BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan lainnya adalah penekanannya terhadap Ilmu. Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah mengajak kaum muslimin untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Yang disebutkan dalam surat al-Mujaddalah ayat 11:
Yang Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Ilmu
2. Pengumpulan Seluruh Ayat Yang Berbicara Tentang Ilmu
3. Kajian Ayat-Ayat Tentang Konsep Ilmu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu
Secara etimologi Ilmu, berasal dari bahasa arab 'ilm padanannya dalam bahasa inggris science, dalam bahasa jerman wisenschaft, dan dalam bahasa belanda wetenschap. Ilmu dalam konteks indonesia berasal dari bahasa Arab dari akar kata 'ilm, kata jadian dari alima, ya'lamu, ilman, alimun, ma'lumun. Tiga kata terakhir menjadi kata indonesia ilmu, alim ulama, dan maklum.
Maka ilmu secara bahasa menunjukan kata benda abstrak, berbentuk masdar dari alima, ya'lamu, ilmun yang berarti pengetahuan. Begitu juga Science berasal dari akar kata scire yang berarti mengetahui (to know). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan yang sebenarnya dalah hasil atau produk dari suatu kegiatan yang dilakukan secara sesuai dengan prosedur ilmiah.
Berikut ini beberapa pengertian ilmu secara terminologis:
The Liang Gie: ilmu adalah rangakaian aktivitas manusia rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatana atua keorangan untuk tujuan menacapai kebenaran, memperoeh pemahaman, memberi penjelasan, ataupun melakukan penerapan.
Kata a-l-m diungkapkan dalam 82 macam bentuk yang dikaitkan dengan berbagai macam kata ganti (damir) sebagai berikut: a'lam, 'alamat, al-ilm, 'ilmihi.............
Kedua, Pengertian tentang ilmu dalam al-Quran tidak terbatas pada kata-kata yang berasal dari a-l-m, karena kata tahu itu tidak hanya diwakili oleh kata tersebut. Setidaknya ada beberapa pengertian yang mengandung kata "tahu", seperti 'arafa, dara, khabara, sya'ara, ya'isa, ankara, basirah, dan hakim.
Pengertian ilmu pengetahuan terdapat pula dalam ungkapan hikmah yang telah menjadi kata indonesia. Biasanya diartikan dengan "pelajaran", ada juga yang menterjemahkan "kebijaksanaan" atau pengetahuan tertinggi". Kata hikmah yang berarti pelajaran dapat terlihat pada (QS. Luqman, 31:12). Kata hikmah yang diartikan kebijaksanaan memerlukan pemikiran yang mendalam serta berulang-ulang tentang suatu hal yang sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang tinggi. Kegiatan ini sering disebut filsafat. Filsafat pada umumnya menggunakan rasio sebagai tolok ukurnya, sehingga hal-hal yang diluar jangkauan rasio tidak termasuk wilayah filsafat. (ada kesalahan, baca lagi wilayah filsafat Titus) Ilmu sebagai proses, prosedur, dan produk yang diungkapkan The Liang Gie dapat terlihat pada al-quran antara lain:
Ilmu sebagai proses diungkapkan al-quran dalam bentuk kata kerja (fi'il), QS. Al-Alaq, 96:1-5). Kata Iqra bersal dari akar kata yang berati menghimpun dan kata tersebut melahirkan aneka ragam makna, seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui isi sesuatu dan membaca, baik teks tertlis maupun teks tidak tertulis. Iqra' dismaping berati menghimpunjuga memiliki makna bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah diri sendiri, yang tertulis dan tidak tertulis.
Ilmu sebagai proses dalam kaitannya dalam bentuk ungkapan dalam al-Quran dapat dipahami anata lain dari bentuk 'allama yang berarti mengajarkan. Kata 'allama dkaitkan dengan kata ganti lain disebut sebanyak empat kali. Keempat ungkapan tersebut dapat dilihat pada al-Baqarah, 2:31. kata 'allama juga terdapat pada QS Ar-Rahman, 55:2; Al-Alaq, 92:4. dari kata 'allama yang tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa 1] bentuk 'allama hanya Allah yang dimaksud sebagai subjek sekaligus sebagai sumber ilmu pertama; 2] yang diajar selalu manusia sebagai objek dari yang pertama dan juga dapat berarti bahwa proses kejadian manusia merupakan objek ilmu yang harus dipelajari oleh manusia itu sendiri; 3] obejk ilmu pengetahuan adalah seluruh alam semesta; 4] manusia dismaping sebagai "subjek" pencari ilmu juga sebagai objek ilmu seperti biologi, psikologi, sosiologi.
Ketiga, Ada juga bentuk lain yang mengandung proses pencarian ilmu, antara lain: iqra', nazar, al-ra'yu, al-basar, as-sam'u, al-fikr, al-aql, al-tadabbur, al-fiqh, al-fahm, al-ma'rifat, al-zikr, al-ubart, al-yagn, al-zan, al-husban, dan al-hisban, asy syah, al-kaib.
Term-term yang secara tidak langsung merujuk kata ilmu: 1] 'alamin berarti alam semesta; 2] As-samawat wa al-Ardi berarti langit dan bumi; 3] kulla syaiin berarti segala sesuatu; 4] makhluk. Inilah yang nantinya menjadi basis ontologi ilmu pengetahuan sebenarnya.
B. Pengumpulan Seluruh Ayat Yang Berbicara Tentang Ilmu
Dari wahyu tersebut tersirat bahwa mukjizat Islam yang paling utama adalah Ilmu. Kata “ilmu” dengan berbagai bentuknya, dalam Al-Qur’an terulang 854 kali yang digunakan dalam arti proses pencapaian ilmu pengetahuan dan obyek pengetahuan. Dari segi bahasa ilmu berarti “kejelasan”, karena itu kalimat yang terbentik dari akar kata علم"”- “يعلم” mempunyai arti “kejelasan”. Berbeda dengan kata “عرف”-“يعرف” yang artinya mengetahui, arif (mengetahui) dan ma’rifah (pengetahuan). Allah swt tidak dinamakan Arif tetapi Alim.علم"”- “يعلم” digunakan oleh Allah swt dalam Al-Qur’an untuk hal-hal yang diketahui-Nya, walaupun ghoib, tersembunyi atau dirahasiakan.
C. Kajian Ayat-Ayat Tentang Konsep Ilmu
Perspektif islam tentang ilmu, dapat diketahui dari wahyu pertama yang diturunkan.
Dalam perspektif islam, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul dari makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan seperti yang dijelaskan dalan Al-qur’an surat Al-Baqarah ayat 31-32. Yang menceritakan tentang kisah penciptaan dan kejadian manusia pertama di dunia.
Manusia menurut Al-Qur’an memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya, sehingga banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist-hadist nabi yang memrintahkan manusia untuk mencari ilmu. dan berkali-kali pula menunjukan betapa tinggi kedudukanorang mukmin yagn berilmu pengetahuan seperti yang telah dijelaskan di surat Al-Mujaddalah ayat 11, yang mana Allah swt meningikan derajat orang-orang yang beriman dan yang berilmu beberapa derajat, sehingga Allah swt menjadikanya sebagai tugas yang di emban oleh rasulullah saw yang termaktub dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 164.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa islam melalui pesan yang tersirat dalam al-qur’an dan hadist secara doktrinal sangat mendukung pengembangan ilmu. Al-Qur’an dan Al-Hadist merupakan sumber bagi ilmu dalam arti seluas-luasnya. Kedua sumber pokok islam ini memainkan peranan ganda dalam penciptaan dan pengembangan ilmu. Pertama, prinsip-prinsip seluruh ilmu dipandang kaum muslim terdapat dalam Al-Qur’an. Kedua, Al-Qur’an dan Al-Hadist menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan ilmu dengan menekankan kebajikan dan keutamaan. Karenanya, seluruh metafisika dan kosmologi yang terbit dari kandungan Al-Qur’an dan Hadist merupakan dasar pembangunan dan pengembangan ilmu islam. Dengan demikian kedua sumber pokok ini menciptakan atmosfer khas yang mendorong aktivitas intelektual muslim.
Wahyu pertama merupakan modal utama untuk mengemban tugas kekhalifahan. Dalam wahyu tersebut tidak dijelaskan “apa yang harus dibaca”, karena Al-Quran menghendaki umatnya “membaca apa saja selama bacaan tersebut bismirabbik (dengan menyebut nama Allah). Kata Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuailah cirri-ciri sesuatu. Dengan demikian, obyek pertama iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.
Menurut pandangan Al-Quran dimana diisyaratkan oleh wahyu pertama, bahwa ilmu terdiri dari 2 macam, yaitu ilmu yanga diperoleh karena usah manusia “ilm kasby” dan ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia “ ilm Laduni. Ayat tentang ilmu kasby lebih banyak dari pada ilmu laduni. Pembagian in dikerenakan dalam pandangan al-quran terdapat hal-hal yang “ada” tapi tidak diketahui melaui manusia itu sendiri. Ada wujud yang tidak tampak:
Dengan demikian objek ilmu meliputi materi dan non materi, fenomena dan non fenomena, bahkan ada wujud yang jangan kan dilihat, diketahui oleh manusia saja tidak seperti yang ditegaskan dalam surat An-Nahl ayat 8.
“Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.”(QS An-Nahl : 8)
Dari sini jelas bahwasannya pengetahuan manusia amat terbatas dan wajar Allah mengaskan bahwa manusia hanya diberi sedikit pengetahuan:
Apabila diperhatikan dari wahyu pertama, akan diperoleh isyarat bahwa ada 2 cara perolehan dan pengembangan ilmu. Pertama, mengejarkannya dengan pena dengan apa yang diketahui manusia sebelumnya . Kedua, Allah mengajar manusia (tanpa pena) apa yang belum diketahuinya
Cara pertama adalah mengajar dengan alat atau atas dasar usaha manusia sedangkan cara kedua adalah mengajar tanpa alat atau tanpa usaha manusia. Walaupun berbeda keduanya berasal dari satu sumber yaitu Allah swt. Menurut ilmuwan obyek ilmu mencakup alam materi dan non materi maka utuk meraih imlu menggunakan tatacara dan sarana tertentu. Al-Quran telah mengisyaratkan ada 4 sarana untuk meraih ilmu, yaitu pendengaran, penglihatan dakal dan hati. Sepeti yan tertulis dalam al-Quran surat An-Nahl ayat 78 yang temaktub diatas.
Dalam pendidikan islam dapat dibuktikan bahwa perintah Al-Quran tentang menuntut ilmu tidaklah terbatas pada ajaran-ajaran syariah tertentu akan tetapi juga mencakup setiap ilmu yang berguna bagi manusia. Untuk melakukan hal itu harus ditunjukan dan didefinisikan kewajiban dan tujuan seorang muslim dalam kehidupan di dunia. Allah melalui kitabnya Al-Quran telah mengaskan bahwa semuanya akan kembali pada penciptanya.
" (yaitu) jalan Allah yang Kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan." (QS As-Syura ; 53)
Tujuan penciptaan semua makhluknya termasuk jin dan manusia adalah agar mereka menyembah dan mendekatkan diri kepada yang maha kuasa.(surat Adzariyat ayat 56)
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS Ad-Dzariyat : 56)
Dengan demikian tujuan utama manusia adalah mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh ridhonya. Segala sesuatu yang mendekatkan diri kepada tuhannya dan petunjuk-petunjuknya pada arah tersebut adalah terpuji. Ilmu hanya berguna jika dijadikan alat untuk medekatkan diri kepada Allah, jika tidak maka ilmu akan mejadi penghalang besar.
Ibadah kepada Allah tidak hanya melalui shalat, puasa dan sebagainya. Akan tetapi setiap gerakan (aktifitas) menuju Taqaa\rrub (mendekatkan) diri kepada Allah merupakan ibadah. Salah satu saran untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan menggunakan ilmu. Cara dan upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah diantaranya adalah meningkatkan pengetahuan tentang kebesaran Allah, membantu mengembangkan masyarakat muslim dan merealisasikan tujuan-tujuannya. Membimbing orang lain membantu memecahkan berbagai problem masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap ilmu yang tidak menolong manusia dijalan menuju Allah diumpamakan keledai yang membawa mautan buku diatas yang tebal. “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, Kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim." (QS Al-Jum’ah : 5)
Sayyid Qutb dalam tafsirnya Fi Dzilalil Quran mengatakan bahwa dalam wahyu pertama bentuk atau pokok masalah ilmu tidak disebutkan sebab ia melihat ilmu secara umum. Lebih dari itu ayat ini mengisyaratkan seluruh ilmu adalah pemberian Allah. Menuasia terdidik harus menyadari hal itu dan menghadapkan wajahnya untuk meraih ridha Allah swt. Karena itu ilmu tidak boleh menghalangi hubungan antara manusia dan tuhannya. Ilmu yang memisahkan hati menusia dan [enciptanya tidak berarti kecuali penyimpangan dan penyelewengan dari asalnya dan melupakan tujuannya. Ilmu tidak memberikan kebahagiaan kepada pemiliknya meupun kepada orang lain dan menjadi sebab terjadinya kekejaman, ketakutan, kecemasan dan kehancuran. Hal ini dikarenakan telah sesat arah, terasing dan kehilangan jalan menuju Allah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Hakikat ilmu pengetahuan dalam al-Quran adalah rangkaian aktivitas manusia dengan prosedur ilmiah baik melalui pengamatan, penalaran maupun intuisi serta mengandung nilai-nilai logika, estetika, hikmah, rahmah dan petunjuk bagi kehidupan manusia baik di dunia maupun di kemudian hari. Al-quran banyak mengandung nilai-nilai empirik serta isyarat yang diberikan pengetahuan baik melalui ayat-ayat tertulis yaitu al-Quran maupun ayat-ayat yang terbentang luas dialam semesta beserta isinya.
2. Dugaan bahwa al-quran merupakan penghambat perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan adalah tidak benar; dari hasil temuan di berbagai ayat, tidak satupun yang melarang pengembangan ilmu pengetahuan, bahkan sebaliknya, al-quran selalu mendorong sampai-sampai "menentang" kepada manusia untuk mempelajari seluruh alam semesta termasuk rahasia dibalik alam fisik. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, al-quran sangat menekankan peranan pengamatan dan penalaran, demikian juga wahyu dan ilham mempunyai peranan yang sangat besar terutama dalam mengungkap, memahami dan mengembangkan rahasia-rahasia dibalik alam fisik.
3. Pengetahuan yang semula untuk kesejahteraan, ketenangan dan ketentraman, telah berubah dan cenderung pada perusakan alam bahkan pada pemusnahan manusia, hal ini karena tidak dilandasi oleh nilai-nilai etik moral dan agama sebagai landasan ilmuwan. Ini semua sangat bertentangan dengan anjuran bahkan perintah Allah swt., melalui al-quran untuk memakmurkan alam dan semua isinya. Dengan kata lain penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagaimanapun tidak dapat bebas dari nilai.
DAFTAR PUSTAKA
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi Dan Modernisasi Menuju Millenium
Baru (Jakarta: penerbit Kalimah, 2001)
M. Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudlu’I Atas Pelbagai Persoalan \ Umat (Bandung: Mizan, 1999, cet IX)
Sayyid Qutb, Fi Zilalil Quran, Jilid VI, hal 262-263.
Sulaiman Noordin, Sains Menurut Pespektif Islam (Kualalumpur, Malaysia:PT Dwi
Rama, 2000)
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق