BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada masa abad ke XIII M agama Islam mulai masuk masuk ke Indonesia , Dan ada yang berpendapat bahwa penyebaran islam pertama kali dilakukan oleh para pedagang dan mubaligh dari Gujarat-India. Sekarang jumlah umat islam di indonesia merupakan yang paling besar dibadingkan umat Islam negara-negara lain di dunia ini oleh kerena itu, dapat dikatakan bahwa umat islam di Indonesia mempunyai peranan yang penting bagi bangsa- bangsa dan negara-negara Islam lainnya. Lebih-lebih di Indonesia sendiri, umat Islam merupakan mayoritas penduduk dan mereka bertebaran di segala plosok tanah air serta banyak yang berkumpul dalam berbagai organisasi sosial, pendidikan , keagamaan, ekonomi, dan politik.
Semenjak datangnya Islam di indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh khususnya di Jawa oleh Wali Songo atau Sembilan Wali Allah hingga ber abad-abad kemudian, masyarakat sangat dijiwai oleh keyakinan agama, khususnya Islam. Sejaraah telah mencatat pula, bahwa Islam yang datang di Indonesia ini sebagiannya dibawa dari india, dimana Islam tidak lepas dari pengaruh hindu. Campurnya islam dengan elemen-elemen hindu menambah mudah tersiarnya agama itu di kalangan masyarakat indonesia,terutama masyarakat jawa, karena sudah lama kenal akan ajaran-ajaran Hindu itu sebagian besar tersiarnya Islam di Indonesia adalah hasil pekerjaan dari Kaum Sufi dan Mistik. Sesungguhnya adalah Sufisme dan Mistisme Islam, bukannya ortodoksi Islam yang meluaskan pengaruhnya di jawa dan sebagian sumatra.
Golongan Sufi dan Mistik ini dalam berbagai segi toleran terhadap adat kebiasaan yang hidup dan berjalan di tempat itu, yang sebenarnya belum tentu sesuai dengan ajran-ajaran tauhid. Sebelumnya, masyarakat sangat kuat berpegang teguh pada agama Hindu dan Budha. Setelah kedatangan Islam, mereka banyak berpindah agama secara sukarela. Tetapi sementara itu mereka masih membiasakan diri dengan adat kebiasaan lama, sehingga bercampu-baur antara adat kebisaaan Hindu-Budha dengan ajaran islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Priode Pendidikan Islam Di Indonesia?
2. Bagaimana Pembaharuan Pendidikan Di Indonesia?
3. Bagaimana Gerakan Pembaharuan Islam Di Indonesia?
C. Tujuan Masalah
1. Agar dapat mengetahui periode islam di indonesia
2. Agar dapat mengetahui pembaharuan pendidikan di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Periode Pendidikan Islam Di Indonesia
1. Pendidikan Islam Di Indonesia Pada Tahun 1889-1930
Pendidikan Islam Di Indonesia sebelum tahun 1990 masih bersifat halaqoh (non klasikan). Selain itu madrasah tidak besar sehingga kita tidak bisa menemukan sisa-sisanya. Salah satu pesantren yang berdiri sebelum tahun 1990 yaitu pesantren tebu ireng yang didirikan K.H Hasyim asy’ari.
Tokoh-tokoh islam di indonesia adalah yang mendirikan pesatren merupakan alumni-alumni dari mekkah. Mereka bersamaan naik haji dan tinggal beberapa tahun untuk belajar mendalami ilmu agama setelah tamat merka kembalai ke Indonesia mmebawa warana baru bagi pendididkan islam. Tokoh tersebut yang mendirikan pesntren tebu ireng yang didirikan oleh K.H Hasyim Asy’ari. Pesantren AL-Mushatafiyah Purba baru tapanuli selatan yang didirikan oleh Syika Mutafa Husein 1913.
Dalam sejarah minangkabau terdapat ulama besar dan termasyur ialah Syekh Burhanuddin dan Syekh Abdul-Rauf Singkil (Aceh) yang telah mendirikan surau diulakan pariaman. Beliau ini yang mengembangkan ajaran agama islam didaerah minangkabau.
Metodelogi pengajaran masih didominasi oleh sistem sorongan,dimana guru membaca buku yang berbahasa arab dan menerangkan dengan bahasa daerah dengan kemudian murid-murid tersebut biasa mendengarkan . Selaian itu pada evaluasi belajar tersebut sangatlah kurang diperhatikan, hal ini sangat diduga karena tujuan belajar lillahi ta’ala.
Secara umum kurikulum lembaga pendidikan islam pada tahun 1930 meliputi ilmu-ilmu bahasa arab dengan tata bahasanya fiqih, akidah,akhlak dan pendidikan. Pada sarana pendidikan yang di pergunakan masjid dan madrasah (kelas). Kelas tidak di ukur dari evaluasi tapi kelas menurut tahun masuk atau periodisasi. Tidak ada istilah kenaikan kelas, begitu 6 tahun atau 7 tahun mereka di anggap sudah tamat dan beranjak mengajar.
2. Pendidikan islam di indonesia pada tahun
Menurut mahmud yunus di mana di mulainya moderenisasi pendidikan islam di indoneia di mulai sejak dari tahun 1931 lembaga pendidikan di indonesia memasuki warna baru. Pembaharuan pendidikan islam di indonesia di rintis oleh para alumni yang belajar di negara timur tengah khususnya mekkah. Pengaruh pendidikan moderen sangat mendapat respon positif, karna banyak lembaga pendidikan yang menganut sistem moderen seperti kuliah muallimin islamiah yang berdiri pada tahun 1931 pimpinan Mahmud Yunus. Selain itu pondok moderen Darussalam ponorogo pimpinan K.H Imam zarksyi sudah mengikuti kurikulum dan sistem pendidikan normal sebelumnya masih secara tradisional.
Selain pengetahuan umum sebagai pembaharuan dalam periode ini, selain itu juga pembaharuan dalam bidang metodelogi misalnya Mahmud Yunus menerapkan tariqah Al- Mubasyirah dalam belajar berbahasa arab, dan metodelogi pengajaran setiap bidang studi sangat pariatif, adapun evaluasi sudah menjadi alat ukur keberhasilan siswa.
Menurut Imam Zarkasyi pengaruh pembharuan pada masa ini terhadap masyarakat, yakni wawasan ke islaman umat islam semakin luas, pola pikir semakin rasional, alumni pesantren dapat melanjut kan pendidikan ke universitas baik dalam maupun luar negri.
Awal abad ke- 20 merupakan masa pembaharuan model dan sistem pendidikan islam di indonesia. Pembaharuan tersebut berasal dari kaum reformis muslim sendiri maupun dari pemerintah kolonial belanda.
B. Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia
Pembaharuan mengandung pikiran aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham, adat istiadat, institusi lama dan sebagainya, agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keaadan baru yang timbul oleh tujuan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
Modernisasi atau pembaharuan juga berarti proses pergeseran sikap dan metalitas mental sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan hidup masyarakat kini, moderenisasi merupakan proses penyesuaian pendidikan islam dengan kemajuan zaman.
Modernisasi pendidikan Islam Indonesia masa awalnya dikenalkan oleh bangsa colonial belanda pada awal abad ke-19. Program yang dilaksanakan oleh colonial belanda dengan mendirikan volksshoolen, sekolah rakyat, atau sekolah desa (Nagari) dengan masa belajar selama 3 tahun, di beberapa tempat di indonesia sejak dasawarsa 1870-an. Pada tahun 1871 terdapat 263 sekolah dasar semacam itu dengan siswa sekitar 16.606 orang, dan menjelang 1892 meningkat sekitar 52.685 murid.
Selain itu perubahan atau modernisasi pendidikan islam datang dari mulainya kaum reformis atau modernis muslim. Gerakan reformis muslim yang menemukan momentumnya sejak abad ke 20 berpendapat, diperlukan reformasi sistem pendidikan islam untuk mampu menjawab tantangan kolonialisme dan ekspansi kristen.
Respon sistem pendidikan islam tradisisonal seperti suarau (minangkabau) dan pesantren (jawa) terhadap moderenisasi pendidikan islam menurut Karel Steenbrink dalam kontek suara tradisional menyebutnya sebagai menolak dan mencontoh, dalam kontek pesantren sebagai menolak sambil mengikuti. Selain itu, tak bisa lain dalam pandangan mereka, suara mengadopsi pula beberapa unsur dalam pendidikan modern yang telah diterapkan oleh kaum reformis, khususnya sistem klasikal dan penjenjangan, tanpa mengubah secara signifikan isi pendidikan suarau itu sendiri. Selain itu respon yang telah diberikan oleh pesantren di jawa, komunitas pesantren menolak asumsi-asumsi keagamaan kaum reformis.
C. Gerakan Pembaharuan Islam
1. Gerakan Politik Islam
A. Partai Serikat Islam Indonesia
Sebelum menjadi serikat islam, pada mulanya berasal organisasi dagang yang bernama serikat dagang islam. Didirikan pada 1911 oleh seorang pengusaha batik terkenal di Sala, yaitu Hj Saman Hudin. Anggota-anggotanya terbatas pada para pengusaha dan pedagang batik, sebagai usaha untuk membela kepentingan mereka dari tekanan politik belanda dan monopoli bahan-bahan batik oleh parapedagang cina. Kemudian akibat pelanggaran terhadap syariat dagang islam oleh Residen Surakarta, maka pada tahun 1912 keduddukannya di pindah ke Surabaya dan namanya pun berganti menjadi sarekat islam.
Sarekat islam di pimpin oleh Hj Umar Said Cokroaminoto. Dan dibawah kepemimpinannya sarekat islam berkembang menjadi sebagai organisasi sangat besar dan berpengaruh, anggota- anggotanya semakin banyak dan nmeliputi seluruh lapisan masyarakat dan cabang-cabangnya berdiri dimana-mana tujuannya di perluas, tidak saja urusan dagang dari perekonomiannya, melainkan lebih luas dan besar yaitu menentang politik kolonial belanda dalam segala seginya dengan menggunakan dasar perjuangan islam. Dengan tujuan tersebut akhirnya sarekat islam memasuki bidang politik dan menginginkan suatu pemerintah yaang bebas dari penjajahan belanda.
B. Partai islam majmumi
Partai islam majmumi berdiri pada tanggal 7 november 1945 sebagai hasil keputusan muktamar umat islam indonesia yang berlangsung di yogyakarta (gedung madrasah mualimin muhammadiyah). Pada tanggal 7-8 november 1945. Kongres ini dihadiri oleh hampir semua tokoh dari berbagai organisasi islam dari masa sebelum perang serta pada masa kependudukan jepang, seperti muhammadiyah, nahdatul ulama, sarekat dagang islam, al-wasliyah, persis, al-irsyad, serta tokoh intelektual muslim yang pada zaman belanda aktif dalam jong islamiten bomd dan islam stady club dan sebagainya
2. Perbedaan Organisasi Islam Terbesar Di Indonesia.
A. NU
Secara resmi, NU (Nahdhatul Ulama) didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 di kota Surabaya. Latar belakang berdirinya, mempunyai akar sejarah yang panjang. Dua tokoh penting yang telibat di dalamnya adalah K. H. Hasyim Ay’ari dan K.H. Wahab Hasbullah.
Sejarah berdirinya NU, bermula dari suatu kelompok diskusi taswir al-afkar (potret pemikiran) yang dibentuk oleh K.H. Wahab Hasbullah bersama rekannya K. H. Mas Mansur. Dari kelompok diskusi inilah kemudian dibentuk organisasi yang diberi nama jam’iyah nahdha al-wathan (perkumpulan kebangkitan tanah air). Organisasi ini, bertujuan untuk mem-perluas dan mempertinggi mutu pendidikan madrasah.
Pada tanggal 21-27 Agustus 1925, diadakan kongres al-Islam ke-4 di Yogyakarta, yang membahas tentang “pemurnian ajaran Islam” dan masalah khilafah. Disebabkan posisi yang tidak mengutungkan, dan dengan maksud untuk tetap mempertahankan terpeliharanya praktek-praktek keagamaan tradisional, seperti ajaran-ajaran mazhab yang empat, pemeliharaan kuburan Nabi dan keempat sahabatnya di Madinah, maka lalu dibentuklah suatu komite yang diberi nama “Komite Merembuk Hijaz”. Komite inilah, yang kemudian pada tahun berikutnya, berubah nama menjadi “Nahdlatoel Oelama” (Nahdlatul Ulama) yang disingkat menjadi “NU” dan diketuai oleh K.H. Hasyim Asy’ary.
Dalam skala nasional, saham NU sangat banyak di saat pra dan detik-detik kemerdekaan RI. Diterimanya Pancasila dan UUD 1945 sebagai pilar konstitusi negara RI merupkan sebuah perjanjian luhur bangsa yang tidak lepas dari peran nasionalis dan pemuka NU. NU telah berhasil melakukan sebuah transformasi besar-besaran, khususnya di bidang sosial dan budaya. Tidak dipungkiri lagi, bahwa mainstream ke-Indonesia-an adalah ke-NU-an.
Selepas proklamasi kemerdekaan, orientasi NU lebih terkonsetrasikan pada transformasi bidang sosial-politik. Jasa para kiyai dan warga NU dalam perang kemerdekaan, sangat memberi andil bagi kelangsungan negara RI. Begitu juga keberadaan NU sebagai sebuah parpol pada pemilu tahun 1955. Era transformasi bidang sosial politik ini, berakhir saat NU memutuskan kembali ke khittah 1926, pada Muktamar NU-27 tahun 1984 di Situbondo. Mulai saat itu, NU membuka lembaran baru dalam rangka transformasi bidang sosial-ekonomi.
Lebih dari itu, di era reformasi multi partai, tidak terjunnnya NU ke kancah politik praktis juga memainkan peran strategis bagi kontituitas bangsa dan negara melalui pemerintah. Juga secara politis, warga NU semakin leluasa menyalurkan aspirasi politiknya dalam wadah partai yang lahir dari NU, yakni PKB. Karena itu, bila PKB berkemelut, maka dengan segera PBNU mengeluarkan tawshiyah. Jadi, bukan berarti bahwa peran ulama NU termarginalisasikan, karena posisinya itu justeru di atas para politisi, khususnya politisi nahdliyin (pengikut NU).
Di samping masalah kenegaraan secara internal, NU juga kelihatannya senantiasa mengambil peran dan memberi solusi terbaik bagi negara-negara lain secara eksternal, terutama negara-negara Islam. Cabang-cabang NU, memang eksis juga di luar negeri. Sekarang, PCNU Arab Saudi, diketuai Ir. A. Fuad Abdul Wahab. PCNU Cabang Mesir, diketuai Bukhari Sail, Lc. PCNU Cabang Syiria, diketuai Muflih Sabhan; PCNU Malaysia, diketuai K.H. Fawaid As’ad. PCNU Tunisia, diketua H. Yazid al-Butoniy, lc. Bahkan, di sejumlah negara-negara Barat juga telah dibuka cabang. Ketua PCNU Inggris, yang barusaha terpilih adalah Eddiyanto.
Dalam hal itu untuk menegaskan prinsip dasar orgasnisai ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah.Kedua kitab tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
1. Paham Keagamaan
NU menganut paham Ahlussunah wal jama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya al-Qur'an dan sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fikih mengikuti salah satu mazhab seperti imam Syafi'i Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
2. Usaha Organisasi
Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.Ø
Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas.Hal ini terbukti dengan lahirnya Lembaga-lembaga Pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar di berbagai daerah khususnya di Pulau Jawa.Ø
Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.Ø
Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat. Hal ini ditandai dengan lahirnya BMT dan Badan Keuangan lain yang yang telah terbukti membantu masyarakat.Ø
3. Gerakan NU
NU sebagai organisasi masa Islam, sampai sekarang masih menjadi bahasan yang menarik di dunia akademik. Banyak peneliti asing yang tertarik dengan NU, di antaranya Martin van Bruinessen , Greg Barton, Greg Fealy, Ben Anderson, Mitsuo Nakamura dan lain sebagainya. Mereka tertarik kultur NU dengan ketradisionalannya yang dianggap eksotik.
Berbeda dengan aliran Islam lainnya, NU sangat menghargai tradisi dan kebudayaan setempat.Para peneliti ini mengikuti penelitian Antropologis yang sebelumnya pernah dilakukan.Mereka adalah Clifford Gertz, Andrew Beautty, Mark R. Woodward, Robert Hefner dan antropolog lainya yang memfokuskan pada agama Jawa.Karya-karya yang dihasilkan oleh para peneliti ini hingga sekarang cukup populer dan selalu menjadi rujukan di dunia akademis baik di Indonesia maupun di luar negeri.
Dalam konteks seperti ini, NU menjadi obyek penelitian. Para peneliti inilah yang memiliki otoritas untuk merepresentasikan NU, baik itu berupa sejarah, komunitas, perilaku, dan masa depan NU. Sebagai obyek penelitian, tentunya NU sama sekali tidak memiliki otoritas dalam merepresentasikan dirinya. Hasil-hasil penelitian beberapa peneliti ini, bukan tidak berdampak pada perkembangan Islam di Indonesia. Kita perlu menyadari bersama bahwa peneliti Barat bukan hanya sekedar meneliti atas nama pengetahuan belaka. Mereka datang untuk meneliti sekaligus membuat bangunan epistemologi gerakan Islam.Sehingga wajar jika gerakan Islam di Indonesia semakin bias kepentingan.
B. Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah salah satu organisasi masa islam dan organisasi dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang berakidah islam dan bersumber pada Al quran dan sunnah. Secara etimologis nama ini berasa dari kata Muhammad, yaitu nama Rasulullah SAW yang ditambah ya’ nisbah dan ta’ marbutoh yang berarti “pengikut Nabi Muhammad Saw”.
KH.Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) Ada beberapa alasan yang dikemukakan kalangan muhammadiyah yang menjadi faktor didirikannya organisasi ini oleh KHA. Dahlan :
Ia melihat bahwa umat islam tidak memegang teguh alquran dan sunnah sehingga akhlak masarakat runtuh karena sirik merajalela.Ø
Lembaga pendidikan agama pada waktu itu tidak efisisen. Pesantren yang menjadi lembaga pendidikan kalangan bawah, pada waktu itu dinilai tidak sesuai dengan kebutuhan masarakat. Pada waktu itu pendidikan di indonesia telah terpecah menjadi dua yaitu pendidikan sekuler yang dikembangkan belanda dan pendidikan pesantren.Ø
Kemiskinan menimpa rakyat indonesia, terutama umat islam yang sebagian besar adalah petani dan buruh.Ø Aktivitas misi katolik dan protestan sudah giat beroperasi sejak awal abad 19 dan bahkan sekolah misi mendapat subsidi dari pemerintah hindia belanda.Ø
1. Aktivitas Muhammadiyah.
Untuk merealisasikan tujuannya yaitu :
- Memajukan serta mnggembirakan pelajaran dan pengajaran agama islam di kalangan sekutunya.
- Memajukan serta mengembirakan hidup sepanjang kemauan agama islam di kalangan sekutunya.
Muhammadiyah melakukan berbagai aktivitas, anatara lain :
Membersihkan islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang non-islam. Hal ini dilakukan dengan mempergiat dan memperdalam penyelidikan ilmu agama islam untuk mendapatkan kemurniannya, memperteguh iman, menggembirakan (memotifasi dan memasyarakatkan) dan memperkuat ibadah, mempertinggi akhlak mempergiat dan menggebirakan dakwah islam serta amar ma’ruf nahi munkar, serta mendirikan, menggembirakan dan memelihara tempat ibadah dan waqaf. mengadakan reformasi doktrin islam dengan pandangan alam pikiran modern. Mengadakan reformasi ajaran dan pendidikan islam pembaruan muhammadiyah terlihat dari dua sisi ketika itu, yaitu memberikan pengajaran ajaran islamdi sekolah belanda dan mndirikan sekolah sendiri yang berbeda dengan sistem pesantren. Disekolah ini, disamping pendidikan agama juga juga diberikan pendidikan umum, tidak dilakukan pemisahan antara murid laki-laki dan perempuan.mempertahankan islam dari pengaruh dan serangan dari luar. Untuk itu muhammadiyah berusaha membentengi para pemuda, pelajar dan rakyat biasa dengan menimbulkan kesadaran beragama dan berusaha untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupan mereka sesuai ajaran islam. Dismping itu, rasa persatuan dikalang umat perlu digalang kembali.
2. Muhammadiyah Dan Pengembangan Masyarakat.
Muhammadiyah adalah salah satu organisasi sosial terpenting di Indonesia. Dalam perjalanan dan perkembangannya selama 72 tahun, muhammadiyah telah menunjukkan aktivitasnya dibidang keagamaan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, sosial dan kemasrakatan. Dalam mata kepribadian muhammadiyah dapat dilihat bahwa muhammadiyah adalah gerakan islam. Maksud gerakan disini adalah “ gerakan amar ma’ruf nahi mungkar ” yang ditujukan kepada peroranganan masarakat. Dengan predikat tersebut gerakan muhammadiyah bercita-cita untuk mewujudkan masarakat islam yang sebenar-benarnya “ baldatun toyibatun wa robbun gofur “.
Laju perkembangan muhammaiyah yang cukup pesat dalam periode 1912 - 1942 Delier Noer “ Dengan pengabdian yang sungguh-sungguh pada kerjanya dapatlah kita amati penyebaran yang amat cepat dari organisasi muhammadiyah". Pada tahun 1925 organisasi ini telah mempunya 29 cabang dengan 4000 orang anggota. Pada kongres tahun 1929 tercatan 19000 anggota muhammdiyah dari pulau-pulau besar di indonesia. Pada kongres tahun 1930 yang diadakan dibukit tinggi, mencatat 112 cabang dengan 24000 anggota. Pada tahun 1935 tersebar pada 710 cabang termasuk 316 di jawa, 286 di sumatra, 79 di sulawesi dan 29 di kalimantan. Pada tahun 1938 terdapat 852 cabang serta 898 kelompok yang belum berstatus cabang, seluruhnya dengan 250.000 anggota
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
1. gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidaklah muncul dalam satu pola dan bentuk yang sama, melainkan memiliki karakter dan orientasi yang beragama. Disini penting dipahami bahwa gerakan nasionalisme Indonesia yang bangkit sekitar awal abad ke-20 diusung sebagiannya oleh tokoh-tokoh modernis muslim tidak hanya melalui kendaraan gerakan yang berdasar atau berafiliasi ideologis pada Islam. Sejarah menunjukkan bahwa Islam ternyata hanya menjadi salah satu alternatif yang mungkin bagi tokoh-tokoh modernis muslim di Indonesia sebagai sumber rujukan teoritis dan instrumental gerakan pembaharuan dan nasionalismenya. Sekalipun demikian, hal ini tidak mengecilkan pengertian adanya keterkaitan antara dimensi penghayatan religius dan artikulasi perjuangan sosial-politik di masyarakat. Dengan kata lain, kesadaran nasional sebagai anak bangsa yang terjajah oleh penguasa asing tampaknya memikat mereka untuk bersama-sama menempatkan prioritas nasional sebagai ujud kepeduliannya.
2. Seiring tumbangnya pemerintahan Soeharto, Islam di Indonesia menunjukkan dinamika yang kian bergemuruh. Berbagi kelompok dalam banyak bentuk bermunculan seperti organisasi massa, partai politik dan lembaga-lembaga kajian dan organisasi non pemerintah (ornop). Ini tentu tidak terlepas dari keterbukaan politik dan kebebasan berekspresi serta kebebasan berkumpul dalam sistem demokrasi sekarang. Sesungguhnya kita bisa melihat dari berbagai sudut pandang tentang polarisasi Islam paska orde baru ini. Mark Woodward (2001) misalnya mengelompokkan respon silam atas perubahan paska orde baru ke dalam lima kelompok. Pengelompokan Woodward ini tampaknya melihat dari sudut doktrin dan akar-akar sosial di dalam masyarakat Islam Indonesia yang lama maupun yang baru.
3. NU menganut paham Ahlussunah wal jama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya al-Qur'an dan sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fikih mengikuti salah satu mazhab seperti imam Syafi'i Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
Sedangkan Muhammadiyah adalah salah satu organisasi masa islam dan organisasi dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang berakidah islam dan bersumber pada Al quran dan sunnah.
DAFTAR PUSTAKA
Ma’arif, A. Syafi’i.Muhammadiyah Dan NU.1993.LPPI UMY.Yogyakarta.
Yatim, Badri.Sejarah Peradaban Islam.2007. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Ali, M. Haidar.Nahdatul Ulama Dan Islam Di Indonesia.1998. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Karim, M. Rusli.Muhammadiyah Dalam Kritik Dan Komentar.1986. CV. Rajawali.Jakarta
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق