PENGARUH
FAKTOR FUNDAMENTAL PEREKONOMIAN INDONESIA TERHADAP RETURN SAHAM
(STUDI
KASUS PADA PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN YANG
TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti
bagaimana pengaruh dari beberapa faktor fundamental yang terdiri dari Earning Per share, Return On Equity, Debt to
Equity Ratio, dan Dividend Payout
Ratio terhadap Return Saham pada
perusahaan sektor keuangan. Data yang digunakan berasal dari laporan
masing-masing perusahaan dan bersumber dari Indonesia
Capital Market Directory. Sampel
Penelitian ini adalah perusahaan Sektor keuangan yang berada di BEI dari tahun
2012 – 2016. Jumlah semua sampel adalah 92 perusahaan dalam kurun waktu 5
tahun. Untuk membuktikan hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi
linier berganda, Uji T dan Uji F.
Hasil pengujian yang dilakukan terhadap
63 sampel perusahaan sektor keuangan dengan menggunakan program bantuan SPSS
23, menunjukkan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham. Apabila dilihat secara parsial
dari keempat variabel independen, hanya ada satu variabel yaitu Return On Equity yang memiliki pengaruh
signifikan dalam menentukan perubahan return saham, sedangkan variabel lain
seperti Earning Per share, Debt to Equity
Ratio, dan Dividend Payout Ratio
tidak memiliki pengaruh signifikan dalam mementukan perubahan return saham.
Kata kunci: Metode Faktor Fundamental,
Return saham
ABSTRACT
This study aims
to examine how the influence of several fundamental factors consisting of
Earning Per share, Return on Equity, Debt to Equity Ratio, and Dividend Payout
Ratio to Stock Returns in financial sector companies. The data used comes from
the reports of each company and is sourced from the Indonesia Capital Market
Directory. This research sample is a financial sector company that is on the
Stock Exchange from 2012 - 2016. The total of all samples is 92 companies
within 5 years. To prove the hypothesis was tested using multiple linear
regression analysis, T Test and F Test.
The results of tests conducted on 63
samples of financial sector companies using the SPSS 23 assistance program,
showed that all independent variables together did not significantly influence
stock returns. When viewed partially from the four independent variables, there
is only one variable, namely Return On Equity which has a significant influence
in determining changes in stock returns, while other variables such as Earning Per share,
Debt to Equity Ratio, and Dividend Payout Ratio do not have a significant
influence on determining changes in stock returns.
Keywords: Fundamental Factor Method, Stock Return
A.
PENDAHULUAN
Sejak
terjadinya krisis moneter pada tahun 1998, menyebabkan begitu banyak perusahaan
untuk mendapatkan dana atau tambahan modal yaitu melalui pasar modal. Di
Indonesia pasar modal merupakan suatu lembaga keuangan yang memiliki peran
penting bagi pertumbuhan dan perkebangan perekonomian, karena pasar modal
adalah sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilaksanakan
berdasarkan satu lembaga resmi yang disebut bursa efek.[1]
Salah
satu pilihan berinvestasi dapat dilakukan melalui pasar modal. Menjelaskan
bahwa pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang meiliki kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana untuk memperjual belikan sekuritas yang
umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham. Seorang investor
membeli sejumlah saham dengan harapan memperoleh keuntungan untuk masa yang
akan datang. Ekspektasi investor dalam berinvestasi saham selain menjadi
pemilik suatu perusahaan dengan proposional kepemilikan tertentu, saham yang
ditanamkan tersebut diharapkan mempu bertingkat pengembalian return tertentu.[2]
Peranan
penting pasar modal bagi pihak emiten sebagai tempat untuk mendapatkan sumber
dana sedangkan bagi investor sebagai tempat untuk menginvestasikan dananya.
Bila pasar modal efisien maka pasar modal akan memberikan return seperti yang diharapkan oleh para investor. Return saham adalah nilai yang diperoleh
sebagai hasil dari aktivitas investasi. Return yang diharapkan berupa deviden
untuk investasi saham dan pendapatan bunga untuk investasi di surat utang.
Return merupakan tujuan utama investor untuk mendapatkan hasil dari investasi
yang dilakukan oleh investor. Dengan adanya return saham yang cukup tinggi akan
lebih menarik para investor untuk membeli saham tersebut. Oleh karena itu untuk
dapat mengetahui seberapa besar tingkat pengembalian yang akan diperoleh
investor maka investor perlu memprediksikan agar dapat mengetahui seberapa
besar pengembalian yang akan diperolehnya. Suatu saham dihargai dengan benar
jika return yang diharapkan sebanding dengan return yang disyaratkan.
Return
saham, terdapat dua metode analisis, yaitu analisis fundamental
dan analisis teknikal. Analisis fundamental merupakan teknik analisis saham
yang mempelajari tentang keuangan mendasar dan fakta ekonomi dari perusahaan
sebagai langkah dari penilaian harga saham perusahaan. Sedangkan analisis
teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati
perubahan harga saham tersebut di waktu lampau.
Debt
to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang membandingkan total hutang terhadap
total ekuitas, semakin tinggi rasio ini menggambarkan bahwa semakin tinggi
beban bunga perusahaan. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham
(dalam bentuk dividen) dan dapat mengurangi minat investor terhadap
saham perusahaan tertentu. Keputusan penggunaan hutang haruslah menyeimbangkan
antara keuntungan yang lebih besar dengan risiko yang lebih besar.
Return
On Equity (ROE) adalah ukuran hasil yang
diperoleh pemilik (baik pemegang saham preferen dan saham biasa) atas investasi
di perusahaan.
Dividen Payout Ratio (DPR) adalah rasio yang menunjukkan persentase
setiap keuntungan yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemegang saham
dalam bentuk uang tunai.
Earning Per Share (EPS) merupkan kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada
para pemegang saham[3],.
Nilai Tukar Rupiah merupakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Nilai
tukar rupiah ini dapat mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan, jika
perusahaan bersaing pada taraf internasional. Nilai tukar antara dua negara
adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling
melakukan perdagangan. Selain itu, nilai tukar juga dapat diartikan sebagai
catatan harga pasar dari mata uang asing dalam harga mata uang domestik dalam
mata uang asing.
Beberapa
negara dalam perdagangan internasional bergantung pada nilai mata uang dollar
Amerika Serikat (US$). Hal ini disebabkan skala perekonomian Amerika Serikat
yang tidak hanya dalam lingkup nasional melainkan internasional dan telah
menjalar hampir ke semua negara, salah satunya Indonesia. Berdasarkan Laporan
Perekonomian Indonesia (LPI) 2014 adanya isu mengenai akan adanya kenaikan
tingkat suku bunga yang dilakukan bank sentral Amerika Serikat The Fed
berdampak pada menguatnya dollar Amerika Serikat (US$) dan mengakibatkan
pelemahan pada nilai mata uang rupiah akibat dari kebijakan yang mendorong
dikuranginya jumlah US$ yang beredar. Pada pasar modal, informasi pasar
mengenai melemahnya nilai tukar rupiah membawa pengaruh negatif karena pasar
ekuitas menjadi kurang menarik bagi investor. Pialang saham, investor dan
pelaku pasar modal biasanya sangat berhati-hati dalam menentukan posisi beli
atau posisi jual jika nilai tukar mata uang tidak stabil.
Analisis
fundamental adalah suatu analisis yang berisi informasi yang berhubungan dengan
kondisi perusahaan yang umumnya ditunjukkan dalam laporan keuangan yang
merupakan salah satu kinerja perusahaan. Didalam analisis fundamental terdapat
beberapa rasio keuangan yang dapat mencerminkan kondisi keuangan dan kinerja
suatu perusahaan. Rasio-rasio yang digunakan di dalam penelitian ini meliputi Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) dan Dividen Payout Ratio (DPR).
Semakin baik kinerja keuangan perusahaan yang tercermin
dari rasio-rasio nya maka semakin tinggi return saham perusahaan, demikian juga
jika kondisi ekonomi baik, maka refleksi harga saham akan baik pula. Apabila
perekonomian Indonesia tidaklah kuat dikarenakan depresiasi rupiah yang terjadi
sehingga mengakibatkan dollar menguat. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor
Fundamental Perekonomian Indonesia Terhadap Return Saham”.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap
Return Saham?
2.
Bagaimana Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Return
Saham?
3.
Bagaimana Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap
Return Saham?
4.
Bagaimana Pengaruh Devidend Payout Ratio (DPR) terhadap
Return Saham?
5.
Bagaimana Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Return
Saham?
C. Metode Penelitian
1.
Kerangka
pemikiran penelitian
Berdasarkan dari
penjelasan di atas bahwa Earning Per
Share (EPS), Return On Equity
(ROE), Debt to Equity Ratio (DER) dan
Dividen Payout Ratio (DPR) dan Nilai Tukar berpengaruh terhadap Return saham.
![]() |
Gambar 1.
Kerangka Pemikiran Penelitian
2.
Variabel
Penelitian
a.
Variabel
Dependen
Variabel dependen yang digunakan pada
penelitian ini adalah return saham. Return didapat dengan menghitung selisih
antara harga saham saat ini dan harga saham sebelumnya. Harga saham yang
dimaksud adalah harga pasarnya, karena harga saham saat ini dinilai penting
oleh investor. Untuk menghitung besarnya return saham dapat diperoleh dengan
cara:

Dimana :
Ri = Return Saham
Pt = Harga saham
saat ini
Pt-1 = Harga saham
kemaren
b.
Variabel
Independen
1)
Earning
Per Share
(X1), rasio ini menunjukan laba bersih yang berhasil diperoleh perusahaan untuk
setiap unit saham selama suatu periode tertentu. Menggunakan rumus :

2)
Return
On Equity
(X2), rasio ini mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian
yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Dalam hal ini investor melihat
seberapa jauh kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya sendiri untuk
menghasilkan laba bersih. Menggunakan rumus :

3)
Debt
to Equity Ratio
(X3), rasio yang menunjukan seberapa banyak operasional perusahaan dibiayai
dengan utang. Menggunakan rumus :

4)
Dividen
Payout Ratio
(X4), rasio yang melihat bagian earning laba yang dibayarkan sebagai deviden
kepada investor, didapat dari pembagian DPS dengan EPS. Menggunakan rumus :

5)
Nilai Tukar (X5)
Kurs atau nilai tukar adalah
suatu nilai yang menunjukkan jumlah nilai mata uang dalam negeri yang
diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing. Kurs yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kurs tengah Bank Indonesia terhadap dolar Amerika
Serikat (US$). Kurs tengah Bank Indonesia merupakan kurs yang digunakan untuk
mencatat nilai konversi mata uang asing dalam laporan keuangan perusahaan.
mengkonversi nilai mata uang asing yang digunakan dalam laporan keuangan.
Biasanya nilai kurs tengah Bank Indonesia ini yang digunakan oleh perusahaan
asing yang beroperasi di wilayah Indonesia. Menggunakan rumus :

3.
Teknik
Analisis Data
Analisis
statistik merupakan analisis yang mengacu pada perhitungan data penelitian yang
berupa angka-angka yang dianalisis dengan bantuan komputer melalui program SPSS
versi 23. Sedangkan analisis deskriptif merupakan analisis yang menjelaskan
gejala-gejala yang terjadi pada variabel-variabel penelitian untuk mendukung
hasil analisis statistik. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui gambaran atau
deskriptif variabel-variabel yang diteliti dengan menggunakan nilai
rata-rata,standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum.
D. Telaah Pustaka
Menurut Michael Aldo
Carlo dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Return On Equity, Dividend Payout Ratio, dan Price To
Earnings Ratio pada Return Saham menyatakan bahwa adalah variabel Return On Equity (ROE)
berpengaruh positif terhadap return saham di BEI, sehingga return saham di BEI dapat diprediksi menggunakan ROE.
Variabel Dividend Payout Ratio (DPR) berpengaruh positif terhadap return
saham, maka return saham di BEI dapat diprediksi menggunakan DPR. Variabel Price to earnings ratio
tidak berpengaruh terhadap return saham di BEI, maka PER tidak dapat
dijadikan sebagai alat untuk memprediksi return saham di BEI.[4]
Sedangkan menurut Giovanni Budialim dalam penelitiannya
yang berjudul Pengaruh Kinerja Keuangan Dan Risiko
Terhadap Return Saham Perusahaan Sektor Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2007-2011 menyatakan bahwa Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F,
diketahui nilai signifikansi sebesar 0,003. Hal ini berarti variabel CR, DER, ROA, ROE, EPS, BVPS, dan
Beta secara bersama-sama berpengaruh positif signifikan terhadap return saham Sektor Consumer Goods selama periode 2007-2011.
Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, diketahui bahwa
variabel CR, DER, ROA, ROE, EPS, dan BVPS berpengaruh positif namun tidak signifikan
terhadap return saham
Sektor Consumer Goods selama
periode 2007- 2011, sedangkan variabel Beta berpengaruh positif signifikan
terhadap return saham
Sektor Consumer Goods selama
periode 2007-2011.[5]
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pasar
Modal
1.
Pengertian
Pasar Modal
Menurut UUPM No. 8 Tahun 1995 mendefinisikan pasar modal sebagai pihak yang
menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan
penawaran jual beli efek serta pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan
efek diantara mereka. Pasar modal dikenal juga dengan nama bursa efek. Menurut
Tjipto dkk pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan dalam bentuk hutang
maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun
perusahaan swasta.[6]
Jadi pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para
penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam angka memperoleh modal.
Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal (emiten),
sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-efeknya di pasar modal. Sedangkan
pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang
menurut mereka menguntungkan.[7]
2.
Fungsi Pasar Modal
Pasar modal memberikan fungsi bagi pihak-pihak yang memperoleh
keuntungan dari investasi, antara lain:
a.
Bagi perusahaan
Pasar
modal memberikan ruang dan peluang bagi perusahaan untuk memperoleh dana yang
relatif memiliki risiko rendah dibandingkan sumber dana jangka pendek dari
pasar uang.
b.
Bagi investor
Alternatif
investasi bagi pemodal, terutama pada instrumen yang memberikan likuiditas
tinggi. Pasar modal memberikan ruang bagi investor dan profesi lain (fund
manager) dengan memanfaatkan modalnya untuk memperoleh return yang
cukup tinggi.
c.
Bagi perekonomian
nasional
Pasar
modal memiliki peranan penting dalam rangka meningkatkan dan mendorong
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional karena dalam fungsi pasar modal
yang mempertemukan lender dan borrower telah memberi kemudahan
penyediaan dana untuk sektor riil dalam meningkatkan produktifitas.
d.
Pasar modal yang
efisien
Dalam
berinvestasi, investor membutuhkan informasi yang akurat sehingga dapat memilih
dengan tepat kemana dananya akan diinvestasikan. Sehingga investor mendapatkan return
yang maksimal dan dapat meminimalisir risiko. Pasar yang efisien adalah
pasar dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua
informasi yang tersedia.
B.
Analisis
Fundamental
Analisis
fundamental merupakan teknik analisis saham yang mempelajari tentang keuangan
mendasar dan fakta ekonomi dari perusahaan sebagai langkah dari penilaian harga
saham perusahaan. Untuk mempelajari keuangan mendasar dan fakta ekonomi
perusahaan dapat menggunakan laporan keuangan (annual report) sebagai
instrumennya. Dalam menganalisis annual report dan mengetahui
makna dari laporan keuangan dapat menggunakan rasiorasio keuangan. Rasio
keuangan tersebut dikelompokkan ke dalam 5 jenis yaitu rasio likuiditas, rasio
aktivitas, rasio rentabilitas (profitabilitas), rasio solvabilitas dan rasio
pasar.
Sejumlah rasio yang tak terbatas banyaknya dapat
dihitung, akan tetapi dalam prakteknya cukup digunakan beberapa jenis rasio
saja sesuai kebutuhan analisis. Dalam penelitian ini
rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisi kondisi fundamental
perusahaan, yaitu Earning Per
Share
(EPS), Return On Equity (ROE), Debt to Equity
Ratio
(DER), Dividend Payout Ratio (DPR) dan Nilai Tukar.
1.
Earning Per Share
Earning
Per Share
(EPS) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam mengkasilkan keuntungan
perlembar saham bagi pemiliknya (Utomo et al., 2016). Informasi mengenai EPS
penting bagi calon investor karena dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana
keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki
saham suatu perusahaan dan untuk mengetahui bagaimana prestasi perusahaan
tersebut dalam menghasilkan pendapatan atau keuntungan bagi investor. Hasil
uji empiris (Nurfadillah, 2011) menunjukkan bahwa faktor
fundamental yang terdiri dari EPS, ROE dan DER merupakan variable yang dominan
mempengaruhi harga saham. Rasio EPS menunjukkan laba bersih yang berhasil
diperoleh perusahaan untuk setiap unit saham selama suatu periode tertentu yang
dinyatakan dalam mata uang (Rp). Mudlofir et al.(2016), membuktikan bahwa EPS
berpengaruh positif terhadap harga saham, apabila EPS meningkat, maka harga
saham akan semakin meningkat. Hasil penelitian yang berbeda (GAP) oleh Budialim
(2013), membuktikan bahwa EPS tidak berpengaruh terhadap harga saham. Investor
mengharapkan EPS terus meningkat karena semakin tinggi EPS suatu perusahaan
dibanding perusahaan lain, maka saham perusahaan ini akan semakin menarik. EPS
ini menggambarkan jumlah rupiah yang akan diperoleh investor untuk setiap
lembar saham. Semakin besar EPS maka semakin besar keuntungan yang akan
diperoleh investor jika memiliki saham tersebut, hal ini akan meningkatkan
harga saham dipasar, karena semakin besar EPS maka saham akan semakin menjasi incaran
untuk dibeli (Setyorini et al, 2016). Rumus
menghitung EPS adalah:
EPS =
Laba Bersih : Jumlah Lembar Saham
Carilah perusahaan yang memiliki EPS
yang bertumbuh dari waktu ke waktu (trend positif). EPS yang menanjak
menunjukkan perusahaan bertumbuh dengan baik. Kemungkinan besar penjualan dan
labanya naik. Sebaliknya, EPS yang turun menunjukkan penurunan penjualan dan
laba.
2.
Return On Equity (ROE)
Merupakan
Rasio untuk mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengamatan yang
dihasilkan dari penjualan dan investasi. Dalam hal ini investor melihat
seberapa jauh kemampuan perusahaan dalam mengelola modlanya sendiri untuk
mengkasilkan laba bersih. Semakin tinggi
tingkat kemampuan perusahaan mengelola modalnya sendiri artinya semakin kuat
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan tinggi juga tingkat kepercayaan
mitra usaha yang akibatnya akan mempengaruhi permintaan saham perusahaan
terebut dipasar modal dan meningkatnya harga saham dipasar. Rumus
untuk menghitung ROE adalah:
ROE = Laba Bersih : Kekayaan Bersih
Ada 2 cara yang dapat digunakan untuk menilai ROE, yaitu:
1.
Bandingkan dengan ROE perusahaan
sejenis dalam industri yang sama, atau bisa juga membandingkan dengan rata-rata
ROE industri.
2.
Bandingkan ROE perusahaan dari waktu
ke waktu (melihat trend-nya), apakah cenderung naik atau
turun.
Sebaiknya kedua cara di atas digunakan bersama-sama untuk memperoleh
analisis yang lebih lengkap. Carilah saham yang memiliki ROE yang meningkat
serta cukup stabil. Angka ROE sebaiknya kalau bisa minimal 10%.
3.
Debt to Equity Ratio (DER)
Setiap
perusahaan menganalisis sejumlah faktor dan kemudian menetapkan struktur
pendanaan yang ditargetkan. Target ini selalu berubah sesuai dengan perubahan
kondisi, tetapi pada setiap saat di benak manajemen perusahaan terdapat
bayangan dana dari struktur dana yang ditargetkan. Jika tingkat utang yang
sesungguhnya berada dibawah target, mungkin perlu dilakukan ekspansi dengan
melakukan pinjaman, sementara jika rasio utang sudah melampaui target, barang
kali saham perlu dijual. Kebijakan dalam melakukan struktur permodalan
melibatkan trade off antara
risiko dan tingkat pengembalian penambahan utang yang memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan.
Risiko
yang makin tinggi akibatnya akan membesarkan utang dan menurunkan harga saham,
namun meningkatnya. Struktur modal dapat dipengaruhi oleh Asymetri
Information. Asymetri Information merupakan kondisi dimana suatu pihak mempunyai
informasi yang lebih banyak dari pihak lain. Karena Asymetri Information, pihak
manajemen perusahaan lebih tahu kondisi perusahaan dibandingkan investor di
pasar modal. Debt to Equity Ratio (DER)
digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap
total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Rasio ini digunakan dengan
membandingkan total hutang terhadap total ekuitas.[8] Rumus untuk menghitung DER
adalah:
DER=Total
Kewajiban (Hutang) : Kekayaan Bersih (Modal Sendiri)
Bila DER < 1,
maka menunjukkan bahwa perusahaan memiliki hutang lebih sedikit dibandingkan
modal bersihnya, sedangkan bila DER > 1, maka perusahaan memiliki risiko
keuangan yang besar. Secara
umum, investor disarankan untuk mencari saham yang memiliki DER tidak lebih
dari 1.
4.
Dividend Payout Ratio (DPR)
Merupakan
rasio yang mengukur seberapa besar tingkat pembagian dividen yang dibagikan
kepada pemegang saham. Hubungan antara harga saham deviden yang dibagikan
adalah positif, yaitu semakin besar dividen yang dibayarkan maka semakin besar
pula harga saham (Jogiyanto, 2010). Rumus untuk
menghitung DPR adalah:
DPR= Dividend : Net Profit (Laba bersih)
C.
Return Saham
1.
Saham
Saham
merupakan surat berharga yang dapat dibeli atau dijual oleh perorangan atau
lembaga di pasar tempat surat tersebut diperjual-belikan. Saham merupakan
instrumen ekuitas, yaitu tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan
usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal
tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim
atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Jadi saham merupakan surat berharga yang diperjual belikan dipasar sebagai
wujud dari penyertaan atau kepemilikan atas perusahaan.
2.
Return Saham
a.
Pengertian Return Saham
Return
adalah tingkat pengembalian yang dinikmati oleh investor dari kelebihan investasi yang dilakukan. Tanpa adanya keuntungan yang
dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak akan mau
berinvestasi. Return saham merupakan salah satu faktor yang memotivasi
investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor
menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Return saham
merupakan selisih antara harga jual atau harga saat ini, dengan harga pembelian
atau harga awal periode.
Return saham merupakan tujuan yang ingin di capai oleh investor, return
merupakan keuntungan yang didapat setelah investor menanamkan modalnya di suatu
sekuritas tertentu. Setiap kegiatan investasi baik dalam periode waktu singkat
atau panjang tetap mengharapkan diperolehnya pengembalian atas modal yang telah
diberikan, baik keuntungan tersebut didapakan secara langsung maupun secara
tidak langsung.
b.
Jenis-Jenis
dan Perhitungan Return Saham
Menurut Jogiyanto (2008) ada dua jenis return
yaitu:
1)
Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah
terjadi. Return ini dihitung dengan menggunakan data historis. Return
realisasi dianggap penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja
perusahaan. Return realisasi juga berguna dalam penentuan return ekspektasi
(expected return) dan risiko yang akan datang.
2)
return ekpektasi (expected return) adalah return
yang diharapkan akan diperoleh
oleh para investor dimasa yang akan datang. Perhitungan return saham
dalam penelitian ini menggunakan return realisasi (actual return).
Menurut jogiyanto (2008) actual return digunakan dalam menganalisis return saham
hasil dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham individual periode
berjalan dengan sebelumnya dengan mengabaikan deviden, dapat ditulis dengan rumus
:

Keterangan
:

Ri,t : Return
Saham i pada waktu t
Pi,t : Harga Saham i pada periode t
Pi,t-1 : Harga Saham i pada periode t-1
D.
Nilai Tukar
1.
Pengertian
Ada
banyak hal yang mempengaruhi kinerja perusahaan, baik factor dari dalam
perusahaan yang disebut dengan faktor internal dimana perusahaan masih mampu
mengendalikan faktor ini sehingga mampu meminimalisir dampak dari terjadinya
faktor internal ini. Yang kedua adalah faktor dari luar perusahaan atau biasa
disebut faktor eksternal. Keberadaan faktor ekternal ini sangat sulit
dikendalikan atau bahkan tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan sehingga
perusahaan harus menerima dampak dari terjadinya perubahan faktor eksternal.
Salah
satu faktor eksternal yang berpengaruh adalah nilai tukar. Nilai tukar yang
dimaksud adalah harga mata uang yang dimiliki oleh suatu negara di nilai oleh
negara lainnya, misalnya Indonesia menilai satu dolar Amerika sebesat Rp. 10.900,00
atau Indonesia menilai harga satu dolar Hongkong sebesar Rp. 2.500,00 dan
seterusnya. Harga yang dimaksud berhubungan dengan sejumlah uang yang harus
dikeluarkan dan nilai mata uang bisa tetap diangka yang sama atau berubah
menjadi lebih mahal atau lebih murah tergantung dari jumlah permintaan dan
penawaran terhadap mata uang tersebut.[9]
Kurs Beli = Dari uang asing ke rupiah
Kurs Jual = Dari rupiah ke mata uang asing
Rumus untuk
menghitung nilai tukar rupiah:
Kurs Beli = Nilai Mata Uang Asing x Nilai Rupiah
Kurs Jual =

2.
Penentuan Nilai Tukar
Ada beberapa faktor penentu
yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar yaitu :
a.
Faktor Teknis
Faktor ini berkaitan dengan
kondisi penawaran dan permintaan devisa pada
saat tertentu.
b.
Faktor Fundamental
Faktor Fundamental berkaitan
dengan indikator ekonomi seperti inflasi,
suku bunga, perbedaan relatif antar negara, ekspektasi pasar dan intervensi bank sentral.
c.
Sentimen Pasar
Sentimen pasar lebih banyak
disebabkan oleh rumor atau berita politik yang
bersifat insidentil, yang mendorong harga valuta asing bisa naik atau turun dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita sudah berlalu, maka nilai tukar mata uang akan kembali normal.
A.
HASIL
ANALISIS
1.
Analsiis
Statistik Deskriptif

Descriptive
Statistics
|
N
|
Minimum
|
Maximum
|
Mean
|
Std.Deviation
|
Kurs Rupiah
Valid N (listwise)
|
88
88
|
,008
|
,230
|
,08375
|
,086920
|
Berdasarkan
hasil deskriptif statistik pada tabel 1 dapat disimpulkan bahwa :
a.
Return Saham selama
periode penelitian memiliki nilai minimim sebesar -3730 artinya bahwa harga
saham periode penelitian mengalami penurunan tersebsar yaitu -3730. Nilai
maksimum sebesar 4400 artinya bahwa selama periode penelitian harga saham
mengalami kenaikan terbesar yaitu 61% periode penelitian. Nilai rata-rata
sebesar 112,7619 artinya selama periode penelitian harga saham rata-rata
mengalami penignkatan sebesar 112,7619 dari harga saham tahun sebelumnya.
Sedangkan standar deviasi sebesar 845,02138 artinya selama periode penelitian,
penyimpangan data dari variabel Return saham adalah sebesar 845,02138 dari
rata-ratanya sebesar 112,7619 yang artinya nilai rata-rata return masih jauh
berada dibawah nilai standar deviasi.
b.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif
diatas, dapat disimpulkan bahwa, nilai minimum variabel DER adalah sebesar
-5,40, proporsi dan nilai maksimumnya
sebesar 13,24. dengan rata-rata sebesar 4,2043 serta
standar deviasinya menujukkan 3,59295, yang artinya selama periode penelitian
penyimpangan dari variabel DER terhadap return saham adalah sebesar 3,59295
dari nilai rata-ratanya 4,2043, yang artinya nilai rata-rata DER berada diatas
nilai standar deviasi.
c.
Return
On Equity
selama periode penelitian memiliki nilai minimum sebesar -108,98. Artinya
perusahaan mengalami kerugian sebesar -108,98 dari modal saham. Nilai
maksimumnya sebesar 179,91 menunjukkan bahwa selama periode penelitian dari 63
perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar 179.91 dari modal saham. Nilai
rata-rata sebesar 9.0634 artinya rata-rata perusahaan memperoleh keuntungan
sebesar 9,0634 persen dari modal saham. Sedangkan standar deviasi sebesar 17.72617 artinya selama periode penelitian, penyimpangan
data dari variabel Return On Equity terhadap
return saham adalah sebesar 17.72617 dari nilai rata-ratanya sebesar 9.0634,
yang artinya nilai-rata-rata ROE masih jauh berada dibawah nilai standar
deviasi.
d.
Dividend
Pay Out ratio
(DPR), menunjukkan bahwa, selama penelitian variabel ini memiliki nilai minimum
sebesar -5.07 artinya dividen terendah adalah sebesar
-5.07 dari laba per lembar sahamnya. Nilai maksimum sebesar 197.35 artinya
besarnya dividen maksimum yang dibagikan kepada pemegang saham adalah sebesar
197.35 dari laba per lembar sahamnya. Nilai rata-rata sebesar
11.2399, artinya besarnya dividen rata-rata yang dibagikan kepada
pemegang saham adalah sebesar 11.2399 dari laba per lembar sahamnya. Sedangkan
standar deviasi sebesar 23.46148 artinya selama periode penelitian,
penyimpangan dari data variabel DPR terhadap rerutn saham adalah sebesar
23.46148 dari nilai rata-ratanya sebesar 11.2399, uang artinya nilai rata-rata
DPR masih jauh berada dibawah nilai standar deviasi.
e.
Variabel EPS selama
periode penelitian memiliki nilai minimum sebesar -493.12, artinya perusahaan
mempunyai laba terendah per lembar saham sebesar -493.12. Nilai maksimal
sebesar 61824.95, artinya bahwa perusahaan menghasilkan laba perlembar saham
sebesar 61824.95. Nilai rata-rata perusahaan menghasilkan laba per lembar saham
sebesar 346.1124, artinya perusahaan rata-rata menghasilkan laba per lembar
saham sebesar laba per lembar saham sebesar. Sedangkan standar deviasi sebesar
3485.53649, artinya selama periode penelitian penyimpangan data dari varibale
EPS adalah sebesar 3485.53649 dari rata-ratanya sebesar sebesar 346.1124 yang
artinyanilai rata-rata EPS masih jauh berada dibawah nilai standar deviasi.
f.
Variabel
Nilai Tukar selama periode penelitian memiliki nilai minimum sebesar 0,08
artinya nilai tukar rupiah memiliki nilai minimum 0,88. Nilai maksimal sebesar
230 artinya nilai tukar rupiah paling tinggi sebesar 230. Nilai rata-rata
perusahan terhadap nilai tukar rupiah sebesar 08375, artinya perusahaan rata-rata memiliki nilai tukar rupiah sebesar
08375. Sedangkan standar devisa sebesar 086920 , artinya selama
periode penelitian penyimpangan data dari variabel Nilai tukar terhadap return
saham adalah sebesar 086920
dari rata-ratanya sebesar 08375 yang artinya
nilai tukar diatas standar nilai deviasi.
2.
Uji Asumsi Klasik



Gambar 2. Grafik Scatterplot
3.
Uji
Autokorelasi
Berdasarkan
tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki Durbin-Waston sebesar 1.985. Dengan nilai ini Durbin-Waston pada model
penelitian berada pada nilai antara du < DW < 4 – du, sehingga tisak
terdapat masalah autokorelasi pada data time series (runtun waktu) yang
digunakan.
4.
Uji
Multikolinearitas
Berdasarkan
Tabel atas terlihat bahwa keempat variabel bebas tersebut memiliki angka VIF
atau ( Variance Inflation Factor)
lebih kecil dari 10 demikian juga dengan angka Tolerance yang mendekati 1.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model yang terbentuk tidak terdapat
gejala multikolinearitas.
5.
Uji
Heteroskedastisitas
Berdasarkan
output Scatterplot diatas, terlihat bahwa titik-titik menyebar dan tidak
membentuk pola tertentu yang jelas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas.
B.
PEMBAHASAN

Nilai Tukar
|
-1,473
|
,692
|
-,317
|
-2,128
|
,036
|
Dengan
memperhatikan model regresi dan hasil regresi berganda maka didapat persamaan
faktor-faktor yang mempengaruhi Return
Saham pada perusahaan sektor keuangan di BEI sebagai berikut :
Return Saham = 16.297+ 0.006 EPS + 9.081
ROE + 7.697 DER – 1.792 DPR–1,473 Nilai Tukar

Nilai Tukar
|
-1,473
|
-2,128
|
,036
|
Sumber : Data diolah, 2017
Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis diatas, dapat disimpulkan bahwa hanya variabel ROE
yang menujukkan pengaruh positif signifikan terhadap return saham. Hal tersebut
ditunjukkan dengan nilai signifikasi sebesar 0.001 yang kurang dari 0.05.
Sedangkan variabel EPS, DER dan DPR menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan
terhadap return saham karena nilai signifikasi masing-masing variabel lebih
dari 0.05.
Pembahasan :
1.
Pengaruh EPS terhadap Return Saham
Hasil penelitian
yang tidak signifikan disebabkan adanya fluktuasi pada data Earning per Share (EPS). Hal ini
menandakan bahwa investor tidak mau lagi menanamkan sahamnya pada perusahaan
tersebut. Akibatnya laba perusahaan akan semakin meunrun, sehingga Earning per Share (EPS) tidak
mempengaruhi harga saham. Tidak adanya pengaruh pada harga saham tersebut juga
akan mempengaruhi return saham perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Suherman et al. (2017) bahwa EPS tidak berpengaruh terhadap
return saham dan bertolak belakang dengan beberapa penelitian yang menyatakan
bahwa Earning Per Share (EPS)
berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Pernyataan ini didukung
oleh Rachman et al. (2013),Tan et al. (2013), Nurfaudillah et al. (2011),
Wijaya et al. (2014), Yanti et al. (2012), Talamati et al. (2015), Idawati et
al.(2015), Hunjra et al. (2014), Margaretha dan Firzitya (2015), Placido (2012).
2.
Pengaruh ROE terhadap Return Saham
Hasil
perhitungan pada regresi diperoleh nilai koefisien regresi positif sebesar
9.081 dan probabilitas sebesar 0.001 < 0.05, maka Ho ditolak artinya ROE
(X2) secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap Return Saham.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suherman
et al (2017) yang kesimpulannya dalam penelitiannya menunjukkan ROE secara
parsial berpengaruh terhadap return saham dan hal tersebut juga didukung oleh
penelitian lainnya dari Rachman et al., 2013, Utomo et al., 2016, Hunjra et
al., 2014, Idawati et al., 2015, Azhari et al., 2016, Wijaya et al., 2014 dan
Setyorini et al., 2016. Return
on Equity merupakan alat analisis keuangan untuk mengukur profitabilitas. Rasio
ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan berdasarkan modal
tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang
saham. Sedangkan Aminah et al. (2016) dan Talamati et al. (2015) menyatakan
bahwa Return On Equity (ROE)
berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham.
3.
Pengaruh DER terhadap Return Saham
Dari hasil
analisis data diatas, dihasilkan bahwa DER tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa informasi
perubahan Debt to Equity Ratio ( DER)
yang sebagaimana diperoleh dari laporan keuangan tidak berpengaruh pada
keputusan atas harga saham di pasar modal. Selain itu peningkatan beban
terhadap kreditur akan menunjukkan sumber modal perusahaan sangat tergantung
pada pihak eksternal, sehingga mengurangi minat investor dalam menanamkan
dananya diperusahaan yang bersangkutan.
Hasil temuan ini
mendukung hasil penelitian dari Abdullah (2015) dimana hasil penelitiannya
menjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap
return saham. Sedangkan penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hasana et al (2016) yang menyatakan bahwa DER berpengaruh
signifikan terhadap return saham dan ha ini bertolak belakang dengan
penelitian dari Wangarry et al. (2015), Rachman et al. (2013), Tan et al.
(2013), Utomo et al. (2016), Yanti et al. (2012),dan Azhari et al. (2016) yang
juga menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif terhadap
harga saham.
4.
Pengaruh DPR terhadap Return Saham
Berdasarkan
hasil uji pengaruh parsial variabel dividend payout ratio terhadap return saham
yang ditunjukkan pada tabbel 4.6,
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.387 dengan thitung sebesar -.866. Hal
ini menunjukan nilai signifikansi variabel dividend
payout ratio 0.387 > 0,05 (taraf signifikansi) yang artinya secara
parsial variabel dividend payout ratio
tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham, sehingga H4 yang menyatakan
terdapat pengaruh dividend payout ratio terhadap return saham ditolak. Hasil
penelitian Carlo (2014) yang menunjukan bahwa DPR berpengaruh terhadap return
saham sedangkan Hunjra et al. (2014) menunjukkan bahwa Dividen Payout Ratio (DPR) berpengaruh positif signifikan terhadap
harga saham.
Beberapa penelitian menunjukankan hal yang lain yaitu bahwa DPR tidak
berpengaruh terhadap return saham yang ditunjukan oleh hasil penelitian Antara
(2012) dan Musyarofah et al (2015), sebagaimana seperti hasil penelitian ini
yang menunjukan bahwa DPR tidak berpengaruh terhadap return saham karena dalam
penelitian ini pembagian dividen kepada pemegang saham terlalu rendah. Hal ini berarti
DPR tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk memprediksi return oleh investor
di Bursa Efek Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain
pendapat dari Bramantyo (2006) bahwa tidak ada batasan pembagian dividend yang
ditetapkan dalam hal ini yang merupakan salah satu alasan return yang akan
didapat tidak dapat diprediksi. Hal ini didasarkan atas dihapuskannya kebijakan
persyaratan laba minimum 10% atas modal sendiri sehingga perusahaan memutuskan
sendiri kebijakan untuk membagikan dividen bagi pemegang saham. Sesuai dengan
pendekatan The Firm Fondation Theory (Anoraga, 1995) dalam Bramantyo (2006)
yang mengatakan bahwa “Tidak seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa
yang akan terjadi di masa yang akan datang, faktor-faktor apa yang akan
mempengaruhi prospek pendapatan dan pembayaran dividend di masa datang”.
5.
Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Return Saham
Nilai
tukar rupiah/US$ mempunyai koefisien regresi dengan arah negative terhadap return saham sebesar -1,473. Hal ini dapat diartikan bahwa pengaruh Nilai tukar rupiah/US$ adalah berlawanan dengan return
saham, yaitu setiap adanya
penurunan Nilai tukar rupiah/US$ sebesar satu satuan maka akan terjadi peningkatan pada retun saham sebesar
1,473 dengan asumsi Debt to Equity
Ratio, Return On Equity,, Dividen
Payout Ratio
(DPR).
Tabel 6 Hasil Uji F
Model
|
Sum of Squares
|
Df
|
Mean Squares
|
F
|
Sign
|
1.
Regression Residual
Total
|
8019766.014
216195429.129
224215195.143
|
4
310
314
|
3004941.503
69740.610
|
2.875
|
.023
|
Tabel diatas
menunjukkan bahwa Pvalue sebesar 0.23 lebih besar dari alpha 0.05, keputusannya
adalah menerima Ho. Ini berarti dengan tingkat alpha 0.05, tidak ada pengaruh
signifikan earning pershare, return on
equity, debt to equity ratio, dividen payout
ratio dan nilai tukar secara
bersama-sama terhadap return saham
pada perusahaan sektor keuangan.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil
analisis dan pembahasan yang dijelaskan di bab terdahulu, maka kesimpulan dari
penelitian ini adalah :
1.
Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa EPS tidak berpengatuh signifikan terhadap return saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi
sebesar 0,006 dengan signifikansi 0,680. Pada tigkat signifikansi 5% koefisien
regresi tersebut tidak signifikan karena nilai signifikasi lebih dari 0,05 (
0,680 > 0,05 ).
2.
Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa ROE berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai koefisien regresi sebesar 9,081 dengan
signifikansi 0,001. Pada tigkat signifikansi
5% koefisien regresi tersebut signifikan karena nilai signifikasi kurang dari
0,05 ( 0,001 < 0,05 ).
3.
Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa DER tidak berpengatuh signifikan terhadap return saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi
sebesar 7,697dengan signifikansi 0,560. Pada tigkat signifikansi 5% koefisien regresi
tersebut tidak signifikan karena nilai signifikasi lebih dari 0,05 ( 0,560 > 0,05
).
4.
Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa DER tidak berpengatuh signifikan terhadap return saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi
sebesar -1,792 dengan signifikansi 0,387. Pada tigkat signifikansi 5% koefisien regresi
tersebut tidak signifikan karena nilai signifikasi lebih dari 0,05 ( 0, 387 >
0,05 ).
5.
Pengujian
signifikansi pada variabel nilai tukar rupiah/US$ terhadap return saham sebesar -1,473
dengan signifikansi sebesar 0,36. Pada tigkat signifikansi 5% koefisien
regresi tersebut tidak signifikan karena nilai signifikasi lebih dari 0,05 (0,36 < 0,05) Hal ini dapat diartikan bahwa nilai tukar rupiah/US$ Indonesia mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap return saham
B.
Saran
1.
Bagi Investor
Bagi investor
yang akan menamkan investasinya pada sektor berbankan sebaiknya harus
benar-benar teliti dalam menganalisia saham sehingga mendapatkan keuntungan
sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat
analisa yang dapat dipakai seperti menggunakan faktor-faktor yang terbukti
mempengaruhi Return saham secara signifikan dalam penelitian ini seperti ROE.
Untuk itu perlu bagi invesot untuk menggunakan rasio tersebut untuk kepentingan
analisa investasi, sebab dari hasil penelitian rasio ini merupakan faktor yang
digunakan untuk memprediksi Return Saham. Selain itu besarnya kontribusi faktor
lain dalam pengaruhnya terhadap return saham, maka sebaiknya investor harus
memperhatikan alat analisis lainnya bahkan faktor eksternal perusahaan seperti
: kondisi politik, kurs valuta asing, tingkat suku bunga SBI dan lain
sebagainya.
2.
Saran Penelitian Selanjutnya
Dalam penelitian
mendatang perlu menambahkan variabel-variabel lain yang mempengaruihi return
saham.
DAFTAR PUSTAKA
Musthafa,
Nella Murtiardia. 2015. Pengaruh Per Eps
Dan Roe Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Thesis. UMS.
Nikadek
Suryani, Gede Martha Sudiartha. 2018. Pengaruh
Tingkat Suku Bunga, Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Return Saham Di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Unud, Vol 7 No6.
Dedi
Puta , Lilik Ramadhani. 2017. Analisis
Pengaruh Rasio Profitabilitas, Debt To Equity Ratio Dan Price To Book Value
Terhadap Haga Saham Perusahaan Pertambangan Di Indonesia. Jurnal Akuntansi
Dan Keuangan. Vol 8 No 1 Maret 2017.
Carlo,
Michael Aldo. 2014. Pengaruh Return On
Equity, Dividend Payout Ratio dan Price to Earning Ratio pada Return Saham.
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 7, No. 1(2014):150-164, ISSN:
2302-8556.
Budialim,
Giovanni. 2013. Pengaruh Kinerja
Keuangan dan Resiko Terhadap Return Saham Perusahaan Consumer Good Di BEI
Periode 2007-2011.
Jurnal Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol. 2 No. 1.
Tjipto
Darmaji, dkk. 2000. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta:Selemba Empat.
Soemitra, Andri. 2009. Bank
dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi Ke2, Jakarta:Kencana.
Anggun
Amelia Bahar Putri. 2012. Analisis Pengaruh ROA, EPS, NPM, DER Dan PBV
Terhadap Return Saham. UNDIP
Moh. Zainal
Abidin. 2016. Analisis
Pengaruh Faktor Fundamental Dan Kondisi Makro
Ekonomi Terhadap Return Saham. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
[1] Musthafa, Nella
Murtiardia, Pengaruh Per Eps Dan Roe
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia,Skripsi Thesis,(UMS:2015)
[2] Nikadek Suryani, Gede
Martha Sudiartha, Pengaruh Tingkat Suku
Bunga, Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Return Saham Di Bursa Efek
Indonesia, Jurnal Manajemen Unud, Vol 7 No6, 2018,Hlm.3173.
[3] Dedi Puta , Lilik
Ramadhani, Analisis Pengaruh Rasio
Profitabilitas, Debt To Equity Ratio Dan Price To Book Value Terhadap Haga
Saham Perusahaan Pertambangan Di Indonesi, Jurnal Akuntansi Dan Keuangan,
Vol 8 No 1 Maret 2017 , Hlm.71.
[4] Michael
Aldo Carlo, (E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana), Pengaruh Return On Equity,
Dividend Payout Ratio dan Price to Earning Ratio pada Return Saham,
Vol.7, No.1(2014):150-164, ISSN:
2302-8556.
[5] Giovanni Budialim, (Jurnal
Mahasiswa Universitas Surabaya), Pengaruh Kinerja Keuangan dan Resiko Terhadap Return
Saham Perusahaan Consumer Good Di BEI Periode 2007-2011. Vol. 2 No. 1 (2013).
[6] Tjipto Darmaji, dkk, Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta:Selemba
Empat, 2000), hlm.1.
[7] Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi Ke2,
(Jakarta:Kencana, 2009), hlm.102.
[8] Anggun Amelia Bahar
Putri, Analisis Pengaruh ROA, EPS, NPM, DER Dan PBV
Terhadap Return Saham (UNDIP:2012), hlm.19.
[9] Moh. Zainal Abidin, Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Kondisi Makro Ekonomi Terhadap Return Saham, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2016).
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق