BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak
boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah.
Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya
agar sesuai dengan norma-norma atau aturan di dalam masyaratakat. Setiap orang
dewasa di dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidik merupakan
suatu perbuatan sosial yang mendasar untuk petumbuhan atau perkembangan
anak didik menjadi manusia yang mampu berpikir dewasa dan bijak.
Orang tua sebagai lingkungan pertama dan
utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya
disinilah dimulai suatu proses pendidikan. Sehingga orang tua berperan
sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan
lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam
keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam
keluarga. Balson (1999:17) menyatakan bahwa Untuk memahami anak dan
jasmaninya, kecerdasan, kehidupan sosial serta perkembangan emosinya, menuntut
bahwa orang tua perlu memiliki pengetahuan tentang tingkah laku sedemikian
hingga mereka dapat menyesuaikan keputusan-keputusan mengenai anak-anak mereka
dan dapat bertindak dalam cara yang ditata untuk mendorong perkembangan anak.
Anak-anak belajar dan tumbuh dalam tiga
lingkungan yang sangat berpengaruh, yaitu: keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Terdapat keterkaitan yang kuat antara tiap lingkungan dalam memberi pengaruh
positif untuk anak-anak, keluarga, dan sekolah, ketika sekolah dapat menjangkau
para orang tua dan secara aktif melibatkan orang tua untuk mendukung dan
mendorong anak-anak mereka dalam belajar dan berkembang.
Keluarga sebagai lembaga pendidikan
memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak
dan mendidik anak dirumah, serta fungsi keluarga/orang tua dalam
mendukung pendidikan di sekolah. Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut secara
maksimal, orang tua harus memiliki kualitas diri yang memadai, sehingga
anak-anak akan berkembang sesuai dengan harapan. Artinya orang tua harus
memahami hakikat dan peran mereka sebagai orang tua dalam membesarkan anak,
membekali diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan
tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang perkembangan anak.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
pendidikan lingkungan pada anak usia dini ?
2.
Apa saja Prinsip Penyediaan
Lingkungan Sehat untuk Anak Usia Dini ?
3.
Bagaimana Pengaruh Lingkungan
Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini ?
C.
Tujuan Penulis
1.
Untuk mengetahui tentang
pendidikan lingkungan pada anak usia dini
2.
Untuk mengetahui tentang prinsip
penyediaan lingkungan sehat untuk anak usia dini
3.
Untuk mengetahui tentang pengaruh
terhadap perkembangan anak usia dini
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendidikan
Lingkungan pada Anak Usia Dini
Menurut Ariyanti Lingkungan merupakan salah satu unsur
terpenting yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pengaruh lingkungan pada anak dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung. Kontak anak dengan lingkungannya akan membawa dampak-dampak tertentu,
baik berjangka pendek maupun berjangka panjang. Bahkan jika tidak dapat
diantisipasi dengan baik, dampak tersebut dapat bersifat sangat fatal pada
anak.[1]
Agar dapat mengantisipasi pengaruh buruk lingkungan terhadap
anak, maka orang tua dan orang dewasa lain (masyarakat) sebagai pendidik,
hendaknya dapat memahami dengan baik unsur-unsur lingkungan yang berada di
sekitar anak.
Menurut Mariyana Kata “lingkungan” sebenarnya merupakan
padanan kata dari environment yang berasal dari bahasa
Inggris, di Indonesia kata environment lebih merujuk pada
istilah lingkungan hidup atau lingkungan dalam kehidupan, maksudnya adalah
sesuatu yang berada di sekeliling organisma dan berpengaruh
pada kehidupannya.[2]
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 4 tahun
1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup, Bab I
pasal I bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perilaku kehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Pendidikan lingkungan harus mampu mendorong terjadinya
integrasi kearifan sikap dan perilaku dalam menghadapi masalah yang timbul
karena tatanan alam (gempa bumi, meletusnya gunung berapi, dan sebagainya)
dengan kerusakan atau kerugian karena perilaku jenis makhluk hidup termasuk
manusia. Kemudian harus diintegrasikan pula dalam upaya mengurangi dan
memperkecil kerusakan serta pencemaran sebagai akibat perbuatan kita.
B.
Prinsip Penyediaan Lingkungan
Sehat untuk Anak Usia Dini
1.
Penyelenggaraan pendidikan lingkungan
hendaklah dilakukan secara aktual dan lebih bersifat emergen
Pendekatan emergen dapat dimaksudkan
sebagai pendekatan yang menekankan pada ‘kepekaan’ dari orang tua atau orang
dewasa lain pada saat penerapan pendidikan lingkungan dengan tindakan-tindakan
yang dapat mengamankan anak dari berbagai ancaman atau gangguan yang mencelakai
anak atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Pendekatan emergenmenuntut
orang tua bertindak dengan segera dalam memenuhi kebutuhan layanan anak.
Pendekatan aktual dan emergen juga mempunyai arti bahwa
orang tua dalam memberikan pendidikan lingkungan hendaknya memperhatikan
hal-hal dalam lingkungan sekitar anak yang diminati dan menarik bagi
anak. Kedua pendekatan tersebut, yaitu pendekatan aktual dan emergen, dalam
konteks pendidikan masa kini lebih dikenal dengan pendekatan kontekstual.
Jika pendekatan aktual dan emergen dapat berjalan dan
dilaksanakan dengan baik oleh orang tua, maka akan terdapat beberapa keuntungan
yang diantaranya adalah sebagai berikut :
·
Materi yang disampaikan lebih bermanfaat bagi kehidupan
anak, dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
·
Anak-anak usia dini akan terhindar dari hal-hal yang
membahayakan, terutama terhindar dari hal-hal yang membahayakannya secara
fatal.
·
Pendidikan lingkungan akan lebih fleksibel dan dapat
diterapkan sesuai kondisi anak di rumah dan lingkungannya.
2.
Penyelenggaraan pendidikan lingkungan hendaklah dilakukan
secara terpadu
Pendidikan lingkungan yang diberikan kepada anak haruslah
dapat membantu pengembangan potensi anak seutuhnya. Jadi pendidikan lingkungan
untuk anak usia dini hendaklah memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami
lingkungan hidup secara lebih baik dan bermakna. Hal ini sesuai dengan
pandangan para ahli, di antaranya adalah pendapat Eliason dan Jenkins, mereka
mengemukakan bahwa pendidikan yang diberikan kepada anak usia dini hendaklah
memberi kesempatan untuk mengembangkan semua aspek perkembangan, baik aspek
perkembangan intelektual, dorongan hubungan sosial, perkembangan emosi dan
fisik anak.
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih konkret, perhatikan
contoh berikut :
·
Jika orang tua ingin menganjurkan atau melarang sesuatu,
maka hendaklah ia menyampaikannya bersama alasannya. Janganlah menyampaikan
segala sesuatu hanya secara dogmatis.
·
Jika ingin menjelaskan suatu konsep tentang lingkungan, maka
sedapat mungkin ikuti dengan prakteknya, misalnya menirukan sesuatu.
·
Jika ingin menyuruh sesuatu kepada anak, maka orang tua juga
harus melakukan hal tersebut sehingga anak bukan sekedar mengikuti perintah,
tetapi juga akan tumbuh rasa empati, kebersamaan dan sebagainya dalam jiwanya.
3.
Penyelenggaraan pendidikan lingkungan hendaklah dilakukan
dalam suasana yang menyenangkan atau melalui bermain
Bermain adalah bagian dari perkembangan, hak dan kebutuhan
anak. Akan sangat bijak tentunya jika pendidikan lingkungan dilakukan
secara menyenangkan, dan sedapat mungkin melalui kegiatan bermain. Dalam hal
ini bermain merupakan medium belajar yang baik bagi anak usia
dini. Kegiatan bermain memungkinkan pengalaman fisik, interaksi sosial, dan
refleksi terjadi secara kombinatif. Dengan bermain, kemampuan memanipulasi
langsung, mendengar, melihat, meraba, merasa, menyentuh, melakukan, dapat
terfasilitasi. Begitu pula, kemampuan sosialnya, baik berinteraksi dengan teman
sebayanya (peer group) maupun dengan yang lebih dewasa (guru, orang tua,
pembimbing) ikut terfasilitasi.
Kegiatan bermain memungkinkan terbukanya saluran dan daya-daya
yang dimiliki anak, baik saluran visual, auditif, kinestetik maupun ekspresinya
sesuai kodrat dan potensinya.
4.
Penyelenggaraan pendidikan lingkungan sebaiknya dikaitkan
dengan kehidupan nyata di sekitar anak
Pendidikan lingkungan yang kita berikan kepada anak adalah
untuk membantu mereka agar dapat mengisi kehidupannya dengan lebih baik. Untuk
itu sangat penting di upayakan bahwa materi pendidikan yang diangkat untuk anak
usia dini hendaklah dekat dan berhubungan dengan lingkungan anak. Sangat banyak
hal-hal nyata yang dekat dan berada di sekitar anak, mulai dari pakaian yang
melekat dan dipakai anak, makanan yang di santap anak, hingga rumah yang
ditinggali anak bersama orang tuanya. Anak sejak dini dapat di ajari menjaga
kebersihan pakaian yang dipakainya, belajar memilih makanan yang sehat bahkan
belajar cara membersihkan rumah dan perabotan yang ada di sekitarnya.
Materi-materi tersebut sangatlah berguna dalam meningkatkan kemandirian anak.
Pendidikan lingkungan yang berorientasi lingkungan yang terdekat dengan anak,
akan menghantarkan anak menjadi warga Negara yang peduli akan diri dan mutu
lingkungannya kelak.
5.
Materi pendidikan lingkungan hendaklah disajikan melalui
objek dan aktivitas nyata
Anak usia dini adalah pelajar aktif (an active learner).
Dalam aktivitasnya mereka senang mengenal, mengidentifikasi, mempelajari obyek,
serta keadaan yang bertautan dengan inderanya. Kewajiban kita adalah
menyediakan pilihan-pilihan kegiatan belajar bagi anak yang sesuai dengan
hakikat dan karakteristiknya. Anak usia dini sangat cocok dengan pola
pendidikan lingkungan melalui pengalaman konkret (sentuh dan rasa) yang
melibatkan aktivitas fisik-motorik, interaktif serta hal-hal yang bersifat
alamiah (child’s nature). Secara sederhana, pendidikan lingkungan yang
diberikan oleh orang tua hendaklah mengedepankan pemberian pengalaman langsung
yang bersifat kegiatan nyata.
6.
Pendidikan lingkungan hendaklah menjunjung tinggi nilai
keamanan agar terhindar dari kecelakaan yang tidak diharapkan
Lingkungan di sekitar anak usia dini tentu amat banyak dan
luas, sebanyak dari jumlah objek yang ada di sekitarnya. Semua objek dan
material yang ada di sekitar rumah dapat dan potensial menjadi bagian dari
materi pendidikan lingkungan bagi anak usia dini. Misal, taman yang ada di
halaman rumah akan sangat baik untuk mengajarkan cara menyiram, memberi pupuk,
hingga memangkas bagian bunga yang kurang indah. Dalam rangka pendidikan
lingkungan pekerjaan-pekerjaan itu dapat diberikan kepada anak. Namun, carilah
alat-alat bertaman yang aman dan sesuai kesanggupan anak. Misalnya, alat
penyiram bunga yang kapasitas isi airnya lebih sedikit dibanding untuk orang
dewasa, untuk memupuk bunga sediakanlah sarung tangan, serta untuk memangkas
bunga hendaklah didampingi oleh orang tua.
C.
Sasaran Pendidikan Lingkungan Pada
Anak Usia Dini
Pada saat ini lingkungan yang kondusif akan sangat berperan
penting pada kehidupan individu untuk menghadapi persoalan dan tantangan
lingkungan hidup yang semakin hari semakin banyak dan semakin kompleks. Oleh
karena itu, banyak elemen-elemen yang sangat berperan penting dalam menciptakan
lingkungan kondusif. Seperti halnya peran pendidik anak usia dini yang
bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan yang kondusif (aman, nyaman, dan
menyenangkan) bagi anak didik. Orang tua pun mempunyai peranan penting dalam
menciptakan lingkungan yang kondusif karena orang tua merupakan pendidik yang
pertama dan utama dalam kehidupan anak, karena dari orang tua lah pertama kali
anak mendapatkan pendidikan dan pengajaran, bersama orang tua juga sebagian
besar waktu anak dihabiskan sehingga orang tua hendaknya mampu memberikan
pendidikan terbaik yang mendukung anak menjadi individu berkualitas. Selain
itu, masyarakat pun mempunyai peranan penting dalam menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi anak usia dini.
Banyak hal yang harus dilakukan untuk melestarikan
lingkungan yang saat ini telah mencemaskan berbagai pihak termasuk orang tua
dan masyarakat Indonesia khususnya. Misalnya isu maraknya makanan yang
mengandung formalin, boraks, dan lain-lain, yang mengakibatkan adanya kasus
anak keracunan makanan, bahkan beberapa kasus menimbulkan kematian.
Dari kasus-kasus yang telah terjadi diatas, perlu kita
ketahui betapa pentingnya kita mewujudkan dan menyediakan lingkungan yang sehat
untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini, karena pada
masa ini anak sedang mengalami masa golden age. Dimana pada
masa golden age ini anak usia dini perlu diberikan
stimulus-stimulus yang diberikan oleh orang dewasa agar anak memahami akan
pentingnya pendidikan lingkungan.
Adapun sasaran terpenting pendidikan lingkungan pada anak
usia dini adalah
a. Agar anak usia dini memiliki
pengetahuan tentang lingkungan yang lebih baik, sehingga sejak dini
konsep-konsep dasar dan wawasan tentang lingkungan melekat pada anak.
b. Agar anak usia dini memiliki
kemampuan berinteraksi dengan lingkungan hidup secara lebih tepat dan lebih
baik.
c. Agar anak usia dini memiliki
kemampuan mengelola lingkungan hidup lebih tepat dan lebih baik.
d. Agar anak usia dini dapat memanfaatkan
lingkungan hidup lebih tepat, wajar dan lebih baik.
e. Agar pada diri anak usia dini tumbuh
kemauan untuk berbuat sesuatu yang baik untuk lingkungan.
f. Agar anak usia dini dapat
menghindari dampak-dampak buruk dari lingkungan dan pengaruh-pengaruh lainnya
yang lebih luas.
Dari sasaran di atas, diharapkan anak dapat memecahkan
persoalan-persoalan kritis yang terkait lingkungannya serta sekaligus membantu
membentuk ketahanan anak dalam menghadapi kehidupan yang lebih luas dan
kompleks di masa depannya.
Menurut sujiono Secara konseptual, berbagai keterampilan
anak usia dini yang terkait dengan penguasaan lingkungan diantaranya : [3]
1) Keterampilan mengamati
a. Mengamati ciri-ciri alam dan
lingkungan yang sehat dan tidak sehat, baik secara fisik maupun sosial-budaya
di sekitarnya.
b. Mengamati berbagai dampak dari
pembuangan limbah atau sampah sehari-hari terhadap alam dan lingkungannya.
c. Mengamati ciri-ciri alam dan
lingkungan flora dan fauna yang lestari dan yang rusak atau terganggu.
d. Mengamati ciri-ciri dari berbagai
jenis makanan, minuman dan bahan konsumsi yang dianggap memenuhi standar
kesehatan.
e. Mengamati perilaku orang sehat dan
tidak sehat dalam bersikap terhadap alam dan lingkungan anak.
f. Membaca dan mengenal berbagai
petunjuk atau larangan (biasanya dalam bentuk simbol atau lambang) yang terkait
dengan kelestarian alam dan lingkungannya, misalnya tanda larangan buang
sampah, dilarang memetik bunga, dilarang menembak burung, dan sebagainya.
g. Membedakan perilaku hemat energi dan
air di masyarakat, terutama di sekitar anak.
2) Keterampilan mengklasifikasi
(menggolongkan)
a. Mengelompokkan alam dan lingkungan
yang sehat (alami, seimbang) dengan lingkungan yang tidak sehat ( tercemar atau
polusi).
b. Mengelompokkan alam dan lingkungan
yang tercemar atau polusi, seperti polusi air, udara dan tanah.
c. Mengelompokkan perilaku orang yang
hemat air atau energi dalam kelompok masyarakat.
d. Mengelompokkan limbah atau sampah
berdasarkan jenisnya, misalnya : sampah kering dengan sampah basah, sampah
organik dengan sampah anorganik, dan sebagainya.
e. Mengelompokkan berbagai alasan yang menyebabkan terjadinya
kerusakan alam dan lingkungan, pencemaran, kemusnahan, dan dampak lainnya bagi
kehidupan.
f. Mengelompokkan makanan sehat dan
tidak sehat, terutama yang sehat dikonsumsi oleh anak-anak.
g. Mengelompokkan cara-cara
penanggulangan kerusakan, pencemaran dan kemusnahan alam dan lingkungan,
terutama di sekitar anak.
3) Keterampilan memprediksi
(meramalkan)
a.
Memperkirakan dampak-dampak dari perilaku yang tidak sehat,
perilaku merusak serta perilaku eksploitasi terhadap alam dan lingkungannya.
b.
Memperkirakan akibat-akibat dari pembuangan limbah atau
sampah yang tidak sesuai dengan tempatnya.
c.
Memperkirakan akibat-akibat dari pemakaian kimia dan
obat-obatan berbahaya terhadap alam dan lingkungan.
d.
Mengatasi secara sederhana cara-cara menghindari dampak
limbah, pencemaran dan perilaku yang tidak sehat dalam kehidupannya, misalnya :
menghindari polusi udara dengan menutup hidung menggunakan sapu tangan atau
tisu, bila badan atau tangan kotor segera mandi atau cuci, dan sebagainya.
e.
Mengajak ke dokter atau ke puskesmas jika mengalami gangguan
kesehatan akibat pencemaran atau dampak negatif alam dan lingkungan.
4) Keterampilan mengkomunikasikan
a.
Melaporkan hasil pengamatan terhadap peristiwa pencemaran, pendangkalan
sungai (oleh sampah) yang ditemukan di sekitarnya, dan sebagainya.
b.
Mengajak teman-temannya untuk berperilaku sehat dan
mencintai alam serta lingkungan.
c.
Membuat gambar (poster) tentang kelestarian alam dan
lingkungan.
d.
Gemar membaca buku-buku yang memberikan informasi
kelestarian alam dan lingkungan hidup.
D.
Pentingnya Pendidikan Lingkungan
Bagi Anak Usia Dini
Pendidikan lingkungan hidup berperan penting dalam
pelestarian dan perbaikan lingkungan di dunia, dalam mewujudkan hidup yang berkelanjutan.
Sebuah tujuan dasar dari pendidikan lingkungan adalah untuk membuat individu
dan masyarakat memahami sifat kompleks alam dan lingkungan, yang dibangun dan
dihasilkan dari interaksi aspek biologi, fisik, sosial, ekonomi, dan budaya
mereka, dan memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, sikap, dan keterampilan
praktis untuk berpartisipasi dalam cara yang bertanggung jawab dan efektif
dalam mengantisipasi dan memecahkan masalah lingkungan, dan dalam pengelolaan
kualitas lingkungan.
Pentingnya pendidikan lingkungan hidup untuk hidup yang
berkelanjutan sehingga pendidikan lingkungan hidup harus di terapkan di
masyarakat mulai dari usia dini. Setiap sekolah harus bisa mengajak dan
memperkenalkan terhadap siswa/siswinya dalam memahami kondisi alam dan masalah
alam saat ini. Tujuannya ialah untuk meningkatkan kesadaran agar lebih peka
terhadap kondisi alam saat ini.
E.
Pengaruh Lingkungan Terhadap
Perkembangan Anak Usia Dini
1.
Pengaruh Lingkungan Keluarga
Menurut Rahmanur Dhiada Lingkungan memiliki peran penting
dalam mewujudkan kepribadian anak. Khususnya lingkungan keluarga. Kedua orang
tua adalah pemain peran ini. Lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal
kehidupan bagi setiap manusia. Keluarga menyiapkan sarana pertumbuhan dan
pembentukan kepribadian anak sejak dini. Dengan kata lain kepribadian anak
tergantung pada pemikiran dan perlakuan kedua orang tua dan lingkungannya.
Rasulullah SAW bersabda, “Setiap anak yang dilahirkan berdasarkan fitrah, Kedua
orang tuanyalah yang akan menjadikannya dia yahudi atau nasrani atau majusi”.[4]
Peran keluarga lebih banyak memberikan pengaruh dukungan,
baik dari dalam penyediaan fasilitas maupun penciptaan suasana belajar yang
kondusif. Sebaliknya, dalam hal pembentukan perilaku, sikap dan kebiasaan,
penanaman nilai, dan perilaku-perilaku sejenisnya, lingkungan keluarga bisa
memberikan pengaruh yang sangat dominan. Di sini lingkungan keluarga dapat
memberikan pengaruh kuat dan sifatnya langsung berkenaan dengan pengembangan
aspek-aspek perilaku seperti itu, keluarga dapat berfungsi langsung sebagai
lingkungan kehidupan nyata untuk memperaktekkan aspek-aspek perilaku tersebut.
Selanjutnya, Radin menjelaskan 6 kemungkinan cara yang dilakukan orang tua
dalam mempengaruhi anak, yakni sebagai berikut :
a. Permodelan perilaku (modelling of
behavior)
Baik disengaja atau tidak, orang tua
dengan sendirinya akan menjadi model bagi anaknya. Imitasi bagi anak tidak
hanya yang baik-baik saja yang diterima oleh anak, tetapi sifat-sifat yang
jeleknya pun akan dilihat pula.
b. Memberikan ganjaran dan hukuman (giving
rewards and punishments)
Orang tua mempengaruhi anaknya
dengan cara memberikan ganjaran terhadap perilaku-perilaku yang dilakukan oleh
anaknya dan memberikan hukuman terhadap beberapa perilaku lainnya.
c. Perintah langsung (direct
instruction)
d. Menyatakan peraturan-peraturan (stating
rules)
e. Nalar (reasoning)
Pada saat-saat menjengkelkan, orang
tua bisa mempertanyakan kapasitas anak untuk bernalar, dan cara itu
digunakan orang tua untuk mempengaruhi anaknya.
f. Menyediakan fasilitas atau
bahan-bahan dan adegan suasana (providing materials and settings)
Namun selain faktor tersebut, masih ada penyebab lain yang
juga akan sangat berpengaruh mengapa anak memutuskan tindakannya itu, yakni
peranan lingkungan rumah, khususnya peranan keluarga terhadap perkembangan
nilai-nilai moral anak, yaitu sebagai berikut :
a. Tingkah laku orang di dalam
(orangtua, saudara-saudara atau orang lain yang tinggal serumah) berlaku
sebagai suatu model kelakuan bagi anak melalui peniruan-peniruan yang dapat
diamatinya
b. Melalui pelarangan-pelarangan
terhadap perbuatan-perbuatan tidak baik, anjuran-anjuran untuk dilakukan terus
terhadap perbuatan-perbuatan yang baik, misalnya melalui pujian dan hukuman
c. Melalui hukuman-hukuman yang
diberikan dengan tepat terhadap perbuatan-perbuatan yang kurang baik atau
kurang wajar diperlihatkan, si anak menyadari akan kerugian-kerugian atau
penderitaan-penderitaan akibat perbuatan-perbuatannya
d. Kualitas hubungan orang tua-anak
Seiring dengan perubahan-perubahan
yang dialami anak, pola dan bentuk hubungan orang tua-anak mengalami perubahan.
Perilaku orang tua lazimnya semakin memberi kesempatan kepada anak untuk
berbuat secara lebih mandiri.
e. Gaya pengasuhan orang tua dan
pengaruhnya terhadap perkembangan anak
f. Persoalan-persoalan keluarga dan
pengaruhnya terhadap perkembangan ana
Banyaknya tuntutan kehidupan yang
menerpa keluarga serta bergesernya nilai-nilai dan pandangan tentang fungsi dan
peranan anggota keluarga menyebabkan terjadinya berbagai perubahan
mendasar tentang kehidupan keluarga. Permasalahan utama keluarga yang lazim
dialaminya, yakni masalah orang tua yang bekerja dan perceraian.
2.
Pengaruh Lingkungan Sekolah
Sekolah telah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak. Di
sekolah, mereka bukan hanya hadir secara fisik, melainkan mengikuti berbagai
kegiatan yang telah dirancang dan diprogram sedemikian rupa. Karena itu
disamping keluarga, sekolah memiliki peran yang sangat berarti bagi
perkembangan anak.
Sekolah berfungsi dan bertujuan untuk dapat memfasilitasi
proses perkembangan anak secara menyeluruh, sehingga dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan harapan-harapan dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Meskipun tampaknya di sekolah itu sangat dominan dalam perkembangan
aspek intelektual dan kognisi anak, namun sebenarnya sekolah berfungsi
dan berperan dalam mengembangkan segenap aspek perkembangan anak.
3.
Pengaruh Lingkungan Masyarakat
Masyarakat merupakan tempat anak-anak hidup dan bergaul,
dengan orang dewasa yang juga memiliki peran dan pengaruh tertentu dalam
pembentukan kepribadian dan perilaku anak. Disana mereka bergaul, melihat orang-orang
beperilaku dan menemukan sejumlah aturan dan tuntutan yang seyogyanya dipenuhi
oleh yang bersangkutan. Sehingga, perkembangan anak, dari lingkungan keluarga,
sekolah, lingkungan masyarakat dapat mendukung perkembangan anak di keluarga
maupun di sekolah, begitupun sebaliknya.
4.
Dampak Makanan Beracun Pada Perkembangan Anak Usia Dini
Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama dan mendasar
bagi setiap manusia, tak terkecuali bagi anak. Makanan yang dikonsumsi oleh
anak hendaklah mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tumbuh kembang anak.
Secara umum, zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh terdiri dari makro nutrisi
dan mikro nutrisi. Kelompok makro nutrisi terdiri dari karbohidrat, lemak, dan
protein yang diperlukan tubuh dalam jumlah besar, sedangkan yang merupakan
mikro nutrisi adalah vitamin dan mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit.
Pada saat ini banyak makanan yang mengandung zat-zat
berbahaya. Sehingga orangtua harus dapat mengupayakan diri untuk mencari
berbagai cara pengelolaan makanan yang sehat dan baik untuk anak. Upaya
tersebut biasanya mengarah pada penambahan zat adiktif pada makanan. Zat
adiktif sebenarnya adalah zat yang ditambahkan kedalam makanan yang ditujukan
untuk memperbaiki nilai gizi, meningkatkan mutu, dan membuat makanan lebih
menarik. Namun terkadang sangat disayangkan, niat baik yang dimaksudkan untuk
meningkatkan mutu makanan justru terjadi sebaliknya, yaitu mutu makanan menjadi
menurun kualitasnya bahkan berpotensi beracun. Hal ini tentu akan berujung pada
penyesalan, apalagi jika makanan tersebut dikonsumsi anak usia dini maka
dampaknya akan membawa penyesalan yang besar bagi proses pertumbuhan dan
perkembangan anak.
5.
Pengaruh Pencemaran Lingkungan Terhadap Perkembangan
Anak Usia Dini
Pencemaran yang terjadi di lingkungan kita tentulah sangat
mencemaskan, karena hal ini akan sangat berdampak pada kesehatan manusia,
termasuk anak usia dini. Keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia masih
merupakan hal yang perlu mendapat perhatian lebih, karena berkaitan dengan status
kesehatan masyarakat yang dapat berubah, seperti : peledakan penduduk,
penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, pembuangan air limbah, penggunaan
pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersediaan
obat, populasi udara, abrasi pantai, penggundulan hutan dan banyak lagi
permasalahan yang dapat menimbulkan suatu jenis penyakit.
Berbagai macam permasalahan yang terjadi di lingkungan
tersebut dapat memberikan dampak negatif yang sangat besar bagi proses
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Dampak tersebut mengakibatkan
banykanya anak-anak yang lahir dengan keadaan fisik yang tidak sempurna,
anak-anak banyak yang terjangkit penyakit-penyakit kesehatan, banyak anak yang
mengalami sakit yang cukup serius, dan hal tersebutlah yang nantinya dapat
membuat tumbuh kembang anak menjadi terganggu.
F.
Peranan Orang Tua dan Masyarakat
dalam Menciptakan Lingkungan yang Sehat dan Mendukung Perkembangan Anak Usia
Dini
Lingkungan bersih merupakan dambaan semua orang. Namun tidak
mudah untuk menciptakan lingkungan kita bisa terlihat bersih dan rapi sehingga
nyaman untuk dilihat. Tidak jarang karena kesibukan dan berbagai alasan lain,
kita kurang memperhatikan masalah kebersihan lingkungan di sekitar kita,
terutama lingkungan rumah. Sehingga dalam hal ini semua pihak harus
mengupayakan untuk menjamin kesehatan anak Indonesia. Kenyataan menunjukkan,
meski pembangunan kesehatan telah menurunkan angka kematian bayi dan balita Indonesia,
angka kesakitan belum turun terutama resiko penularan penyakit.
Tentu saja lingkungan dalam kondisi bersih serta sehat akan
membuat para penghuninya nyaman dan kesehatan tubuhnya terjaga dengan baik.
Kesehatan tubuh manusia berada pada posisi paling vital. Alasannya tentulah
mengarah pada keberagaman kegiatan hidup manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Penciptaan lingkungan yang bersih adalah tanggungjawab semua
orang termasuk di dalamnya pemerintah melalui kebijakan dan realisasi tindakan
nyatanya. Selanjutnya untuk menumbuhkan tanggung jawab tersebut dibutuhkan
proses dan juga langkah nyata. Proses dan langkah nyata inilah yang menjadi
fokus perhatian kita. Menciptakan lingkungan sehat untuk anak-anak, sudah
menjadi pekerjaan rumah kita bersama. Bukan salah anak jika ia menjadi
kegemukan atau malas beraktivitas, hal ini disebabkan karena lingkungan lah
yang mengkondisikan mereka menjadi demikian. Aktivitas fisik tak hanya membuat
anak sehat, tetapi juga dapat meningkatkan keterampilan sosial, rasa percaya
diri, dan prestasi. Lingkungan juga harus menjamin keamanan dan kesehatan anak.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk menciptakan
lingkungan yang bersih, yang dapat diciptakan oleh orangtua maupun masyarakat,
yang dapat ditanamkan pada anak sejak usia dini. Langkah-langkah tersebut
diantaranya adalah : (Arianti, 2009, hlm. 75)
1.
Memberikan kesadaran tentang arti penting lingkungan yang
bersih kepada masyarakat, terutama pada anak-anak agar kesadaran tersebut bisa
tumbuh sejak usia dini. Membiasakan hidup bersih sejak usia anak-anak tentu
lebih membuahkan hasil yang luar biasa daripada pembiasaan diri pada usia
setelahnya. Alasannya tentu saja berkaitan dengan kesadaran yang berhasil
muncul melalui kebiasaan. Anak-anak tidak perlu diperintah ataupun dipaksa
untuk senantiasa menjaga kebersihan diri dan lingkungannya. Mereka diberi
contoh dan pemahaman akan pentingnya kebersihan, maka hal itu akan menancap dan
dilakukan dengan maksimal dan sebaik mungkin dalam kehidupannya. Mereka akan terus
mengingat dengan baik hal positif yang sering dilakukannya dengan kesadaran
tanpa adanya rasa takut, khawatir ataupun was-was jika belum berhasil melakukan
upaya menjaga kebersihan. Mereka akan terus belajar dan berlatih karena
lingkungan sekitarnya memberikan contoh dan pemahaman dengan benar.
2.
Buatlah
tempat sampah yang memisahkan antara sampah organik dan non organik.
Hal ini penting dilakukan agar
memudahkan upaya untuk menanggulangi timbunan sampah. Jika sampah organik
berhasil dipisahkan, maka akan mudah untuk merencanakan langkah positif
terhadap sampah. Untuk itu, haruslah dipikirkan cara yang paling tepat untuk
dapat mengelola sampah ini termasuk dalam pembuangan mulai dari tahap di rumah
tangga sampai di tempat pembuangan terkahir. Atau juga bagaimana cara untuk
mendaur ulang sampah agar masih dapat untuk dipergunakan kembali.
3.
Buatlah jadwal rutin untuk melakuan aktivitas pembersihan
lingkungan secara terjadwal. Melalui jadwal, maka kita akan membiasakan diri
disiplin menjaga kebersihan lingkungan. Tidak masalah meski ada kendala di
tengah pelaksanaannya. Tapi hal penting adalah keseriusan dan keberlanjutan
hidup bersih serta sehat.
4.
Buatlah sebuah aktivitas kreatif untuk mengelola sampah non
organik menjadi sebuah benda yang bersifat produktif dan bisa menghasilkan
uang.
5.
Biasakan
pada anak untuk membuang sampah pada tempatnya.
6.
Hal ini akan sangat bermanfaat jika diberikan juga kepada
anak-anak, sehingga akan menjadi sebuah pola perilaku yang tercipta di bawah
sadar. Seperti yang telah disebutkan bahwa masalah sampah adalah masalah yang
klasik. Namun dapat dipercahkan dengan banyak hal yang sederhana. Dengan
membiasakan untuk membuang sampah ke tempat sampah yang benar adalah hal awal
untuk menanggulangi masalah sampah ini.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan
lingkungan pada anak usia dini bukanlah hanya tanggung jawab lembaga
pendidikan, tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak; termasuk orang tua dan
masyarakat.
Sebagai
pendidik, orang tua dan masyarakat harus memperhatikan lingkungan di sekitar
anak dan berupaya untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi perkembangan
anak.
Orang
tua mempunyai peranan penting dalam pendidikan anak, karena orang tualah yang
paling mengerti anak-anaknya, orang tua yang paling memahami anak mereka. Untuk
itu penciptaan keselarasan antara pendidikan orang tua dan pendidikan di
lembaga pendidikan sangat penting sehingga terjadi persamaan perlakuan terhadap
anak dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang dimiliki anak. `
Tidak
hanya penyelarasan pendidikan komunikasi juga merupakan bagian penting dalam
kegiatan kerja sama orang tua dan pendidikan dalam mengembangkan berbagai aspek
perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Mariyana,
Rita, dkk. 2010. Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta: Kencana Media
group.
Ariyanti,
P.D. (2009). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Metode Pendidikan Alternative
Berbasis Komunitas Dengan Kemandirian Siswa di Sekolah Qoryah Toyyibah
Salatiga. Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi UMS.
Sujiono,
Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT Indeks.
Rahmanur
Dhiada. (2015). Keterlibatan Orangtua dalam Pendidikan Anak Usia Dini di
Taman Kanak-Kanak. Diakses dari ejournal.sps.upi.edu pada 26 Januari 2016
[1]Ariyanti, P.D. (2009). Hubungan Antara Persepsi
Terhadap Metode Pendidikan Alternative Berbasis Komunitas Dengan Kemandirian
Siswa di Sekolah Qoryah Toyyibah Salatiga. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Psikologi UMS.
[2]Mariyana,
Rita, dkk. 2010. Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta: Kencana Media
group
[3]Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
[4]Rahmanur Dhiada. (2015). Keterlibatan Orangtua dalam
Pendidikan Anak Usia Dini di Taman Kanak Kanak.
Diakses dari ejournal.sps.upi.edu pada 26 Januari 2016
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق