BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Model pembelajaran
sentra dikenal di Indonesia oleh Dr. Pamela Phelp dari CCCRT Florida. Bermain
dipandang sebagai kerja otak sehingga anak diberi kesempatan untuk memulai dari
mengembangkan ide hingga tuntas menyelesaikan hasil karyanya ‘’ Start and
finish’’. Dukungan guru memfasilitasi anak mengembangkan kecakapan berpikir
aktif dan anak diberi keleluasaan untuk melakukan berbagai kegiatan untuk
mendapatkan pengalaman tentang dunia sekelilingnya.
Sentra yang dikembangkan
tidak berbeda dengan system area. Perbedaan tampak dalam pengelolaan kelas.dalam
model area anak semua bebas memilih bermain yang dikelola oleh seorang guru.
Dalam model sentra anak bebas memilih bermain yang disiapkan dalam satu sentra.
Di dalam sentra dilengkapi dengan tiga jenis kegiatan bermain, yaitu bermain
sensorimotorik, main peran, dan main pembangunan.
Keragaman main atau
juga disebut densitas main memfasilitasi untuk dapat memilih mainan sesuai
dengan minatnya. Kelompok anak bermain berpindah dari sentra ke sentra lainnya
setiap hari. Tiap sentra dikelola oleh seorang guru. Proses pembelajaran dengan
menggunakan 4 pijakan, yaitu pijakan penataan alat (pijakan lingkungan),
pijakan sebelum main, pijakan selama main, dan pijakan setelah main.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
pengertian model pembelajaran centra ?
2. Apa
prinsip pembelajaran centra?
3. Apa
saja 4 pijakan main yang terdapat dalam model pembelajaran centra?
4. Apa
tujuan pembelajaran centr?
C.
TUJUAN
MASALAH
1. Mengetahui
pengertian model pembelajaran centra.
2. Mengetahui
prinsip-prinsip pembelajaran centra.
3. Memgetahui
4 pijakan main dalam model pembelajaran centra.
4. Mengetahui
tujuan pembelajaran centra.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
MODEL
PEMBELAJARAN CENTRA
a)
Pengertian
model Pembelajaran centra
Model
pembelajaran sentra dan saat lingkaran atau lebih dikenal dengan model pembelajaran sentra, sentra belajar (learning center atau learning areas) merupakan
model pembelajaran yang berfokus pada anak.
Pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat anak dalam lingkaran. Sentra
main adalah zona atau area main anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat
main, berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung
perkembangan anak dalam tiga jenis permainan, yakni main sensorimotor
(fungsional), main peran dan main pembangunan. Sedangkan saat lingkaran adalah
saat pendidik duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan
pijakan kepada anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main.[1]
Pada
pembelajarannya dengan menggunakan 4 jenis pijakan (scaffolding) untuk mendukung perkembangan anak, yaitu
1.
pijakan lingkungan main
2.
pijakan sebelum main
3.
pijakan selama main
4.
pijakan setelah main.
Pijakan
adalah dukungan yang berubah-ubah, disesuaikan dengan perkembangan yang dicapai
anak dan diberikan sebagai pijakan untuk mencapai perkembangan yang lebih
tinggi.
Pembelajaran
sentra merupakan model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Research and
Training (CCCRT) yang berkedudukan di Florida, Amerika Serikat, selama 25
tahun dan telah terakreditasi oleh National
Association Early Young Childhood (NAEYC) sebagai model pembelajaran yang
direkomendasikan dapat diterapkan di Amerika Serikat.
Direktorat
Pendidikan Anak Usia Dini telah menerjemahkan bahan-bahan pelatihan model
pembelajaran sentra dan telah memperoleh copyright
dari CCCRT selama lima tahun (2004-2009). Model pembelajaran sentra dan saat
lingkaran merupakan pengembangan dari metode Montessory, High Scope
dan Reggio Emilio, yang memfokuskan
kegiatan anak di sentra-sentra atau area-area untuk mengoptimalkan seluruh
kecerdasan anak.[2] Model pembelajaran sentra dianggap paling
ideal diterapkan di Tanah Air, selain tidak memerlukan peralatan yang banyak,
tapi kecerdasan anak tetap bisa dioptimalkan.
Model
pembelajaran sentra mampu merangsang seluruh aspek kecerdasan anak melalui
bermain yang terarah. Setting pembelajaran mampu merangsang anak saling aktif,
kreatif, dan terus berfikir dengan menggali pengalaman sendiri. Jelas berbeda
dengan
pembelajaran
masa silam yang menghendaki murid mengikuti perintah, meniru, atau menghafal.[3]
b)
LANDASAN
MODEL PEMBELAJARAN CENTRA
Pelaksanaan model
pembelajaran centra pada anak usia dini berlandaskan pada :
a) Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, diantaranya
Pasal 2 Ayat (1) Tentang Hak Anak yang berbunyi : Anak berhak atas
kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik
dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang
dengan wajar.[4]
b)
Undang-undang Republik Indonesia 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak, diantaranya pada BAB III pasal 9 dan 11.
Pasal 9 yang berbunyi: Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya
sesuai dengan minat dan bakatnya.
Pasal
11 yang berbunyi:
Setiap anak berhak beristirahat dan
memanfatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi,
dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannta demi
pengembangannya.[5]
c)
PRINSIP DASAR
PEMBELAJARAN CENTRA
Filosofi dari program pembelajaran sentra
berasal dari berbagai ahli psikologi perkembangan yang telah mengamati
pertumbuhan dan perkembangan anak selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah
teori dan model pembelajaran dari Helen Parkhust dengan sekolah Dalton, dimana
tidak digunakannya program klasikal, tetapi menggunakan sentra-sentra sebagai
tempat belajar.[6]
Menurut Helen Parkhust yang lahir di Amerika
pada tahun 1807 M, kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan sifat dan
keadaan individu yang mempunyai tempat dan irama perkembangan berbeda satu
dengan yang lain. Kegiatan pembelajaran harus memberikan kemungkinan kepada
anak untuk berinteraksi, bersosialisasi dan bekerja sama dengan anak lain dalam
mengerjakan tugas tertentu secara mandiri. Pandangan Helen Parkhust ini, tidak
hanya mementingkan aspek individu, tetapi juga aspek sosial, sedangkan bentuk
pembelajarannya memadukan klasikal dan individual.[7]
Adapun program pembelajaran yang
digunakan dalam model sentra ini, mengadopsi dan mengembangkan teori yang
dikemukakan oleh Jean Piaget, Lev Vigotsky, Anna Freud, dan Sarah Smilansky.
Para ahli psikolog tersebut percaya bahwa ada empat unsur atau konsep dasar
yang harus diperhatikan dalam menyelenggarakan pembelajaran untuk anak usia
dini,
Adapun teori-teori tersebut adalah :
1. Teori Pengetahuan Piaget
mengatakan bahwa manusia itu mempunyai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap
individu dalam menjalani hidupnya. Pengetahuan ini sudah ada dalam diri manusia
dan tinggal mengkonstruk saja.
2. Teori Perkembangan, Manusia memiliki pola perkembangan dan
karakteristik dari bayi hingga dewasa. Para ahli psikologi berpendapat bahwa
manusia dalam perkembangannya memiliki karakteristik tertentu.
3.
Teori Belajar, Sesuai dengan program pendidikan bagi
anak usia dini yaitu penerapan pembelajaran yang tepat dengan pendekatan
bermain, bahwa dari teori pengembangan tersebut dapat dilihat anak memperoleh
pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain
sambil belajar (learning by playing).
Pada hakikatnya anak senang bermain, anak sangat menikmati permainan, tanpa
terkecuali. Melalui bermain, anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya
dan dapat menjadi lebih dewasa.
Hal terpenting yang harus dilakukan pada saat
bermain adalah[8] :
1. Bermain
harus muncul dalam diri anak
2. Bermain
harus bebas dari aturan yang mengikat
3. Bermain
adalah aktivitas yang nyata dan sesungguhnya
4. Bermain
harus difokuskan pada proses dari pada hasil
5. Bermain
harus didominasi oleh pemain
6. Bermain
harus melibatkan peran aktif dari pemain
Peran orang dewasa dalam bermain sangat
penting, dimana orang dewasa memberikan makna pada permainan si anak, agar
dalam bermain anak dapat memperoleh pengetahuan. Adapun jenis-jenis main yang
dikembangkan adalah :
1)
Sensorimotor atau
main fungsional
Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika
mereka diberi kesempatan untuk bergerak secara bebas, bermain di halaman atau
di lantai atau di meja dan di kursi. Kebutuhan bermain sensorimotor anak
didukung bila lingkungan baik di dalam maupun di luar ruangan menyediakan
kesempatan untuk berhubungan dengan banyak tekstur dan berbagai jenis bahan
main yang mendukung setiap pertumbuhan perkembangan anak.[9]
2)
Main peran (mikro
dan makro)
Main peran juga disebut main simbolik,
pura-pura, fantasi, imajinasi, atau main drama sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial dan emosi
anak pada usia tiga sampai enam tahun (Vigotsky, 1967, Erikson, 1962). Fungsi
main peran menunjukkan kemampuan berpikir anak yang lebih tinggi. Sebab anak
mampu menahan pengalaman yang didapatnya melalui panca indra dan menampilkannya
kembali dalam bentuk perilaku berpura-pura. Main peran membolehkan anak memproyeksikan
diri ke masa depan, menciptakan kembali ke masa lalu dan mengembangkan
ketrampilan khayalan.[10]
3)
Main pembangunan
Main pembangunan juga dibahas dalam kerja
Piaget (1962) dan Smilansky (1968). Piaget menjelaskan bahwa kesempatan main
pembangunan membantu anak untuk mengembangkan keterampilannya yang akan
mendukung keberhasilan sekolahnya di kemudian hari.[11]
Main pembangunan bertujuan merangsang kemampuan anak mewujudkan pikiran, ide,
dan gagasannya menjadi karya nyata. Selain itu, anak menghadirkan dunia mereka
melalui main pembangunan, mereka berada di posisi tengah antara main dan
kecerdasan menampilkan kembali. Ketika anak bermain pembangunan, anak terbantu
mengembangkan keterampilam koordinasi motorik halus juga berkembangnya kognisi
ke arah berpikir operasional, dan membangun keberhasilan sekolah di kemudian
hari, contoh bahan main berupa bahan pembagunan yang terstruktur, seperti balok
unit, balok berongga, balok berwarna, logo, puzzle, cat, pulpen hingga pensil.[12]
d)
TUJUAN PEMBELAJARAN
CENTRA
Model pembelajaran sentra merupakan model pembelajaran
yang menitikberatkan sentra bermain pada saat pembelajaran. Sentra bermain
merupakan area kegiatan yang dirancang di dalam atau di luar kelas, berisi
berbagai kegiatan bermain dengan bahan-bahan yang dibutuhkan dan disusun
berdasarkan kemampuan anak serta sesuai dengan tema yang dikembangkan dan
dirancang terlebih dahulu.
Sentra memungkinkan anak untuk melakukan
manipulasi terhadap berbagi obyek, terlibat dalam role playing saling bercakap-cakap dengan teman-temannya,
bereksplorasi, berinteraksi secara fisik, emosional, sosial dan secara kognitif
serta kegiatan variatif yang menarik lainnya.
Sentra memberikan kesempatan pada anak untuk
bermain baik secara individual, kelompok kecil maupun kelompok besar dan bahkan
secara klasikal. Anak diperbolehkan memilih kegiatan yang menarik baginya dan
akhirnya akan menjadikan anak sebagai pembelajar yang aktif dan interaktif
Kegiatan
bermain dilakukan anak dalam kelompok kecil di sentra atau area yang di
dalamnya terdapat berbagai material bermain. Setiap sentra bermain telah
disiapkan oleh guru sesuai dengan program pengembangan yang akan diajarkan
kepada anak dengan jadwal yang telah ditentukan. Semua kegiatan bermain
diarahkan untuk mencapai target yang disesuaikan dengan kemampuan dengan minat
anak (child oriented).
Dengan menggunakan sentra bermain aktif, anak
akan terlibat secara aktif baik secara fisik maupun mental karena akan
mendapatkan berbagai pengalaman belajar dengan melihat, mendengar dan
mengerjakan secara langsung atau praktek langsung (learning by doing).[13]
e)
KARAKTERISTIK MODEL
PEMBELAJARAN CENTRA
Model pembelajaran sentra merupakan model
pembelajaran yang mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh pembelajaran
lainnya. Adapun karakteristiknya dapat dilihat dari beberapa aspek, sebagai
berikut :
1) Ruangan
Kelas
Ruangan kelas dapat dimodifikasi menjadi
kelas-kelas kecil, yang disebut ruangan vak atau sentra-sentra. Setiap ruangan
sentra terdiri atas satu bidang pengembangan. Ada sentra bahasa, sentra daya
pikir, sentra daya cipta, sentra agama (imtaq), sentra seni, sentra kemampuan
motorik. Dengan menggunakan kegiatan main yang mencakup tiga jenis main
(sensorimotor, peran dan pembangunan). Rasio cukup, ukuran kelompok ideal
(maksimal 10 anak), ruang cukup luas (5-7 meter persegi per anak).
2) Guru
Setiap guru harus mencintai dan menguasai
bidang pengembangan masing-masing. Guru harus memberi penjelasan secara umum
kepada anak-anak yang mengunjungi sentranya sesuai dengan tema yang dipelajari,
memberi pengarahan, mengawasi dan memperhatikan anak-anak ketika menggunakan
alat-alat sesuai dengan materi yang dipelajarinya, selanjutnya menanyakan
kesulitan yang dialami oleh murid-murid dalam mengerjakan materi tersebut. Selain
itu, guru sentra harus menguasai perkembangan setiap anak dalam mengerjakan
berbagai tugas sehingga dapat mengikuti tempo dan irama perkembangan setiap
anak dalam menguasai bahan-bahan pengajaran atau tugas perkembangannya.[14]
Dalam pembelajaran sentra ini, satu guru sentra hanya bertanggung jawab pada 7
sampai 12 anak saja dengan moving class
setiap hari dari satu sentra ke sentra lain.[15]
3) Bermain
Menjadikan
kegiatan bermain menjadi kegiatan inti, anak belajar melalui permainan mereka.
4) Pijakan
Ada pijakan-pijakan yang mengantarkan anak maju
atau naik sendiri ke perkembangan berikutnya. Ada “circle time”(saat
lingkaran).[16]
5) Bahan
dan Tugas
Bahan pengajaran setiap sentra terdiri dari
bahan minimal dan bahan tambahan. Bahan minimal yaitu bahan pengajaran yang
berisi uraian perkembangan kemampuan minimal yang harus dikuasai setiap anak
sesuai tingkat usianya. Bahan ini harus dikuasai anak dan merupakan target
kemampuan minimal dalam mempelajari setiap sentra tertentu.
6) Anak
dan Tugasnya
Setiap anak akan mendapat tugas dan penjelasan
secara klasikal. Masing-masing anak dapat memilih sentra yang akan diikutinya.
Ia bebas menentukan waktu dan alat-alat untuk menyelesaikan tugasnya. Setiap
anak tidak boleh mengerjakan tugas lain sebelum tugas yang dikerjakannya
selesai. Untuk mengembangkan sosiobilitas, anak boleh mengerjakan tugas
tertentu bersama-sama. Dengan cara ini, anak akan mempunyai kesempatan
bersosialisasi, bekerja sama, tolong menolong satu dengan lainnya.[17]
7) Evaluasi
Kemajuan Perkembangan Anak
Pencatatan kegiatan belajar anak dilakukan
setiap pertemuan dengan cara mencatat perkembangan kemampuan anak dalam hal
motorik kasar, halus, berbahasa, sosial dan aspek-aspek lainnya. Pencatatan
kegiatan main anak dilakukan oleh guru (pendidik). Selain mencatat kemajuan
belajar anak, guru juga dapat menggunakan lembaran check list perkembangan anak, dilihat dari hasil kerja anak-anak,
karena itu, semua hasil karya anak dijadikan sebagai bahan evaluasi dan laporan
perkembangan belajar anak kepada orang tua masing-masing.[18]
f)
Macam-Macam Centra
Dalam Model Pembelajaran Centra
Pada model pembelajaran sentra ada beberapa
macam sentra. Pemilihan sentra yang akan dikembangkan sangat disesuaikan dengan
berbagai multi kecerdasan yang akan dikembangkan antara lain :
a. Sentra Imtaq (Keimanan dan Ketaqwaan)
Pada sentra ini berisi berbagai kegiatan untuk
menanamkan nilai-nilai agama, keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Sentra ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan beragama pada anak
sejak dini dan membentuk pribadi yang cerdas berperilaku sesuai dengan
norma-norma agama.[19]
Kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang sederhana dan menyenangkan bagi
anak mengingat bahwa pengenalan dan pemahaman terhadap agama merupakan suatu
konsep yang abstrak, perlu diterjemahkan menjadi aktivitas yang konkret bagi
anak. Bahan-bahan yang disiapkan adalah berbagai bangunan ibadah berbentuk
mini, alat-alat beribadah dan kitab berbagai agama, buku-buku cerita,
gambar-gambar dan alat permainan lain yang bernuansa agama.[20]
Dalam
sentra ini anak melakukan kegiatan bermain untuk mengenal agama Islam seperti;
rukun Islam (syahadat, shalat, puasa, zakat, haji), rukun iman/akidah (iman
kepada Allah, malaikat, nabi dan rasul, kitab Allah, hari akhir), al-Qur’an
(mengaji) dan akhlak (mengucapkan kalimat thayyibah, akhlakul karimah, salam,
dan lain-lain).
b.
Sentra Bahan Alam
Sentra bahan alam memiliki tujuan untuk
memberikan pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi. Di
sentra ini, anak bermain sambil belajar untuk dapat menunjukkan kemampuan
menunjukkan, mengenali, membandingkan, menghubungkan dan membedakan. Dengan
bereksplorasi dan bereksperimen anak akan memiliki ide dan kepekaan terhadap
pengetahuan dan alam sekitar sehingga tumbuh motivasi dan kepercayaan diri
dalam belajar.[21]
c. Sentra Seni
Sentra seni memiliki fokus memberikan
kesempatan pada anak untuk mengembangkan berbagai keterampilannya., terutama
keterampilan tangan dengan menggunakan berbagai bahan dan alat, seperti:
melipat, menggunting, mewarnai, membuat prakarya, melukis dan membuat prakarya
dengan menggunakan adonan. Di sentra ini, anak bermain sambil belajar mengasah
rasa keindahan, membangun kemandirian, kerja sama, tanggung jawab,
bersosialisasi, melatih koordinasi mata, tangan, kaki dan pikiran.[22]
d. Sentra Bermain Sesungguhnya (Macro Play)
Sentra bermain peran makro mendukung sepenuhnya
pada perkembangan bahasa dan interaksi sosial. Bermain peran makro adalah
bermain peran yang seakan-akan anak bermain sesuai dengan yang sesungguhnya.
e. Sentra Bermain Peran (micro play)
Sentra bermain peran mikro (micro play) sama dengan bermain peran
makro, tetapi pada mikro anak menggunakan miniatur dari kehidupan sosial
manusia, misalnya anak menggunakan rumah Barbie dan boneka untuk bermain.[23]
f. Sentra Balok
Sentra balok membantu perkembangan anak dalam
keterampilan berkonstruksi. Sentra ini terutama untuk mengembangkan kemampuan
visual spasial dan matematika anak usia dini.
g. Sentra Persiapan.
Sentra persiapan berfokus untuk memberikan
kesempatan pada anak mengembangkan kemampuan matematika, pra menulis dan pra
membaca, dengan kegiatan antara lain: mengurutkan, mengklasifikasikan, dan
mengelompokkan berbagai aktivitas lainnya yang mendukung perkembangan kognitif
anak.[24]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Model
pembelajaran sentra merupakan model pembelajaran yang berfokus pada anak. Pembelajarannya berpusat di
sentra main dan saat anak dalam lingkaran. Sentra main adalah zona atau area
main anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat main, berfungsi sebagai
pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak dalam tiga
jenis permainan, yakni main sensorimotor (fungsional), main peran dan main
pembangunan.
Pada
pembelajarannya dengan menggunakan 4 jenis pijakan (scaffolding) untuk mendukung perkembangan anak, yaitu:
1)
pijakan lingkungan main
2)
pijakan sebelum main
3)
pijakan selama main
4)
pijakan setelah main.
Model pembelajaran sentra merupakan model
pembelajaran yang menitikberatkan sentra bermain pada saat pembelajaran. Sentra
bermain merupakan area kegiatan yang dirancang di dalam atau di luar kelas,
berisi berbagai kegiatan bermain dengan bahan-bahan yang dibutuhkan dan disusun
berdasarkan kemampuan anak serta sesuai dengan tema yang dikembangkan dan
dirancang terlebih dahulu.
Sentra memungkinkan anak untuk melakukan
manipulasi terhadap berbagi obyek, terlibat dalam role playing saling bercakap-cakap dengan teman-temannya,
bereksplorasi, berinteraksi secara fisik, emosional, sosial dan secara kognitif
serta kegiatan variatif yang menarik lainnya.
[1] Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penerapan Pendekatan Beyond Centers
and Circle Times (Pendekatan Sentra
dan Saat Lingkaran), 2-3
[2] Departemen Pendidikan Nasional, Metode Pembelajaran Anak Usia Dini Melalui
Pendekatan “Beyond Centres and Circles
Time, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional, 2006), x
[3] Dipo Handoko, Mengajar dengan Sentra dan Lingkaran, (Februari, 3, 2008).
http://thenaffschool.wordpress.com/2008/03/07/apa-bcct-itu
[4] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
1979 dalam http://www.komnaspa.or.id/pdf/UU%20 Kesejahteraan%20Anak.pdf
[5] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak dalam http;//www.asep-s.web.ugm.ac.id/Artikel?
POLITIK/UU 20PERLINDUNGAN 20 ANAK.pdf
[6] Dewi Salma Prawiradilaga, Eviline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta:
Prenada, 2004), 365
[7] Dipo Handoko, Mengajar dengan Sentra dan Lingkaran, (Februari, 3, 2008).
http://thenaffschool.wordpress.com/2008/03/07/apa-bcct-itu
[8] Ibid 367
[9] Departemen Pendidikan Nasional, Metode Pembelajaran Anak Usia Dini Melalui
Pendekatan “Beyond Centres and Circles
Time, 2
[10] Dipo Handoko, Mengajar Dengan Sentra dan Lingkaran, (Februari, 3, 2008).
Http://The naffschool.wordpress.com/2008/03/07/apa-bcct-itu
[12] Dipo Handoko, Mengajar Dengan Sentra dan Lingkaran, (Februari, 3, 2008).
Http://The naffschool.wordpress.com/2008/03/07/apa-bcct-itu
[14] Kartini, Model
Pembelajaran Atraktif di Taman Kanak-kanak, (27 Desember, 2007).
Http://hikkyusumantiko.wordpress.com/207/12/27/model-pembelajaran atraktif di
taman kanak-kanak
[17] Kartini, Model
Pembelajaran Atraktif di Taman Kanak-kanak, (27 Desember, 2007).
Http://hikkyu sumantiko.wordpress.com/207/12/27/model-pembelajaran atraktif-di
–taman-kanak-kanak
[18] Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Praktis Penyelenggaraan POS PAUD,
(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2006),19
[20] Program Studi Pendidikan Anak Usia dini UNJ, Pregnancy, Aca dan Aps, (Maret, 12,
2007). Http://google/search.com
[22] Rustika sugiarti, Pembelajaran Pendidikan Usia Dini Nasima dengan Pola Sentra,
(April, 9, 2008) http://www.nasimaedu.com./artikel/index.php?do=12
[24] Ibid, 371
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق