatan, sedangkan yang tampak berupa perbuatan itu sudah tanda / gejala akhlak.
Sedangkan akhlak menurut Ibrahim Anis adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa yang dengannya malahirkan macam-macam perbuatan baik / buruk tampa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Dan menurut Abdul Karim Zaidan akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatan baik / burk untuk kemudian memilih melakukan / meninggalkannya.
Dari beberapa pengertian tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa akhlak / khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran / pertimbangan terlebih dahulu serta tidak memerlukan dorongan dari luar.
Sifat spontanitas dari akhlak tersebut ccontohnya adalah apabila ada seseorang yang menyumbang dalam jumlah besar untuk pembangunan mesjid setelah mendapat dorongan dari seorang da’i (yang mengemukakan ayat-ayat dan hadist-hadist tentang keutamaan membangun mesjid di dunia), maka orang tadi belum bisa dikatakan mempunyai sifat pemurah, karena kemurahannya itu lahir setelah mendapat dorongan dari luar dan belum tentu muncul lagi pada kesempatan yang lain.

B. PENGETIAN TASAWUF
Arti tasawuf dan asal katanya menurut logat sebagaimana tersebut dalam buku Mempertajam Mata Hati (dalam melihat Allah). Menurut Syekh Ahmad ibn Athaillah yang diterjemahkan oleh Abu Jihaduddin Rafqi al-Hānif :
Berasal dari kata suffah (صفة)= segolongan sahabat-sahabat Nabi yang menyisihkan dirinya di serambi masjid Nabawi, karena di serambi itu para sahabat selalu duduk bersama-sama Rasulullah untuk mendengarkan fatwa-fatwa beliau untuk disampaikan kepada orang lain yang belum menerima fatwa itu.
Berasal dari kata sūfatun (صوفة)= bulu binatang, sebab orang yang memasuki tasawuf itu memakai baju dari bulu binatang dan tidak senang memakai pakaian yang indah-indah sebagaimana yang dipakai oleh kebanyakan orang.
Berasal dari kata sūuf al sufa’ (صوفة الصفا)= bulu yang terlembut, dengan dimaksud bahwa orang sufi itu bersifat lembut-lembut.
Berasal dari kata safa’ (صفا)= suci bersih, lawan kotor. Karena orang-orang yang mengamalkan tasawuf itu, selalu suci bersih lahir dan bathin dan selalu meninggalkan perbuatan-perbuatan yang kotor yang dapat menyebabkan kemurkaan Allah.
Pendapat tersebut di atas menjadi khilaf (perbedaan pendapat) para ulama, bahkan ada pendapat tidak menerima arti tasawuf dari makna logat atau asal kata. Menurut al-Syekh Abd. Wahid Yahya berkata: Banyak perbedaan pendapat mengenai kata”sufi” dan telah ditetapkan ketentuan yang bermacam-macam, tanpa ada satu pendapat yang lebih utama dari pendapat lainnya kerena semua itu bisa diterima.
Pada hakekatnya, itu merupakan penamaan simbolis. Jika diinginkan keterangan selanjutnya, maka haruslah kembali pada jumlah bilangan pada huruf-hurufnya adalah sesuatu yang menakjubkan jika diperhatikan bahwa jumlah dari huruf sufi sama dengan jumlah“al-Hakim al-Ilahi”, maka seorang sufi yang hakiki ialah orang yang sudah mencapai hikmah Ilahi yaitu orang arif dengan Allah, karena pada hakekatnya bahwa Allah tidak dapat dikenal melainkan dengan-Nya (dengan pertolongan-Nya)
Dengan pendapat para ahli tasawuf tentang arti tasawuf menurut bahasa tersebut di atas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa nama-nama dan istilah menurut bahasa adalah arti simbolik yang bermakna kebersihan dan kesucian untuk senantisa berhubungan dengan Allah. Untuk mencapai tingkat ma’rifat untuk menjadi manusia yang berkualitas lagi kamil.
Dari sekian banyak defenisi yang ditampilkan oleh para ahli tentang tasawuf, sangat sulit mendefenisikannya secara lengkap karena masing-masing ahli mendefenisikan tasawuf hanya dapat menyentuh salah satu sudutnya saja, sebagaimana dikemukakan oleh Anne Marie Schimmel, seorang sejarahwan dan dosen tasawuf pada Harvard University sebagai contoh apa yang telah didefenisikan oleh Syekh al-Imam al-Qusyairi dalam kitabnya Risālah al-Qusyairiyyah
المراعون انفاسهم مع الله تعالي الحافظون قلوبهم عن طوارق الغفلة باسم التصوف
‘Orang-orang yang senantiasa mengawasi nafasnya bersamaan dengan Allah Ta’ala. Orang-orang yang senantiasa memelihara hati atau qalbunya dari berbuat lalai dan lupa kepada Allah dengan cara tersebut di atas dinamakan tasawuf.
C. MACAM-MACAM ALIRAN TASAWUF
a) Tasawuf Akhlaqi
Menurut Amin Syukur, ada dua aliran dalam tasawuf, pertama aliran tasawuf sunni yaitu bentuk tasawuf yang memagari dirinya dengan Al-Qur'an dan Al-Hadits secara ketat, serat mengaitkan akhwal (keadaan), maqomat (tingkat kesadaran rohani) mereka pada pada dua sumber tersaebut. Kedua aliran tasawuf falsafi yaitu memahami tasawuf berdasarkan dalil naqli (Alqur'an dan Assunah) dan masih menggunakan alat Bantu aqli filsafati .
Berikut ni adalah contoh para sufi beserta ajarannya yang termasuk dalam tasawuf akhlaqi.
1) Hasan Al-Bashri
Nama lengkapnya hasan al-bashri adalah Abu sa'id al hasan bin yasar. Ia adalah seorang yang masyhur dikalangan tabi'in, ia lahir di madinah pada tahun 21 H/632 M dan wafat pada tahun 110 H/ 728 M.
Abu Naim Al-Ashbahani menyimpulkan pandangan tasawuf hasan al bashri sebagai berikut, " takut (khouf) dan pengharapan (raja') tidak akan dirundung kemuraman dan keluhan,tidak pernah tidur senang karena selalu mengingat Allah. "Pandangan tasawufnya yang lain adalah anjuran kepada setiap orang untuk senantiasa bersedihhati dan takut kalau tidak mampu melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Sa'roni berkata, "demikian takutnya sehingga seakan-akan ia merasa bahwa neraka itu hanya dijadikan untuknya (hasan al-basri) .
2) Al-Muhasibi
Al-haris bin Asad Al Muhasibi, beliau lahir pada tahun 165 H di Bashroh, wafat pada tahun 243 H/857 M. Beliau menempuh jalan tasawuf karena hendak keluar dari keraguan yang dihadapinya tatkala ia mengamati madzhab-madzhab yang dianut umat Islam, ada sekelompok orang yang tahu tentang keakhiratan. Sbagian besar dari mereka adalah orang-orang yang mencari ilmu karana kesombongan yang motivasi tentang keduniaan. Pandangan al muhasibi tentang ma'rifat sangatlah berhati-hati terutama dalam menjelaskan batasan agama dan tidak mendalami batin agama yanf dapat mengaburkan pengertian lahirnya dan menyebabkan keraguan.
Dalam ajaran Al-Muhasibi, khauf dan roja' menempati posisi penting dalam perjalanan seorang membersihkan jiwa, beliau jaga mengatakan bahwa khauf dan roja' dapat dilakukan sempurna bila berpegang teguh pada Al-quran dan As-sunnah, dan al muhasibi mengatakan bahwa ma'rifat harus ditempuh melalui jalan tasawuf yang mendasarkan pada kitab dan sunnah .
3) Al-Quroisyi
Nama lengkap Al-quroisyi adalah 'abdul karim bin hawazin lahir tahun 376 di istiwa,kawasan Nisyafu yang merupakan salih satu pusat ilmu pengetahuan pada massanya. Beliu juga orang yang mampu mengompromikan syari'at dengan hakikat, beliu wafat tahun 465 H.
Seandainya karya Al-quroisyi dikaji secara mendalam akan tampak jelas bagaimana Al-quroisyi cenderung mengembalikan tasawuf ke landasan doktrin-doktrin ahlus Sunnah yaitu dengan mengikuti para sufi sunni abad ketiga dan keempat hijriyah.
Ma'rifat menurut Al-quroisyi adalah seorang yang sudah mengenal Allah dan pengamalannya itu sudah pada keyakinan yang kuat .
4) Al-Ghozali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ta'us Ath-Thusi Asy-Syafi'i Al-Ghozali.beliau dilahirkan di khurrosan,Iran pada tahun 450 H/1058 M, dan menghebuskan nafasnya pada tanggal 19 Desember 1111 Masehi.
Didalam tasawufnya, Al-Ghozali memilih tasawuf sunni yang berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah Nabi ditambah dengan doktrin Ahlus Sunnah Wal Jama'ah.
Menurut Al-Ghozali, jalan menuju tasawuf dapat dicapai dengan cara mematahkan hambatan-hambatan jiwa, serta membersihkan diri dari moral yang tercela, sehingga kalbu terlepas dari segala sesuatu selain Allah dan selalu mengingat Allah .

b) Tasawuf 'Irfani
Untuk menemukan pengenalan (ma'rifat) seorang sufi harus melalui beberapa fase yang dikenal dengan maqom (tingkatan) dan hal (keadaan).lingkup perjalanan menuju Allah ini dalam kalangan sufi sering disebut sebagai karangan 'Irfani.
Berikut ini adalah contoh para sufi beserta ajarannya yang termasuk dalam tasawuf 'Irfani .
1) Robi'ah Al-Adawiah
Nama lengakap Robi'ah Al-Adawiah bin isma'il Al-Adawiah Al-Bashriyah Al-qoisiah.ia diperkirakan lahir pada tahun 95 H/713 M disuatu perkampungan dekat kota bashroh (irak) dan wafat di kota itu pada tahun 185 H/801 M. beliau dilahirkan sebagai putri keempat dari keluarga yang sangat miskin.
Ajaran tasawuf yang dibawanya dikenal dengan istilah Al-Mahabbah. Paham ini merupakan kelanjuatan zuhud yang dikembangkan oleh Hasan Al-Bashri, yaitu takut dan pengharapan dinaikkan oleh Robi'ah menjadi zuhud karena cinta yang suci murni itu lebih tinggi dari pada takut dan pengharapan .
2) Dzun Al-Nun Al-Mishri
Nama lengkapnya Abu Al-faidh Tsauban Bin Ibrohim .Ia dilahirkan di Ikhmim, dataran tinggi mesir, pada tahun 180 H/796 M. Dan wafat pada tahun 246 H/856 M. Dzun Al-Nun Al-Mishri adalah nama julukan bagi seorang sufi yang tinggal di sekitar pertengahan abad ketiga Hijriyah.
Sesungguhnya ma'rifat hakiki bukanlah ilmu tentang keesaan Tuhan, sebagai yang dipercayai orang mukmin, bukan pula ilmu-ilmu burhan dan nazhar milik para hakim, mutakalimin, dan ahli balaghah tetapi ma'rifat kepada tuhan yang khusus di miliki oleh para wali Allah. Ma'rifat sebenarnya adalah bahwa Allah menyinari hatimu dengan cahaya ma'rifat yang murni seperti matahari tak dapat dilihat kecuali dengan cahayanya .
3) Abu Yazid Al-Bustami
Nama lengkapnya adalah Abu Yazid Thaifur bin Isa bin Surusyan Al-bustami, lahir di daerah Bustam (Persia) tahun 874-947 M. Nama kecilnya At-Taifur.
Ajaran tasawuf terpenting Abu Yazid adalah fana' dan baqa'. Dari segi bahasa fana' berasal dari kata faniya yang berarti musnah atau lenyap. Dalam istilah tasawuf, adakalanya diartikan sebagai kaadaan moral yang luhur. Pencapaian Abu Yazid ketahap fana' dapat dicapai setelah meninggalkan segala keinginan selain keinginan kepada Allah seperti tampak dalam ceritanya.
Adapun baqa', berasal dari kata baqiya. Arti dari segi bahasa adalah tetap, sedangkan berdasarkan istilah tasawuf berari mendirikan sifat-sifat terpuji kepada Allah .
4) Abu Mansyur Al-Hallaj
Nama lengkap beliau adalah Abu AL-Maghist Al-Husain bin Mansur bin Muhammad Al-Baidhawi, lahir di Baida, sebuah kota kecil di wilayah Persia, pada tahun 244H / 855M. Dan beliau wafat pada tahun 922M.
Ajaran tasawuf beliau adalah Al-Hulul dan Al-Wujud. Al-Hallaj memeng pernah mengaku bersatu dengan tuhan (Hulul). Kata hulul berdasarkan pengertian bahasa, berarti menempati suatu tempat. Adapun menurut istilah ahli tasawuf berarti paham yang mengatakan bahwa tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat didalamnya setelah sifat-sifat kemanusian yang ada didalamnya yang ada didalam tubuh itu dilenyapkan .


c) Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi adalah sebuah konsep ajaran tasawuf yang mengenal tuhan (ma'rifat)dengan pendekatan rasio (filsafat) hingga menuju ketingkatan yang lebih tinggi, bukan hanya mengenal tuhann saja melainkan yang lebi tinggio dari ituyaitu wahdatul wujud (kesatuan wujud). Bias juga dikatakan tasawuf filsafi yaitu tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat . Menurut At-Taftazani ciri umum tasawuf falsafi adalah ajarannya yang samara-samar akibat banyaknya istilah khusus yang hanya dapat difahami oleh mereka yang memahami tasawuf jenis ini.
Berikut ini adalah contoh para sufi beserta ajarannya yang termasuk dalam tasawuf falsafi.
1) Ibnu 'Arobi
Nama lengkap ibnu 'arobi adalah Muhammad bin Ali bin Ahmad bin 'Abdullah At-Tha'i Al-Haitami.ia lahir di Murcia,Andalusia tenggara, Spanyol, tahun 560 H, Ia dari keluarga berpangkat hartawan dan ilmuan. Beliau diberi gelar muhyiddin dan lebih dikenal dengan nama ibnu 'Arobi.
Ajaran sentral ibnu 'Arobi adalah tentang wahdat al wujud (kesatuan wujud).meskipun demikian, istilah wahdat al wujud yang dipakai untuk menyebut ajaran sentralnya itu,tidaklah berasal dari dia, tetapi berasal dari ibnu taimiyah, tokoh yang paling keras mengecam dan mengkritik ajaran sentralnya tersebut. Ibnu taimiyah menilai bahwa ajaran sentral ibnu 'Arobi itu adalah dari aspek tasbihnya (penyerupaan kholiq dengan makhluq) saja.
Meurut Ibnu 'Arobi wujud semua yang ada ini ahnyakah satu dan pada hakikatnya wujud makhluk adalah wujud kholiq pula. Selanjutnya Ibnu 'Arobi menjelaskan hububngan tuhan degan alam. Menurutnya alam ini adalah bayangan tuhan atau bayangan wujud yang hakiki .
2) Al-Jilli
Nama lengkapnya adalah 'Abdul karim bin ibrohim Al–Jilli. Ia lahir pada tahun 1365 M. Nama Al-jilli diambil dari tempat kelahirannya di Ghilan.ia adalah seorang sufi yang terkenal dari Bagdad.
Ajaran tasawuf Al-jili yang terpenting adalah paham insan kamil (manusia senpurna). Dan dapat dikatakan bahwa Adam dilihat dari sisi penciptaannya merupakan salah seorang insan kamil denganb segala kesempurnaannya sebab pada dirinya terdapat sifat dan nama Illahiyah.
Al-Jilli berpendapat bahwa sifat dan nama Illahiyah pada dasarnya merupakan milik insan kamil sebagai suatu kemestian yang inheren denagn esensinya. Hal itu karena sifat dan nama tersebut tidak memiliki tempat berwujud, melainkan pada insan kami .
3) Ibnu Sab'in
Nama lengkap ibnu sab'in adalah abdul haq bin ibrohim Muhammad bin nashr,seorang sufi juga seorang filosof dari Andalusia. Ia dilahirkan tahun 614 H.(1217-1218 M.) di kawasan Murcia.
Ibnu Sab'in adalah seorang pengasas sebuah paham dalam kalangan tasawuf filosofis,yang dikenal dengan paham kesatuan mutlaq.hal ini karena paham ini berbeda dari paham paham tasawuf yang memberi ruang lingkup Pada pendapat pendapat tentang hal yang mungkin dalam suatu bentuk.
Dalam Paham ini ia menempatkan ketuhanan pada tempat pertama. Wujud Allah menurutnya adalah asal segala pada masa lalu, masa kini atau masa depan .
4) Ibnu Masarroh
Nama lengkap ibnu masarroh adalah muhammadd bin 'Adullah bin masarroh (269-319 H). beliaau adalah seorang sufi juga seorang filosof dari Andalusia.
Diantara ajaran ibnu masarroh adal;ah sebagai berikut:
a. jalan menuju keselamatan adalah menyucikan jiwa, zuhud dan mahabbah yang merupakan asal dari kesemua kejadian.
b. Dengan penakwilan ala philun atau aliran islamiyah terhadap ayat- ayat Al-Quran.
c. Sikasa neraka bukanlah bukan bentuk hakikatnya.

D. PENGERTIAN AKHLAK MAHMUDAH DAN MAZMUMAH AKHLAK BESERTA CONTOHNYA
1. Akhlak Mahmudah
Keimanan sering disalahpahami dengan 'percaya', keimanan dalam Islam diawali dengan usaha-usaha memahami kejadian dan kondisi alam sehingga timbul dari sana pengetahuan akan adanya Yang Mengatur alam semesta ini, dari pengetahuan tersebut kemudian akal akan berusaha memahami esensi dari pengetahuan yang didapatkan. Keimanan dalam ajaran Islam tidak sama dengan dogma atau persangkaan tapi harus melalui ilmu dan pemahaman.
Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu berakhlak terpuji. Allah sangat menyukai hambanya yang mempunyai akhlak terpuji. Akhlak terpuji dalam islam disebut sebagai akhlak mahmudah. Beberapa contoh akhlak terpuji antara lain adalah bersikap jujur, bertanggung jawab, amanah, baik hati, tawadhu, istiqomah dll. Sebagai umat islam kita mempunyai suri-tauladan yang perlu untuk dicontoh atau diikuti yaitu Nabi Muhammad SAW. Ia adalah sebaik-baik manusia yang berakhlak sempurna. Ketika Aisyah ditanya bagaimana akhlak rasul, maka ia menjawab bahwa akhlak rasul adalah Al-Quran. Artinya rasul merupakan manusia yang menggambarkan akhlak seperti yang tertera di dalam Al-Quran. [10:36] Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Contohnya :
Dalam pembahasan ini kami akan menjabarkan akhlak mahmudah yang meliputi ikhlas, sabar, syukur, jujur, adil dan amanah.
a). Ikhlas
Kata ikhlas mempunyai beberapa pengertian. Menurut al-Qurtubi, ikhlas pada dasarnya berarti memurnikan perbuatan dari pengaruh-pengaruh makhluk. Abu Al-Qasim Al-Qusyairi mengemukakan arti ikhlas dengan menampilkan sebuah riwayat dari Nabi Saw, “Aku pernah bertanya kepada Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata, “Aku telah menanyakan hal itu kepada Allah,” lalu Allah berfirman, “(Ikhlas) adalah salah satu dari rahasiaku yang Aku berikan ke dalam hati orang-orang yang kucintai dari kalangan hamba-hamba-Ku.”
Pengertian yang demikian dapat dijumpai di dalam QS. Al-Insan (76): 9, ”Sesungguhnya kami memberi makan kepadamu hanya untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak mengharapkan balasan dari kamu dan tidak pula ucapan terima kasih.”
Ikhlas adalah inti dari setiap ibadah dan perbuatan seorang muslim. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Bayyinah: 5), ”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan –keikhlasan— kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
Keikhlasan seseorang ini, akan menghasilkan kemenangan dan kejayaan. Anggota masyarakat yang mengamalkan sifat ikhlas, akan mencapai kebaikan lahir-bathin dan dunia-akhirat, bersih dari sifat kerendahan dan mencapai perpaduan, persaudaraan, perdamaian serta kesejahteraan.
2. Akhlak Mazmumah
Akhalak mazmumah ialah perangai atau tingkah laku yang tercermin pada diri manusia yang cenderung melekat dalam bentuk yang tidak menyenangkan orang lain.
Dalam beberapa kamus dan ensiklopedia dihimpun pengertian “buruk” sebagai berikut:
Rusak atau tudak baik, jahat, tidak menyenangkan, tidak elok, jelek.
Perbuatan yang tidak sopan, kurang ajar, jahat, tidak menyenangkan.
Segala yang tercela, lawan baik, lawan pantas, lawan bagus, perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma atau agama, adat istiadat, dan masyarakat yang berlaku.

E. IMPLEMENTASI AKHLAK MAHMUDAH DAN AKHLAK MAZMUMAH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Akhlak Mazmumah (tercela) adalah perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama (Allah dan RasulNya). Contohnya : hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik, dan murtad, kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak, takabbur, hasad, dendam, giibah, fitnah, dan namiimah, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa besar (seperti mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba), israaf,  tabdzir.
Dalam konteks pembahasan Akhlak itu,  maka akhlak dapat di bagi kepada 3 (tiga) bagian yaitu :
1) Akhlak kepada Allah SWT
Akhlak kepada Allah adalah perbuatan hambaNya terhadap Allah SWT.
2) Akhlak kepada MakhlukNya
Akhlak kepada MakhlukNya adalah perbuatan hambaNya terhadap makhluk Allah, seperti Malaikat, Jin, Manusia, dan Hewan.
3) Akhlak kepada Lingkungan
Akhlak kepada lingkungan adalah perbuatan hambaNya terhadap lingkungan (semesta alam), seperti : tumbuh-tumbuhan, air (laut, sungai, danau), gunung, dan sebagainya.
Sedangkan Sifat Mahmudah atau juga dikenali dengan akhlak terpuji ialah sifat yang lahir didalam diri seseorang yang menjalani pembersihan jiwa dari sifat-sifat yang keji dan hina (sifat mazmumah). Sifat Mazmumah boleh dianggap seperti racun-racun yang boleh membunuh manusia secara tidak disedari dan sifat ini berlawanan dengan sifat mahmudah yang sentiasa mengajak dan menyuruh manusia melakukan kebaikan.  Oleh itu, dalam Islam, yang menjadi pengukur bagi menyatakan sifat seseorang itu sama ada baik atau buruk adalah berdasarkan kepada akhlak dan perilaku yang dimilik oleh seseorang.

Dalam mengamalkan sifat-sifat mahmudah atau etika hidup yang murni, ia merangkumi banyak aspek antaranya :
1) Akhlak Terhadap Diri Sendiri, seperti menjaga kesihatan diri, membersih jiwa daripada akhlak yang buruk dan keji serta tidak melakukan perkara-perkara maksiat.
2) Akhlak Terhadap Keluarga, seperti pergaulan dan komunikasi yang baik antara suami isteri, berbuat baik kepada kedua ibu bapa, menghormati yang lebih tua dan mengasihi orang-orang muda daripada kita.
3) Akhlak Terhadap Masyarakat, seperti sentiasa menjaga amanah, menepati janji, berlaku adil, menjadi saksi yang benar dan sebagainya.
Akhlak dapat dibentuk dengan baik sekiranya kita benar-benar mengikuti lunas-lunas yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Antara jalan terbaik untuk membentuk akhlak yang mulia ialah :
1) Mempunyai Ilmu Pengetahuan. setiap mukmin perlu mempelajari apakah yang dimaksudkan dengan akhlak terpuji (akhlak mahmudah) dan tahu membezakan dengan akhlak yang keji ( akhlak mazmumah ).
2) Menyedari Kepentingan Akhlak Yang Diamalkan. Ini kerana akhlak merupakan cermin diri bagi seseorang muslim dan membawa imej Islam, malahan daya tarikan Islam juga bergantung kepada akhlak yang mulia.
3) Mempunyai Keazaman Yang Tinggi, melalui keazaman yang tinggi dan kuat sahajalah jiwa seseorang dapat dibentuk untuk benar-benar menghayati sifat yang mulia.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
akhlak adalah suatu bentuk (naluri asli) dalam jiwa seorang manusiayang dapat melahirkan suatu tindakan dan kelakuan dengan mudah dan sopan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Apabila naluri tersebut melahirkan suatu tindakan dan kelakuan yang baik dan terpuji menurut akal dan agama, maka disebut budi pekerti yang baik. Namun sebaliknya bila melahirkan tindakan dan kelakuan yang jahat maka disebut budi pekerti yang buruk.
Yang di maksud melahirkan tindakan dan kelakuan  ialah suatu yang dijelmakan anggota lahir manusia, misalnya tangan, mulut, demikian juga yang dilahirkan oleh anggota bathin yakni hati yang tidak dibuat-buat. Kalau kebiasaan yang tidak dibuat-buat itu baik disebut akhlak yang baik dan kalau kebiasaan yang buruk disebut akhlak yang buruk.
Sedangkan pendapat para ahli tasawuf tentang arti tasawuf menurut bahasa tersebut di atas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa nama-nama dan istilah menurut bahasa adalah arti simbolik yang bermakna kebersihan dan kesucian untuk senantisa berhubungan dengan Allah. Untuk mencapai tingkat ma’rifat untuk menjadi manusia yang berkualitas lagi kamil.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rozak, Isep Zainal Arifin, 2002, Filsafat Umum, Bandung: Gema Media Pusakatama
Ahmad Syadali dan Mudzakir, 1997, Filsafat Umum, Bandung: PT Pustaka Setia
DR.H.Yunahar. Kuliah Akhlak.Yogyakarta : Pustaka Pelajar offset. 1999. hal
Sahabuddin, Metode Mempelajari Ilmu Tasawuf, menurut Ulama Sufi (Cet. II; Surabaya:
Media Varia Ilmu, 1996)
K. Permadi, Pengantar Ilmu Tasawuf (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1997
Nasution, HB, 2001, Filsafat Umum,  Jakarta :Gaya Media Pratama
The Lian Gie, 1991, Pengantar Filsafat Ilm,. Yogyakarta : Liberty
Cruton. Roger, 1989, Sejarah singkat filsafat modern, Jakarta : PT Pantja simpati



ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق