الثلاثاء، نوفمبر 13

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL PEREKONOMIAN INDONESIA TERHADAP RETURN SAHAM (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)


PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL PEREKONOMIAN INDONESIA TERHADAP RETURN SAHAM
(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana pengaruh dari beberapa faktor fundamental yang terdiri dari Earning Per share, Return On Equity, Debt to Equity Ratio, dan Dividend Payout Ratio terhadap Return Saham pada perusahaan sektor keuangan. Data yang digunakan berasal dari laporan masing-masing perusahaan dan bersumber dari Indonesia Capital Market Directory. Sampel Penelitian ini adalah perusahaan Sektor keuangan yang berada di BEI dari tahun 2012 – 2016. Jumlah semua sampel adalah 92 perusahaan dalam kurun waktu 5 tahun. Untuk membuktikan hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, Uji T dan Uji F.
Hasil pengujian yang dilakukan terhadap 63 sampel perusahaan sektor keuangan dengan menggunakan program bantuan SPSS 23, menunjukkan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Apabila dilihat secara parsial dari keempat variabel independen, hanya ada satu variabel yaitu Return On Equity yang memiliki pengaruh signifikan dalam menentukan perubahan return saham, sedangkan variabel lain seperti Earning Per share, Debt to Equity Ratio, dan Dividend Payout Ratio tidak memiliki pengaruh signifikan dalam mementukan perubahan return saham.
Kata kunci: Metode Faktor Fundamental, Return saham
ABSTRACT
This study aims to examine how the influence of several fundamental factors consisting of Earning Per share, Return on Equity, Debt to Equity Ratio, and Dividend Payout Ratio to Stock Returns in financial sector companies. The data used comes from the reports of each company and is sourced from the Indonesia Capital Market Directory. This research sample is a financial sector company that is on the Stock Exchange from 2012 - 2016. The total of all samples is 92 companies within 5 years. To prove the hypothesis was tested using multiple linear regression analysis, T Test and F Test.
The results of tests conducted on 63 samples of financial sector companies using the SPSS 23 assistance program, showed that all independent variables together did not significantly influence stock returns. When viewed partially from the four independent variables, there is only one variable, namely Return On Equity which has a significant influence in determining changes in stock returns, while other variables such as Earning Per share, Debt to Equity Ratio, and Dividend Payout Ratio do not have a significant influence on determining changes in stock returns.
Keywords: Fundamental Factor Method, Stock Return

A.      PENDAHULUAN
Sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1998, menyebabkan begitu banyak perusahaan untuk mendapatkan dana atau tambahan modal yaitu melalui pasar modal. Di Indonesia pasar modal merupakan suatu lembaga keuangan yang memiliki peran penting bagi pertumbuhan dan perkebangan perekonomian, karena pasar modal adalah sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilaksanakan berdasarkan satu lembaga resmi yang disebut bursa efek.[1]
Salah satu pilihan berinvestasi dapat dilakukan melalui pasar modal. Menjelaskan bahwa pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang meiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana untuk memperjual belikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham. Seorang investor membeli sejumlah saham dengan harapan memperoleh keuntungan untuk masa yang akan datang. Ekspektasi investor dalam berinvestasi saham selain menjadi pemilik suatu perusahaan dengan proposional kepemilikan tertentu, saham yang ditanamkan tersebut diharapkan mempu bertingkat pengembalian return tertentu.[2]
Peranan penting pasar modal bagi pihak emiten sebagai tempat untuk mendapatkan sumber dana sedangkan bagi investor sebagai tempat untuk menginvestasikan dananya. Bila pasar modal efisien maka pasar modal akan memberikan return seperti yang diharapkan oleh para investor. Return saham adalah nilai yang diperoleh sebagai hasil dari aktivitas investasi. Return yang diharapkan berupa deviden untuk investasi saham dan pendapatan bunga untuk investasi di surat utang. Return merupakan tujuan utama investor untuk mendapatkan hasil dari investasi yang dilakukan oleh investor. Dengan adanya return saham yang cukup tinggi akan lebih menarik para investor untuk membeli saham tersebut. Oleh karena itu untuk dapat mengetahui seberapa besar tingkat pengembalian yang akan diperoleh investor maka investor perlu memprediksikan agar dapat mengetahui seberapa besar pengembalian yang akan diperolehnya. Suatu saham dihargai dengan benar jika return yang diharapkan sebanding dengan return yang disyaratkan.
Return saham, terdapat dua metode analisis, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental merupakan teknik analisis saham yang mempelajari tentang keuangan mendasar dan fakta ekonomi dari perusahaan sebagai langkah dari penilaian harga saham perusahaan. Sedangkan analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham tersebut di waktu lampau.
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang membandingkan total hutang terhadap total ekuitas, semakin tinggi rasio ini menggambarkan bahwa semakin tinggi beban bunga perusahaan. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam bentuk dividen) dan dapat mengurangi minat investor terhadap saham perusahaan tertentu. Keputusan penggunaan hutang haruslah menyeimbangkan antara keuntungan yang lebih besar dengan risiko yang lebih besar.
Return On Equity (ROE) adalah ukuran hasil yang diperoleh pemilik (baik pemegang saham preferen dan saham biasa) atas investasi di perusahaan.
Dividen Payout Ratio (DPR) adalah rasio yang menunjukkan persentase setiap keuntungan yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai.
Earning Per Share (EPS) merupkan kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada para pemegang saham[3],.
Nilai Tukar Rupiah merupakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Nilai tukar rupiah ini dapat mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan, jika perusahaan bersaing pada taraf internasional. Nilai tukar antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Selain itu, nilai tukar juga dapat diartikan sebagai catatan harga pasar dari mata uang asing dalam harga mata uang domestik dalam mata uang asing.
Beberapa negara dalam perdagangan internasional bergantung pada nilai mata uang dollar Amerika Serikat (US$). Hal ini disebabkan skala perekonomian Amerika Serikat yang tidak hanya dalam lingkup nasional melainkan internasional dan telah menjalar hampir ke semua negara, salah satunya Indonesia. Berdasarkan Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2014 adanya isu mengenai akan adanya kenaikan tingkat suku bunga yang dilakukan bank sentral Amerika Serikat The Fed berdampak pada menguatnya dollar Amerika Serikat (US$) dan mengakibatkan pelemahan pada nilai mata uang rupiah akibat dari kebijakan yang mendorong dikuranginya jumlah US$ yang beredar. Pada pasar modal, informasi pasar mengenai melemahnya nilai tukar rupiah membawa pengaruh negatif karena pasar ekuitas menjadi kurang menarik bagi investor. Pialang saham, investor dan pelaku pasar modal biasanya sangat berhati-hati dalam menentukan posisi beli atau posisi jual jika nilai tukar mata uang tidak stabil.
Analisis fundamental adalah suatu analisis yang berisi informasi yang berhubungan dengan kondisi perusahaan yang umumnya ditunjukkan dalam laporan keuangan yang merupakan salah satu kinerja perusahaan. Didalam analisis fundamental terdapat beberapa rasio keuangan yang dapat mencerminkan kondisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan. Rasio-rasio yang digunakan di dalam penelitian ini meliputi Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) dan Dividen Payout Ratio (DPR).
Semakin baik kinerja keuangan perusahaan yang tercermin dari rasio-rasio nya maka semakin tinggi return saham perusahaan, demikian juga jika kondisi ekonomi baik, maka refleksi harga saham akan baik pula. Apabila perekonomian Indonesia tidaklah kuat dikarenakan depresiasi rupiah yang terjadi sehingga mengakibatkan dollar menguat. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Fundamental Perekonomian Indonesia Terhadap Return Saham”.

B.       Rumusan Masalah
1.         Bagaimana Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham?
2.         Bagaimana Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Return Saham?
3.         Bagaimana Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham?
4.         Bagaimana Pengaruh Devidend Payout Ratio (DPR) terhadap Return Saham?
5.         Bagaimana Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Return Saham?

C.      Metode Penelitian
1.         Kerangka pemikiran penelitian
Berdasarkan dari penjelasan di atas bahwa Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) dan Dividen Payout Ratio (DPR) dan Nilai Tukar berpengaruh terhadap Return saham.


 









Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

2.         Variabel Penelitian
a.        Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah return saham. Return didapat dengan menghitung selisih antara harga saham saat ini dan harga saham sebelumnya. Harga saham yang dimaksud adalah harga pasarnya, karena harga saham saat ini dinilai penting oleh investor. Untuk menghitung besarnya return saham dapat diperoleh dengan cara:

Dimana :
Ri           = Return Saham
Pt           = Harga saham saat ini
Pt-1        = Harga saham kemaren
b.        Variabel Independen
1)        Earning Per Share (X1), rasio ini menunjukan laba bersih yang berhasil diperoleh perusahaan untuk setiap unit saham selama suatu periode tertentu. Menggunakan rumus :

2)        Return On Equity (X2), rasio ini mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Dalam hal ini investor melihat seberapa jauh kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya sendiri untuk menghasilkan laba bersih. Menggunakan rumus :


3)        Debt to Equity Ratio (X3), rasio yang menunjukan seberapa banyak operasional perusahaan dibiayai dengan utang. Menggunakan rumus :


4)        Dividen Payout Ratio (X4), rasio yang melihat bagian earning laba yang dibayarkan sebagai deviden kepada investor, didapat dari pembagian DPS dengan EPS. Menggunakan rumus :
5)        Nilai Tukar (X5)
Kurs atau nilai tukar adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah nilai mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing. Kurs yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurs tengah Bank Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat (US$). Kurs tengah Bank Indonesia merupakan kurs yang digunakan untuk mencatat nilai konversi mata uang asing dalam laporan keuangan perusahaan. mengkonversi nilai mata uang asing yang digunakan dalam laporan keuangan. Biasanya nilai kurs tengah Bank Indonesia ini yang digunakan oleh perusahaan asing yang beroperasi di wilayah Indonesia. Menggunakan rumus :

3.         Teknik Analisis Data
Analisis statistik merupakan analisis yang mengacu pada perhitungan data penelitian yang berupa angka-angka yang dianalisis dengan bantuan komputer melalui program SPSS versi 23. Sedangkan analisis deskriptif merupakan analisis yang menjelaskan gejala-gejala yang terjadi pada variabel-variabel penelitian untuk mendukung hasil analisis statistik. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui gambaran atau deskriptif variabel-variabel yang diteliti dengan menggunakan nilai rata-rata,standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum.

D.      Telaah Pustaka
Menurut Michael Aldo Carlo dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Return On Equity, Dividend Payout Ratio, dan Price To Earnings Ratio pada Return Saham menyatakan bahwa adalah variabel Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap return saham di BEI, sehingga return saham di BEI dapat diprediksi menggunakan ROE. Variabel Dividend Payout Ratio (DPR) berpengaruh positif terhadap return saham, maka return saham di BEI dapat diprediksi menggunakan DPR. Variabel Price to earnings ratio tidak berpengaruh terhadap return saham di BEI, maka PER tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk memprediksi return saham di BEI.[4]
Sedangkan menurut Giovanni Budialim dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kinerja Keuangan Dan Risiko Terhadap Return Saham Perusahaan Sektor Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011 menyatakan bahwa Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F, diketahui nilai signifikansi sebesar 0,003. Hal ini berarti variabel CR, DER, ROA, ROE, EPS, BVPS, dan Beta secara bersama-sama berpengaruh positif signifikan terhadap return saham Sektor Consumer Goods selama periode 2007-2011. Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, diketahui bahwa variabel CR, DER, ROA, ROE, EPS, dan BVPS berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap return saham Sektor Consumer Goods selama periode 2007- 2011, sedangkan variabel Beta berpengaruh positif signifikan terhadap return saham Sektor Consumer Goods selama periode 2007-2011.[5]






KAJIAN PUSTAKA
A.      Pasar Modal
1.         Pengertian Pasar Modal
Menurut UUPM No. 8 Tahun 1995 mendefinisikan pasar modal sebagai pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek serta pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Pasar modal dikenal juga dengan nama bursa efek. Menurut Tjipto dkk pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.[6]
Jadi pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam angka memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-efeknya di pasar modal. Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang menurut mereka menguntungkan.[7]

2.         Fungsi Pasar Modal
Pasar modal memberikan fungsi bagi pihak-pihak yang memperoleh keuntungan dari investasi, antara lain:
a.         Bagi perusahaan
Pasar modal memberikan ruang dan peluang bagi perusahaan untuk memperoleh dana yang relatif memiliki risiko rendah dibandingkan sumber dana jangka pendek dari pasar uang.
b.        Bagi investor
Alternatif investasi bagi pemodal, terutama pada instrumen yang memberikan likuiditas tinggi. Pasar modal memberikan ruang bagi investor dan profesi lain (fund manager) dengan memanfaatkan modalnya untuk memperoleh return yang cukup tinggi.
c.         Bagi perekonomian nasional
Pasar modal memiliki peranan penting dalam rangka meningkatkan dan mendorong pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional karena dalam fungsi pasar modal yang mempertemukan lender dan borrower telah memberi kemudahan penyediaan dana untuk sektor riil dalam meningkatkan produktifitas.
d.        Pasar modal yang efisien
Dalam berinvestasi, investor membutuhkan informasi yang akurat sehingga dapat memilih dengan tepat kemana dananya akan diinvestasikan. Sehingga investor mendapatkan return yang maksimal dan dapat meminimalisir risiko. Pasar yang efisien adalah pasar dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia.
B.       Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan teknik analisis saham yang mempelajari tentang keuangan mendasar dan fakta ekonomi dari perusahaan sebagai langkah dari penilaian harga saham perusahaan. Untuk mempelajari keuangan mendasar dan fakta ekonomi perusahaan dapat menggunakan laporan keuangan (annual report) sebagai instrumennya. Dalam menganalisis annual report dan mengetahui makna dari laporan keuangan dapat menggunakan rasiorasio keuangan. Rasio keuangan tersebut dikelompokkan ke dalam 5 jenis yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio rentabilitas (profitabilitas), rasio solvabilitas dan rasio pasar.
Sejumlah rasio yang tak terbatas banyaknya dapat dihitung, akan tetapi dalam prakteknya cukup digunakan beberapa jenis rasio saja sesuai kebutuhan analisis. Dalam penelitian ini rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisi kondisi fundamental perusahaan, yaitu Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Dividend Payout Ratio (DPR) dan Nilai Tukar.

1.         Earning Per Share
Earning Per Share (EPS) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam mengkasilkan keuntungan perlembar saham bagi pemiliknya (Utomo et al., 2016). Informasi mengenai EPS penting bagi calon investor karena dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki saham suatu perusahaan dan untuk mengetahui bagaimana prestasi perusahaan tersebut dalam menghasilkan pendapatan atau keuntungan bagi investor. Hasil uji empiris (Nurfadillah, 2011) menunjukkan bahwa faktor fundamental yang terdiri dari EPS, ROE dan DER merupakan variable yang dominan mempengaruhi harga saham. Rasio EPS menunjukkan laba bersih yang berhasil diperoleh perusahaan untuk setiap unit saham selama suatu periode tertentu yang dinyatakan dalam mata uang (Rp). Mudlofir et al.(2016), membuktikan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap harga saham, apabila EPS meningkat, maka harga saham akan semakin meningkat. Hasil penelitian yang berbeda (GAP) oleh Budialim (2013), membuktikan bahwa EPS tidak berpengaruh terhadap harga saham. Investor mengharapkan EPS terus meningkat karena semakin tinggi EPS suatu perusahaan dibanding perusahaan lain, maka saham perusahaan ini akan semakin menarik. EPS ini menggambarkan jumlah rupiah yang akan diperoleh investor untuk setiap lembar saham. Semakin besar EPS maka semakin besar keuntungan yang akan diperoleh investor jika memiliki saham tersebut, hal ini akan meningkatkan harga saham dipasar, karena semakin besar EPS maka saham akan semakin menjasi incaran untuk dibeli (Setyorini et al, 2016). Rumus menghitung EPS adalah:
EPS = Laba Bersih : Jumlah Lembar Saham
Carilah perusahaan yang memiliki EPS yang bertumbuh dari waktu ke waktu (trend positif). EPS yang menanjak menunjukkan perusahaan bertumbuh dengan baik. Kemungkinan besar penjualan dan labanya naik. Sebaliknya, EPS yang turun menunjukkan penurunan penjualan dan laba.
2.         Return On Equity (ROE)
Merupakan Rasio untuk mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengamatan yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Dalam hal ini investor melihat seberapa jauh kemampuan perusahaan dalam mengelola modlanya sendiri untuk mengkasilkan laba bersih. Semakin tinggi tingkat kemampuan perusahaan mengelola modalnya sendiri artinya semakin kuat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan tinggi juga tingkat kepercayaan mitra usaha yang akibatnya akan mempengaruhi permintaan saham perusahaan terebut dipasar modal dan meningkatnya harga saham dipasar. Rumus untuk menghitung ROE adalah:
ROE = Laba Bersih : Kekayaan Bersih

Ada 2 cara yang dapat digunakan untuk menilai ROE, yaitu:
1.        Bandingkan dengan ROE perusahaan sejenis dalam industri yang sama, atau bisa juga membandingkan dengan rata-rata ROE industri.
2.        Bandingkan ROE perusahaan dari waktu ke waktu (melihat trend-nya), apakah cenderung naik atau turun.
Sebaiknya kedua cara di atas digunakan bersama-sama untuk memperoleh analisis yang lebih lengkap. Carilah saham yang memiliki ROE yang meningkat serta cukup stabil. Angka ROE sebaiknya kalau bisa minimal 10%.

3.         Debt to Equity Ratio (DER)
Setiap perusahaan menganalisis sejumlah faktor dan kemudian menetapkan struktur pendanaan yang ditargetkan. Target ini selalu berubah sesuai dengan perubahan kondisi, tetapi pada setiap saat di benak manajemen perusahaan terdapat bayangan dana dari struktur dana yang ditargetkan. Jika tingkat utang yang sesungguhnya berada dibawah target, mungkin perlu dilakukan ekspansi dengan melakukan pinjaman, sementara jika rasio utang sudah melampaui target, barang kali saham perlu dijual. Kebijakan dalam melakukan struktur permodalan melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian penambahan utang yang memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan.
Risiko yang makin tinggi akibatnya akan membesarkan utang dan menurunkan harga saham, namun meningkatnya. Struktur modal dapat dipengaruhi oleh Asymetri Information. Asymetri Information merupakan kondisi dimana suatu pihak mempunyai informasi yang lebih banyak dari pihak lain. Karena Asymetri Information, pihak manajemen perusahaan lebih tahu kondisi perusahaan dibandingkan investor di pasar modal. Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Rasio ini digunakan dengan membandingkan total hutang terhadap total ekuitas.[8] Rumus untuk menghitung DER adalah:
DER=Total Kewajiban (Hutang) : Kekayaan Bersih (Modal Sendiri) 
Bila DER < 1, maka menunjukkan bahwa perusahaan memiliki hutang lebih sedikit dibandingkan modal bersihnya, sedangkan bila DER > 1, maka perusahaan memiliki risiko keuangan yang besar. Secara umum, investor disarankan untuk mencari saham yang memiliki DER tidak lebih dari 1.
4.         Dividend Payout Ratio (DPR)
Merupakan rasio yang mengukur seberapa besar tingkat pembagian dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Hubungan antara harga saham deviden yang dibagikan adalah positif, yaitu semakin besar dividen yang dibayarkan maka semakin besar pula harga saham (Jogiyanto, 2010). Rumus untuk menghitung DPR adalah:

DPR= Dividend : Net Profit (Laba bersih)

C.      Return Saham
1.         Saham
Saham merupakan surat berharga yang dapat dibeli atau dijual oleh perorangan atau lembaga di pasar tempat surat tersebut diperjual-belikan. Saham merupakan instrumen ekuitas, yaitu tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Jadi saham merupakan surat berharga yang diperjual belikan dipasar sebagai wujud dari penyertaan atau kepemilikan atas perusahaan.

2.         Return Saham
a.        Pengertian Return Saham
Return adalah tingkat pengembalian yang dinikmati oleh investor dari kelebihan investasi yang dilakukan. Tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak akan mau berinvestasi. Return saham merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Return saham merupakan selisih antara harga jual atau harga saat ini, dengan harga pembelian atau harga awal periode.
Return saham merupakan tujuan yang ingin di capai oleh investor, return merupakan keuntungan yang didapat setelah investor menanamkan modalnya di suatu sekuritas tertentu. Setiap kegiatan investasi baik dalam periode waktu singkat atau panjang tetap mengharapkan diperolehnya pengembalian atas modal yang telah diberikan, baik keuntungan tersebut didapakan secara langsung maupun secara tidak langsung.



b.        Jenis-Jenis dan Perhitungan Return Saham
Menurut Jogiyanto (2008) ada dua jenis return yaitu:
1)        Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return ini dihitung dengan menggunakan data historis. Return realisasi dianggap penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi juga berguna dalam penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko yang akan datang.
2)        return ekpektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh para investor dimasa yang akan datang. Perhitungan return saham dalam penelitian ini menggunakan return realisasi (actual return). Menurut jogiyanto (2008) actual return digunakan dalam menganalisis return saham hasil dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham individual periode berjalan dengan sebelumnya dengan mengabaikan deviden, dapat ditulis dengan rumus :
 
Keterangan :
Ri,t              : Return Saham i pada waktu t
Pi,t              : Harga Saham i pada periode t
Pi,t-1               : Harga Saham i pada periode t-1

D.      Nilai Tukar
1.         Pengertian
Ada banyak hal yang mempengaruhi kinerja perusahaan, baik factor dari dalam perusahaan yang disebut dengan faktor internal dimana perusahaan masih mampu mengendalikan faktor ini sehingga mampu meminimalisir dampak dari terjadinya faktor internal ini. Yang kedua adalah faktor dari luar perusahaan atau biasa disebut faktor eksternal. Keberadaan faktor ekternal ini sangat sulit dikendalikan atau bahkan tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan sehingga perusahaan harus menerima dampak dari terjadinya perubahan faktor eksternal.
Salah satu faktor eksternal yang berpengaruh adalah nilai tukar. Nilai tukar yang dimaksud adalah harga mata uang yang dimiliki oleh suatu negara di nilai oleh negara lainnya, misalnya Indonesia menilai satu dolar Amerika sebesat Rp. 10.900,00 atau Indonesia menilai harga satu dolar Hongkong sebesar Rp. 2.500,00 dan seterusnya. Harga yang dimaksud berhubungan dengan sejumlah uang yang harus dikeluarkan dan nilai mata uang bisa tetap diangka yang sama atau berubah menjadi lebih mahal atau lebih murah tergantung dari jumlah permintaan dan penawaran terhadap mata uang tersebut.[9]
Kurs Beli = Dari uang asing ke rupiah
Kurs Jual = Dari rupiah ke mata uang asing


Rumus untuk menghitung nilai tukar rupiah:

Kurs Beli = Nilai Mata Uang Asing x Nilai Rupiah
Kurs Jual =


2.         Penentuan Nilai Tukar
Ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar yaitu :

a.         Faktor Teknis
Faktor ini berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada saat tertentu.
b.        Faktor Fundamental
Faktor Fundamental berkaitan dengan indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif antar negara, ekspektasi pasar dan intervensi bank sentral.
c.         Sentimen Pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik yang bersifat insidentil, yang mendorong harga valuta asing bisa naik atau turun dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita sudah berlalu, maka nilai tukar mata uang akan kembali normal.
























A.      HASIL ANALISIS
1.         Analsiis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics

N
Minimum
Maximum
Mean
Std.Deviation
Kurs Rupiah
Valid N (listwise)
88
88
,008
,230
,08375
,086920

Berdasarkan hasil deskriptif statistik pada tabel 1 dapat disimpulkan bahwa :
a.         Return Saham selama periode penelitian memiliki nilai minimim sebesar -3730 artinya bahwa harga saham periode penelitian mengalami penurunan tersebsar yaitu -3730. Nilai maksimum sebesar 4400 artinya bahwa selama periode penelitian harga saham mengalami kenaikan terbesar yaitu 61% periode penelitian. Nilai rata-rata sebesar 112,7619 artinya selama periode penelitian harga saham rata-rata mengalami penignkatan sebesar 112,7619 dari harga saham tahun sebelumnya. Sedangkan standar deviasi sebesar 845,02138 artinya selama periode penelitian, penyimpangan data dari variabel Return saham adalah sebesar 845,02138 dari rata-ratanya sebesar 112,7619 yang artinya nilai rata-rata return masih jauh berada dibawah nilai standar deviasi.
b.         Berdasarkan hasil analisis deskriptif diatas, dapat disimpulkan bahwa, nilai minimum variabel DER adalah sebesar -5,40, proporsi  dan nilai maksimumnya sebesar 13,24. dengan rata-rata sebesar 4,2043 serta standar deviasinya menujukkan 3,59295, yang artinya selama periode penelitian penyimpangan dari variabel DER terhadap return saham adalah sebesar 3,59295 dari nilai rata-ratanya 4,2043, yang artinya nilai rata-rata DER berada diatas nilai standar deviasi.
c.         Return On Equity selama periode penelitian memiliki nilai minimum sebesar -108,98. Artinya perusahaan mengalami kerugian sebesar -108,98 dari modal saham. Nilai maksimumnya sebesar 179,91 menunjukkan bahwa selama periode penelitian dari 63 perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar 179.91 dari modal saham. Nilai rata-rata sebesar 9.0634 artinya rata-rata perusahaan memperoleh keuntungan sebesar 9,0634 persen dari modal saham. Sedangkan standar deviasi sebesar 17.72617 artinya selama periode penelitian, penyimpangan data dari variabel Return On Equity terhadap return saham adalah sebesar 17.72617 dari nilai rata-ratanya sebesar 9.0634, yang artinya nilai-rata-rata ROE masih jauh berada dibawah nilai standar deviasi.
d.        Dividend Pay Out ratio (DPR), menunjukkan bahwa, selama penelitian variabel ini memiliki nilai minimum sebesar -5.07 artinya dividen terendah adalah sebesar -5.07 dari laba per lembar sahamnya. Nilai maksimum sebesar 197.35 artinya besarnya dividen maksimum yang dibagikan kepada pemegang saham adalah sebesar 197.35 dari laba per lembar sahamnya. Nilai rata-rata  sebesar  11.2399, artinya besarnya dividen rata-rata yang dibagikan kepada pemegang saham adalah sebesar 11.2399 dari laba per lembar sahamnya. Sedangkan standar deviasi sebesar 23.46148 artinya selama periode penelitian, penyimpangan dari data variabel DPR terhadap rerutn saham adalah sebesar 23.46148 dari nilai rata-ratanya sebesar 11.2399, uang artinya nilai rata-rata DPR masih jauh berada dibawah nilai standar deviasi.
e.         Variabel EPS selama periode penelitian memiliki nilai minimum sebesar -493.12, artinya perusahaan mempunyai laba terendah per lembar saham sebesar -493.12. Nilai maksimal sebesar 61824.95, artinya bahwa perusahaan menghasilkan laba perlembar saham sebesar 61824.95. Nilai rata-rata perusahaan menghasilkan laba per lembar saham sebesar 346.1124, artinya perusahaan rata-rata menghasilkan laba per lembar saham sebesar laba per lembar saham sebesar. Sedangkan standar deviasi sebesar 3485.53649, artinya selama periode penelitian penyimpangan data dari varibale EPS adalah sebesar 3485.53649 dari rata-ratanya sebesar sebesar 346.1124 yang artinyanilai rata-rata EPS masih jauh berada dibawah nilai standar deviasi.
f.          Variabel Nilai Tukar selama periode penelitian memiliki nilai minimum sebesar 0,08 artinya nilai tukar rupiah memiliki nilai minimum 0,88. Nilai maksimal sebesar 230 artinya nilai tukar rupiah paling tinggi sebesar 230. Nilai rata-rata perusahan terhadap nilai tukar rupiah sebesar 08375, artinya perusahaan rata-rata memiliki nilai tukar rupiah sebesar 08375. Sedangkan standar devisa sebesar 086920 , artinya selama periode penelitian penyimpangan data dari variabel Nilai tukar terhadap return saham adalah sebesar 086920 dari rata-ratanya sebesar 08375 yang artinya nilai tukar diatas standar nilai deviasi.
2.          Uji Asumsi Klasik






















     Gambar 2. Grafik Scatterplot

3.         Uji Autokorelasi
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini memiliki Durbin-Waston sebesar 1.985. Dengan nilai ini Durbin-Waston pada model penelitian berada pada nilai antara du < DW < 4 – du, sehingga tisak terdapat masalah autokorelasi pada data time series (runtun waktu) yang digunakan.
4.         Uji Multikolinearitas
Berdasarkan Tabel atas terlihat bahwa keempat variabel bebas tersebut memiliki angka VIF atau ( Variance Inflation Factor) lebih kecil dari 10 demikian juga dengan angka Tolerance yang mendekati 1. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model yang terbentuk tidak terdapat gejala multikolinearitas.
5.         Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan output Scatterplot diatas, terlihat bahwa titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

















B.       PEMBAHASAN
Nilai Tukar
-1,473
 ,692
 -,317
-2,128
,036

Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi berganda maka didapat persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi Return Saham pada perusahaan sektor keuangan di BEI sebagai berikut :
Return Saham = 16.297+ 0.006 EPS + 9.081 ROE + 7.697 DER – 1.792 DPR–1,473 Nilai Tukar
Nilai Tukar
-1,473
-2,128
,036
Sumber : Data diolah, 2017

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas, dapat disimpulkan bahwa hanya variabel ROE yang menujukkan pengaruh positif signifikan terhadap return saham. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai signifikasi sebesar 0.001 yang kurang dari 0.05. Sedangkan variabel EPS, DER dan DPR menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap return saham karena nilai signifikasi masing-masing variabel lebih dari 0.05.


Pembahasan :
1.         Pengaruh EPS terhadap Return Saham
Hasil penelitian yang tidak signifikan disebabkan adanya fluktuasi pada data Earning per Share (EPS). Hal ini menandakan bahwa investor tidak mau lagi menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut. Akibatnya laba perusahaan akan semakin meunrun, sehingga Earning per Share (EPS) tidak mempengaruhi harga saham. Tidak adanya pengaruh pada harga saham tersebut juga akan mempengaruhi return saham perusahaan. Hasil penelitian ini  konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suherman et al. (2017) bahwa EPS tidak berpengaruh terhadap return saham dan bertolak belakang dengan beberapa penelitian yang menyatakan bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Pernyataan ini didukung oleh Rachman et al. (2013),Tan et al. (2013), Nurfaudillah et al. (2011), Wijaya et al. (2014), Yanti et al. (2012), Talamati et al. (2015), Idawati et al.(2015), Hunjra et al. (2014), Margaretha dan Firzitya (2015), Placido (2012).

2.         Pengaruh ROE terhadap Return Saham
Hasil perhitungan pada regresi diperoleh nilai koefisien regresi positif sebesar 9.081 dan probabilitas sebesar 0.001 < 0.05, maka Ho ditolak artinya ROE (X2) secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap Return Saham.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suherman et al (2017) yang kesimpulannya dalam penelitiannya menunjukkan ROE secara parsial berpengaruh terhadap return saham dan hal tersebut juga didukung oleh penelitian lainnya dari Rachman et al., 2013, Utomo et al., 2016, Hunjra et al., 2014, Idawati et al., 2015, Azhari et al., 2016, Wijaya et al., 2014 dan Setyorini et al., 2016. Return on Equity merupakan alat analisis keuangan untuk mengukur profitabilitas. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan berdasarkan modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Sedangkan Aminah et al. (2016) dan Talamati et al. (2015) menyatakan bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham.

3.         Pengaruh DER terhadap Return Saham
Dari hasil analisis data diatas, dihasilkan bahwa DER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa informasi perubahan Debt to Equity Ratio ( DER) yang sebagaimana diperoleh dari laporan keuangan tidak berpengaruh pada keputusan atas harga saham di pasar modal. Selain itu peningkatan beban terhadap kreditur akan menunjukkan sumber modal perusahaan sangat tergantung pada pihak eksternal, sehingga mengurangi minat investor dalam menanamkan dananya diperusahaan yang bersangkutan.
Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian dari Abdullah (2015) dimana hasil penelitiannya menjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasana et al (2016) yang menyatakan bahwa DER berpengaruh signifikan terhadap return saham  dan ha ini bertolak belakang dengan penelitian dari Wangarry et al. (2015), Rachman et al. (2013), Tan et al. (2013), Utomo et al. (2016), Yanti et al. (2012),dan Azhari et al. (2016) yang juga menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif terhadap harga saham.

4.         Pengaruh DPR terhadap Return Saham
Berdasarkan hasil uji pengaruh parsial variabel dividend payout ratio terhadap return saham yang ditunjukkan  pada tabbel 4.6, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.387 dengan thitung sebesar -.866. Hal ini menunjukan nilai signifikansi variabel dividend payout ratio 0.387 > 0,05 (taraf signifikansi) yang artinya secara parsial variabel dividend payout ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham, sehingga H4 yang menyatakan terdapat pengaruh dividend payout ratio terhadap return saham ditolak. Hasil penelitian Carlo (2014) yang menunjukan bahwa DPR berpengaruh terhadap return saham sedangkan Hunjra et al. (2014) menunjukkan bahwa Dividen Payout Ratio (DPR) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
Beberapa penelitian menunjukankan hal yang lain yaitu bahwa DPR tidak berpengaruh terhadap return saham yang ditunjukan oleh hasil penelitian Antara (2012) dan Musyarofah et al (2015), sebagaimana seperti hasil penelitian ini yang menunjukan bahwa DPR tidak berpengaruh terhadap return saham karena dalam penelitian ini pembagian dividen kepada pemegang saham terlalu rendah. Hal ini berarti DPR tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk memprediksi return oleh investor di Bursa Efek Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain pendapat dari Bramantyo (2006) bahwa tidak ada batasan pembagian dividend yang ditetapkan dalam hal ini yang merupakan salah satu alasan return yang akan didapat tidak dapat diprediksi. Hal ini didasarkan atas dihapuskannya kebijakan persyaratan laba minimum 10% atas modal sendiri sehingga perusahaan memutuskan sendiri kebijakan untuk membagikan dividen bagi pemegang saham. Sesuai dengan pendekatan The Firm Fondation Theory (Anoraga, 1995) dalam Bramantyo (2006) yang mengatakan bahwa “Tidak seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, faktor-faktor apa yang akan mempengaruhi prospek pendapatan dan pembayaran dividend di masa datang”.

5.         Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Return Saham
Nilai tukar rupiah/US$ mempunyai koefisien regresi dengan arah negative terhadap return saham sebesar -1,473. Hal ini dapat diartikan bahwa pengaruh Nilai tukar rupiah/US$ adalah berlawanan dengan return saham, yaitu setiap adanya penurunan Nilai tukar rupiah/US$ sebesar satu satuan maka akan terjadi peningkatan pada retun saham sebesar 1,473 dengan asumsi Debt to Equity Ratio, Return On Equity,, Dividen Payout Ratio (DPR).

Tabel 6 Hasil Uji F
Model
Sum of Squares
Df
Mean Squares
F
Sign
1.      Regression Residual
Total

8019766.014
216195429.129
224215195.143
4
310
314
3004941.503
69740.610
2.875
.023

Tabel diatas menunjukkan bahwa Pvalue sebesar 0.23 lebih besar dari alpha 0.05, keputusannya adalah menerima Ho. Ini berarti dengan tingkat alpha 0.05, tidak ada pengaruh signifikan earning pershare, return on equity, debt to equity ratio,  dividen payout ratio dan nilai tukar secara bersama-sama terhadap return saham pada perusahaan sektor keuangan.


































PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan yang dijelaskan di bab terdahulu, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1.         Hasil penelitian ini membuktikan bahwa EPS tidak berpengatuh signifikan terhadap return saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,006 dengan signifikansi 0,680. Pada tigkat signifikansi 5% koefisien regresi tersebut tidak signifikan karena nilai signifikasi lebih dari 0,05 ( 0,680  > 0,05 ).
2.         Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ROE berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi sebesar 9,081 dengan signifikansi 0,001. Pada tigkat signifikansi 5% koefisien regresi tersebut signifikan karena nilai signifikasi kurang dari 0,05 ( 0,001 < 0,05 ).
3.         Hasil penelitian ini membuktikan bahwa DER tidak berpengatuh signifikan terhadap return saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi sebesar 7,697dengan signifikansi 0,560. Pada tigkat signifikansi 5% koefisien regresi tersebut tidak signifikan karena nilai signifikasi lebih dari 0,05 ( 0,560  > 0,05 ).
4.         Hasil penelitian ini membuktikan bahwa DER tidak berpengatuh signifikan terhadap return saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi sebesar -1,792 dengan signifikansi 0,387. Pada tigkat signifikansi 5% koefisien regresi tersebut tidak signifikan karena nilai signifikasi lebih dari 0,05 ( 0, 387  > 0,05 ).
5.         Pengujian signifikansi pada variabel nilai tukar rupiah/US$ terhadap return saham sebesar -1,473 dengan signifikansi sebesar 0,36. Pada tigkat signifikansi 5% koefisien regresi tersebut tidak signifikan karena nilai signifikasi lebih dari 0,05 (0,36 < 0,05) Hal ini dapat diartikan bahwa nilai tukar rupiah/US$ Indonesia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham
B.       Saran
1.         Bagi Investor
Bagi investor yang akan menamkan investasinya pada sektor berbankan sebaiknya harus benar-benar teliti dalam menganalisia saham sehingga mendapatkan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat analisa yang dapat dipakai seperti menggunakan faktor-faktor yang terbukti mempengaruhi Return saham secara signifikan dalam penelitian ini seperti ROE. Untuk itu perlu bagi invesot untuk menggunakan rasio tersebut untuk kepentingan analisa investasi, sebab dari hasil penelitian rasio ini merupakan faktor yang digunakan untuk memprediksi Return Saham. Selain itu besarnya kontribusi faktor lain dalam pengaruhnya terhadap return saham, maka sebaiknya investor harus memperhatikan alat analisis lainnya bahkan faktor eksternal perusahaan seperti : kondisi politik, kurs valuta asing, tingkat suku bunga SBI dan lain sebagainya.
2.         Saran Penelitian Selanjutnya
Dalam penelitian mendatang perlu menambahkan variabel-variabel lain yang mempengaruihi return saham.
DAFTAR PUSTAKA

Musthafa, Nella Murtiardia. 2015. Pengaruh Per Eps Dan Roe Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Thesis. UMS.
Nikadek Suryani, Gede Martha Sudiartha. 2018. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Return Saham Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Unud, Vol 7 No6.
Dedi Puta , Lilik Ramadhani. 2017. Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Debt To Equity Ratio Dan Price To Book Value Terhadap Haga Saham Perusahaan Pertambangan Di Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan. Vol 8 No 1 Maret 2017.
Carlo, Michael Aldo. 2014. Pengaruh Return On Equity, Dividend Payout Ratio dan Price to Earning Ratio pada Return Saham. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 7, No. 1(2014):150-164, ISSN: 2302-8556.
Budialim, Giovanni. 2013. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Resiko Terhadap Return Saham Perusahaan Consumer Good Di BEI Periode 2007-2011. Jurnal Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol. 2 No. 1.
Tjipto Darmaji, dkk. 2000. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta:Selemba Empat.
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi Ke2, Jakarta:Kencana.
Anggun Amelia Bahar Putri. 2012. Analisis Pengaruh ROA, EPS, NPM, DER Dan PBV Terhadap Return Saham. UNDIP
Moh. Zainal Abidin. 2016. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Kondisi Makro Ekonomi Terhadap Return Saham. Semarang: Universitas Negeri Semarang.








[1] Musthafa, Nella Murtiardia, Pengaruh Per Eps Dan Roe Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,Skripsi Thesis,(UMS:2015)
[2] Nikadek Suryani, Gede Martha Sudiartha, Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Return Saham Di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Manajemen Unud, Vol 7 No6, 2018,Hlm.3173.
[3] Dedi Puta , Lilik Ramadhani, Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Debt To Equity Ratio Dan Price To Book Value Terhadap Haga Saham Perusahaan Pertambangan Di Indonesi, Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol 8 No 1 Maret 2017 , Hlm.71.
[4] Michael Aldo Carlo, (E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana), Pengaruh Return On Equity, Dividend Payout Ratio dan Price to Earning Ratio pada Return Saham,  Vol.7, No.1(2014):150-164, ISSN: 2302-8556.
[5] Giovanni Budialim, (Jurnal Mahasiswa Universitas Surabaya), Pengaruh Kinerja Keuangan dan Resiko Terhadap Return Saham Perusahaan Consumer Good Di BEI Periode 2007-2011. Vol. 2 No. 1 (2013).

[6] Tjipto Darmaji, dkk, Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta:Selemba Empat, 2000), hlm.1.
[7] Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi Ke2, (Jakarta:Kencana, 2009), hlm.102.
[8] Anggun Amelia Bahar Putri, Analisis Pengaruh ROA, EPS, NPM, DER Dan PBV Terhadap Return Saham (UNDIP:2012), hlm.19.
[9] Moh. Zainal Abidin, Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Kondisi Makro Ekonomi Terhadap Return Saham, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2016).

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق