BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perhatian terhadap pentingnya Akhlak muncul kembali, yaitu disaat manusia zaman modern ini dihadapkan pada masalah moral dan akhlak yang cukup serius. Praktek hidup yang menyimpang dan menyalahgunakan kesempatan kian tumbuh di wilayah yang tak berakhlak. Cara mengatasinnya bukan hanya dengan uang, ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi harus diimbangi dengan penanganan di bidang mental spiritual dan akhlak yang mulia.
Akhlak merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dan ALLAH SWT. Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba, akan tetapi membutuhkan proses panjang yakni melalui pendidikan akhlak yang meliputi proses pembentukan akhlak, metode pembinaan akhlak serta faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak.
Bersamaan dengan itu, makalah ini mencoba hadir untuk memecahkan masalah di atas dengan pendekatan epistemologis dan intelektualistis. Disadari bahwa masih banyak bidang akhlak yang dapat dikemukakan, namun keterbatasan yang ada menyebabkan kajian ini belum mencakup seluruhnya. InsyaALLAH kesempatan selanjutnya kita dapat mencoba menjamah aspek akhlak yang lebih dalam lagi.
B. TUJUAN PENULISAN.
Adapun tujuan penulisan makalah ini, antara lain:
a. Mengetahui Proses Pembentukan Akhlak.
b. Mengetahui Metode Pembinaan Akhlak.
c. Mengetahui Faktor yang mempengaruhi Pembentukan Akhlak.
C. RUMUSAN MASALAH.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana proses pembentukan akhlak, metode pembinaan akhlak beserta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan akhlak itu sendiri hingga mencapai akhlak yang mulia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Pembentukan Akhlak.
Proses dasar pembentukan akhlak bagi seorang muslim adalah akidah, akidah seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinannya terhadap Allah juga benar dan lurus. Adapun yang dapat menyempurnakan akidah yang benar terhadap Allah meliputi:
1. Akidah yang benar terhadap Allah swt.
Yang dimaksud dengan akidah yang benar kepada Allah adalah beriman kepada-Nya, membenarkan wujud-Nya, beriman bahwa Dialah sang pencipta, pemberi rezeki, Zat yang menghidupkan serta mematikan serta hanya kepada-Nya tempat kembali.
2. Akidah yang benar kepada malaikat-malaikat, Kitab-kitab dan para Rasul-Nya.
Akidah yang benar kepada malaikat, kitab serta rasul-Nya memiliki korelasi yang kuat terhadap Allah. Adapun urutan keimanan adalah sebagai berikut:
a. Iman kepada para malaikat Allah.
b. Iman kepada kitab-kitabNya.
c. Iman kepada rasul-rasulNya.
Urutan ini berdasarkan kenyataan bahwa Allah mengutus para malaikat dengan membawa kitab-kitabNya untuk disampaikan kepada para rasulnya. Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Umar Ibnu Khaththab r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda,
“ Iman adalah percaya kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab dan para rasul-Nya”
3. Akidah yang benar terhadap hari akhir.
Beriman kepada adanya hari akhir berarti beriman dengan segala rentetan peristiwa yang akan terjadi di dalamnya, mulai dari kebangkitan semua makhluk dari kuburnya, dikumpulkannya manusia di padang mahsyar, perhitungan amal dan berakhir dengan masuknya ahli surga dan ahli neraka.
4. Akidah yang benar terhadap Setan.
Keyakinan yang benar tentang setan adalah dengan mengetahui permusuhan mereka terhadap umat manusia, mengidentifikasi bermacam-macam perbuatan mereka, kemudian memusuhi dan menolak semua ajakan serta bisikan mereka.
Allah telah memperingatkan umat manusia agar tidak terbujuk oleh tipu daya setan sebagaimana dalam firmannya:
“...Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesngguhnya setan adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan kepada Allah apa yang tidak kamu ketahui”.
B. Metode Pembinaan Akhlak.
Pembinaan akhlak merupakan perhatian pertama dalam islam. Perhatian dalam islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin.
Pembinaan akhlak dalam islam juga terintegrasi dengan pelaksanaan rukun iman. Hasil analisis Muhammad al-Ghozali terhadap rukun islam yang lima telah menunjukan dengan jelas bahwa dalam rukun islam terkandung pembinaan akhlak.
Rukun islam yang pertama adalah mengucap dua kalimat syahadat. Kalimat ini mengandung pernyataan bahwa selama hidupnya manusia hanya tunduk kepada aturan dan tuntutan Allah. Orang yang tunduk dan patuh pada aturan Allah dan Rosul-Nya sudah dapat dipastikan akan menjadi orang yang baik.
Rukun islam yang kedua adalah mengeerjakan shalat lima waktu. Sholat yang dikerjakan akan membawa pelakunya terhindar dari perbuatan yang keji dan munkar.
Rukun islam yang ketiga yaitu zakat juga mengandung didikan akhlak, yaitu agar orang yang melaksanakannya dapat membersihkan dirinya dari sifat kikir, mementingkan diri sendiri, dan membersihkan hartanya dari hak orang lain. Muhammad al-Ghozali mengatakan bahwa hakikat zakat adalah untuk membersihkan jiwa dan mengangkat derajat manusia ke jenjang yang lebih mulia.
Begitupun rukun islam yang keempat yaitu puasa, bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dalam waktu yang terbatas, tetapi lebih dari itu merupakan latihan menahan diri dari keinginan melakukan perbuatan keji yang dilarang.
Selanjutnya rukun islam yang kelima yaitu ibadah haji. Dalam ibadah haji ini pun nilai pembinanaan akhlaknya lebih besar lagi dibandingkan dengan rukun islam yang lainnya.
Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini adalah pembiasaan yang di lakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Cara lain dalam hal pembinaan akhlak ini adalah melalui keteladanan. Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi dan larangan. Melainkan penanaman sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Selain itu pembinaan akhlak juga dapat ditempuh dengan cara senantiasa menganggap diri ini lebih banyak kekurangan daripada kelebihan. Pembinaan yang efektif juga dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembetukan Akhlak
Penjelasan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak, ada tiga aliran yang sudah amat populer. Pertama aliran Navitisme. Kedua, aliran Empirisme, dan ketiga aliran Konvergensi.
1. Menurut aliran navitisme adalah faktor yang paling berpengaruh tehadap pembentikan diri yang bntuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.
2. Menurut aliran Empirisme adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaiu faktor ligkungan sosial, yang termasuk dengan pembinaan dan pendidikan yang diberiakan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan baik, maka baiklah seseorang tersebut.
3. Menurut aliran Konvergensi adalah pembentuka akhlak yang dipengaruhi oleh faktor yang internal, yaitu pembawaan seseorang, dan faktor internal, yaitu pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan ke arah yng baik yang ada didalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode.
Diantara faktor-faktor di atas ada beberapa perbedaan dengan faktor yang lain, antaranya :
1. Faktor Pembawaan Naluriyah (Gharizah atau Instink)
Dalam buku Mansur Ali Rajab, J.J. Rousseau (1712-1778) dari prancis mengatakan bahwa sesungguhnya seseorangyang baru lahir memilki pembawaan yang baik, lalu sifat buruknya muncul karena pengaruh dari ligkungan (pergaulan).
Dengan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa kecenderungan naluriyah dpat dikendalikan oleh akhlak atau tuntutan agama, sehingga manusia dapat mempertimbangkan kecenderungannya.
2. Faktor Sifat-sifat Keturunannya (al-Wirathah)
Mansur Ali Rajab mengtkan bahwa, sifat-sifat keturnan adalah sifat-sifat bawaan yang diwariskan oleh orang tua kepada keturunannya.
Warisan sifat-sifat keturunan, ada yang sifatnya langsung (mubasharah) dan ada yang tidak langsung (ghairu mubasharah), misalnya sifat-sifat itu tidak langsung turun kepada anaknya, tetapi bisa diturunkan kepada cucunya dan sifat-sifat ini juga terkadang dari ayah dan ibu yang mewarisi kecenderungan sifat (sifah al-aqliyah) dari ayah atau kakeknya, lalu diwarisi sifat baik (sifah al-khuluqiyah) dari ibunya dan neneknya, atau sebaliknya.
3. Faktor Lingkungan dan Adat Istiadat
Pembentukan akhlak seseorang juga ditentukan oleh faktor lingkungan alam dan lingkungan sosial (faktor adat kebiasaan) atau dalam pendidikan disebut juga faktor empiris.
Pertumbuhan dan perkembangan manusia juga ditentukan dari luar dirinya yaitu faktor pengalaman yang disengaja yang termasuk pendidikan dan pelatihan, sedangkan yang tidak disengaja termasuk lingkungan alam (al-biah) dan lingkungan sosial(al-adah) .
4. Faktor Agama
v Fungsi agama sebagai sistem kepercayaan tidak dapat dipisahkan dengan sistem ibadah dn kemasyarakatan, karena keberhasilan menanamkan pendidkan keimanan terhadap manusia. Ibnu al-Qayyim mengatakan iman atau kepercayaan adalah sebuah niat, ucapan dan perbuatan.
v Fungsi agama sebagai sistem ibadah, Ali bin Muhammad al-Jurjani berpendapat bahwa ibadah adalah perbuatan orang mukallaf yang berbeda dengan keinginan hawa nafsu, karena semata-mata hanya mengagungakan Tuhan-Nya. Ibadah dalam islam meliputi ibadah yang hubungannya manusia dengan Tuhan dn ibadah yang terkait hubungan manusia dengan manusia.
v Fungsi agama sebagai sistem kemasyarakatan yang terkait dengan nilai akhlak. Adalah bahwa ilmu akhlak selalu berusaha menilai dan membdakan mana yang baik dan mana yang buruk. Maka setiap manusia yang berkomunikasi dengan sesamanya, dianjurkan dalam agama, agar selalu memilih penampilan dengan cara-cara yang baik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak mulia adalah sifat atau tingkah laku seseorang yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang terdapat pada kitab Al-qur’an dan sunah Rasul. Aspek-aspek yang mempengaruhi terbentuknya akhlak seseorang adalah: a) faktor pembawa naluriyah (gharizah atau instink), b) faktor dari sifat-sifat keturunannya (al-wirathah), c) faktor dari lingkungan dan adat istiadatnya, d) faktor agama. Semua aspek tersebut besar pengaruhnya terhadap pembentukan akhlak dari seseorang itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan. Minhaj Tarbiyyah Ibni al-Qayyim ( terjemah muzaid hasbullah). Jakarta: Al-Kautsar.
Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani.
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق