DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL i
KATA
PENGANTAR ii
DAFTAR
ISI iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang 1
B.
Rumusan Makalah 1
C.
Tujuan Makalah 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Strategi Komunikasi 3
B.
Komponen Strategi Komunikasi 4
C.
Tujuan Strategi Komunikasi 4
D.
Pentingnya Strategi Komunikasi 5
E.
Hakikat Tujuan Gaya dan Strategi
Komunikasi 6
F.
Beberapa Tampilan Gaya Komunikasi
dalam Konseling Tujuan Strategi Konseling 7
G.
Perencanaan dan Mengembangkan
Strategi Komunikasi yang Efektif dalam Konseling 9
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan 11
B.
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Istilah komunikasi
berasal dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin communicatus, yang
mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama. Komunikasi diartikan sebagai
proses sharing di antara pihak-pihak yang melakukan aktifitas
komunikasi tersebut.
Gaya
komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku
antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi
tertentu (a specialized set of intexpersonal behaviors that are used in
a given situation). Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari
sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau
tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu
gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender)
dan harapan dari penerima (receiver).
Strategi pada
hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai
suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak
berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus
mampu menunjukkan bagaimana teknik operasionalnya.
B.
Rumusan Makalah
1. Apa
pengertian strategi komunikasi?
2. Apa
saja komponen strategi komunikasi?
3. Bagaimana
tujuan strategi komunikasi?
4. Bagaimana
pentingnya strategi komunikasi?
5. Bagaimana
hakikat tujuan gaya strategi komunikasi?
6. Bagaimana
beberapa tampilan gaya komunikasi dalam konseling tujuan strategi konseling?
7. Bagaimana
perencanaan dan mengembangkan strategi komunikasi yang efektif dalam konseling?
C.
Tujuan Makalah
1.
Untuk memahami
pengertian strategi komunikasi.
2.
Untuk memahami
komponen strategi komunikasi.
3.
Untuk memahami tujuan
strategi komunikasi.
4.
Untuk memahami pentingnya
strategi komunikasi.
5.
Untuk memahami
hakikat tujuan gaya strategi komunikasi.
6.
Untuk memahami
beberapa tampilan gaya komunikasi dalam konseling tujuan strategi konseling.
7.
Untuk memahami
perencanaan dan mengembangkan strategi komunikasi yang efektif dalam konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Strategi
Komunikasi
Ketika
seseorang memiliki suatu tujuan dan ingin mencapainya dibutuhkan usaha, kerja
keras serta strategi yang pas guna memudahkan setiap langkahnya, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), strategi adalah rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah,
mengatakan bahwa strategi ialah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak
dalam usaha mencapai target yang telah ditetapkan[1],
selanjutnya menurut Effendy strategi komunikasi adalah merupakan gabungan dari
perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Sedangkan menurut Anwar Arifin dalam buku “Strategi Komunikai”
menyatakan bahwa suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional
tentang tindakan yang akan dilakukan, guna mencapai tujuan tertentu[2].
Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan
situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi di masa depan, guna mencapai
efektivitas. Dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa
cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri
khalayak dengan mudah dan cepat[3].
Jadi
kesimpulannya adalah strategi komunikasi adalah suatu upaya yang ingin
dilakukan oleh seseorang atau kelompok guna mempengaruhi, mengajak, dan
meyakinkan orang lain demi tercapainya suatu tujuan.
Dari
sekian banyak teori komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli, untuk strategi
komunikasi yang memadai adalah teori dari seorang ilmuan politik dari Amerika
Serikat yang bernama Harold D. Lasswel yang menyatakan bahwa cara yang terbaik
untuk menerangkan kegiatan komunikasi atau cara untuk menggambarkan dengan
tepat sebuah tindak komunikasi ialah menjawab pertanyaan “who says what in which channel to whom with what effect? (siapa
mengatakan apa dengan cara apa kepada siapa dengan efek bagaimana)”[4].
Jadi stratgei komunikasi adalah kemampuan seseorang atau lembaga untuk
merekonstruksi pesan agar mampu membuat komunikan percaya dan sependapatdengan
keinginan kita.
B.
Komponen
Strategi Komunikasi
Dalam membahas strategi komunikasi tentu
tidak lepas membahas komponen strategi komunikasi, lalu untuk memantapkan
strategi komunikasi maka segala sesuatu yang berhubungan dengan
komponen-komponen itu merupakan jawaban dari pertanyaan dalam rumus Laswell
yaitu:
a. Who?
Siapa?
Adalah orang yang ingin menyampaikan pesan serta tujuannya ke orang lain dalam
hal ini adalah komunikator ke komunikan.
b. Say what?
Apa
yang ingin disampaikan dalam berkomunikasi atau apa tujuan dia melakukan
komunikasi kepada orang lain.
c. In which channel?
Melalui
media apakah sang komunikator dan komunikan melakukan komunikasi.
d.
To
who?
Untuk
siapa saja strategi itu dilakukan.
e. With what effect?
Dampak
apa yang diberikan dari hasil komunikasi yang telah dilakukan.
C.
Tujuan
Strategi Komunikasi
Dalam
berkomunikasi selain menyampaikan informasi dan juga gagasan tetapi juga harus
memiliki tujuan untuk apa komunikasi itu terjadi, adapun tujuan komunikasi
antara lain:
a.
To
serve understanding
Untuk
menciptakan suatu pemahaman kepada lawan bicara kita agar mengerti maksud dan
tujuan kita.
b.
To
establish acceptance
Cara
yang kita gunakan agar orang lain percaya dan menerima apa yang telah kita
ucapkan dan rencanakan.
c.
To
motive action
Penggiatan
untuk memotivasi.
d.
The
goals which the communication sought to achieve
Bagaimana
mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses
komunikasi tersebut.
D.
Pentingnya
Strategi Komunikasi
Strategi
komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication
planning) dan manajemen komunikasi (communication managemen) untuk mencapai
suatu tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana
operasionalnya harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach)
bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi (Onong Uchjana
Effendy 2003:301)
Strategi
komunikasi diperlukan sehingga proses komunikasi antara komunikator daan
komunikan, dalam hal ini adalah konselor dan pasien, bisa efektif dan
mendapatkan hasil yang diinginkan. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi
yang mencakup hal-hal berikut:
a) Bagaimana
mengubah sikap (how to change the attitude)
b) Mengubah
opini (to change the opinion)
c) Mengubah
perilaku (to change the behavior)
Menurut
Onong Uchjana Effendy (1981: 44), komunikasi yang efektif timbul pada komunikan
sering kali di klasifikasikan sebagai berikut:
a) Efek
kognitif: adalah yang terkait dengan pikiran nalar atau rasio, misalnya
komunikan yang semula tidak tau, tidak mengerti menjadi mengerti atau tidak
sadar menjadi sadar.
b) Efek
afektif: adalah efek yang berkaitan dengan perasaan, misalnya komunikan yang
semula merasa tidak senang menjadi senang, sedih menjadi gembira.
c) Efek
konatif: adalah efek yang berkaitan dengan timbulnya keyakinan dalam diri
komunikan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
komunikator berdasarkan pesa atau message yang ditransmisikan, sikap dan
perilaku komunikan pasca proses komunikasi yang tercermin dalam efek konatif.
Gejala-gejala
psikis komunikan sangat perlu diketahui oleh seorang komunikator. Gejala-gejala
psikis tersebut biasanya dapat dipahami bila diketahui pula lingkungan
pergaulan komunikan yang dalam hal ini biasanya disebt situasi sosial. Jika
kita sudah tau sifat-sifat komunikan dan tau pula efej apa yang kita kehendaki
dari mereka, membuat strategi dan memilih cara mana yang kita ambiil untuk
berkomunikasi sangatlah penting, karena ini ada kaitannya dengan cara-cara
pendekatan maupun media yang harus kita gunakan. Cara bagaimana kita
berkomunikasi (how to communication)
kita bisa mengmbil salah satu dari dua tatanan dibawah ini.
1) Komunikasi
tatap muka (face to face communication)
2) Komunikasi
bermedia (mediated communication)
Komunikasi tatap muka biasa dipergunakan
apabila kita mengaharapkan efek perubahan pada tingkah laku (behavior change) drai komunikan. Mengapa
demikian, karena pada saat kita berkomunikasi memerlukan umpan balik langsung (innediate feedback). Dengan komunikasi
tatap muka, secara langsung (antarpribadi) kita dapat melihat dan menggunakan
kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita
komunikasikan kepada seseorang. Kita sebagai komunikator bisa mengetahui apakah
komunikan memperhatikan dan mengerti apa yang kita komunikasikan, dengan kata
lain kita bisa menangkap adanya umpan balik langsung sehingga bisa
mengembangkan komunikator dan komunikan untuk saling mengetahui satu sama lain
dengan lebih baik. Jika umpan baliknya positif, kita akan mempertahankan cara
komunikasi yang kita gunakan, bila sebaliknya kita akan mengubah teknik maupun
strategi komunikasi kita sehingga komunikasi kita berhasil dan efektif.
E.
Hakikat
Tujuan Gaya dan Strategi Komunikasi
Strategi
pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk
mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi
tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan
harus mampu menunjukkan bagaimana teknik
operasionalnya.
Dengan
demikian pula dengan strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan
komunikasi dengan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Strategi komunikas ini harus mampu menunjukkan bagaimana
operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan
(aproch).
Gaya
komunikasi juga penting untuk dipilih sebelum melakukan komunikasi. Gaya
komunikasi terdiri dari seperangkat perilaku yang dipakai untuk mendapatkan
respon atau tanggapan tertentu dalam situasi tertentu pula. Kesesuaian dari
satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim
(sender) dan harapan dari penerima (receiver).
F.
Beberapa
Tampilan Gaya Komunikasi dalam Konseling Tujuan Strategi Konseling
Gaya
komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku
antar pribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu
( a specialized of intexpersonal behaviors that are used in a given situation).
Masing-masing
gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk
mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula.
Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud
dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).
1) The
controlling style
Gaya komunikasi yang bersifat
mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk
membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal denga nama komunikator
satu arah atau one way communications.
Pihak-pihak yang memakai controlling
style of communication ini lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan
disbanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa
ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan dan umpan balik, kecuali jika
umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka.
Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif
orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk
memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
2) The
equalitarian style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah
adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai
dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun
tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak
komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat
mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana rileks, santai dan
informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi
mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
3) The
structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini,
memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan
perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta
struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih member perhatian kepada
keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagai informasi tentang
tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam
organisasi tersebut.
Stogdill dan coons dari the Burue of
Business Reseach of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan
yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating
Structure. Stogdill dan coons menjelaskan mereka bahwa pemerkasa (intiator)
struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan
verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan
memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4) The
dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini
memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan memahami bahwa lingkungan
pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action oriented). The dynamic style of
communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor
yang membawa paa wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang
agresif ini adalah menstimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja
dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan
dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan
persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk
mengatasi masalah kritis tersebut.
5) The
relinguishing style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan
kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, dari pada
keinginan untuk member perintah, meskipun hak untuk member perintah dan
mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini
akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan
orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia
untuk bertanggung jawab atas semua tugas untuk pekerjaan yang dibebankannya.
6) The
withdrawal style
Akibat yang muncul jika gaya ini
digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari
orang-orang yang memakai gaya lain, karena ada beberapa persoalan ataupun
kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah
ketika seseorang mengatakan, ‘Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”.
Pernyataan ini bermakna diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan
suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena
itu, gaya ini tidak layak pakai dalam kondisi komunikasi organisasi
G.
Perencanaan
dan Mengembangkan Strategi Komunikasi yang Efektif dalam Konseling
Berkomunikasi
efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian
yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam bahasa asing orang
menyebutnya (the communication is in true”, yaitu kedua belah pihak yang
berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan.
Menurut
Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi menyebutkan, komunikasi yang
efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan,
mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya
menimbulkan suatu tindakan.
Syarat-syarat
untuk berkomunikasi secara efektif adalah antara lain:
·
Menciptakan
suasana yang menguntungkan.
·
Menggunakan
bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.
·
Pesan yang
disampaika dapat menggugah perhatian atau minat di pihak komunikan.
·
Pesan dapat
menumbuhkan sesuatu penghargaan atau
rewarddi pihak komunikan.
Ada
banyak model yang digunakan dalam studi perencanaan komunikasi, mulai dari
model yang paling sederhana sampai model yang paling rumit. Namun,perlu diketahui
bahwa penggunaan model dan tahapan (langkah-langkah) pelaksanaannya tergantung
pada sifat atau jenis pekerjaan yang akan dilakukan. Tidak ada model
perencanaan komunikasi yang dapat digunakan secara universal (tidak ada yang
ideal), melainkan sesuai dengan kondisi dan reaslitas yang ada.
UNESCO
membuat langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam perencanaan komunikasi,
yaitu:
a) Mengumpulkan
data tentang status sumber daya komunikasi, apakah itu dioperasikan oleh
pemerintah, swasta, atau kombinasi antara pemerintah dan swasta.
b) Melakukan
analisis tentang struktur dan sumber daya komunikasi yang ada, berapa banyak
surat kabar, stasiun televise dan radio, seta media-media apa saja yang ada
dalam masyarakat.
c) Melakukan
analisis kritis terhadap apa yang dibutuhkan masyarakat terhadap komunikasi,
jenis informasi apa yang dibutuhkan, apakah hiburan, pendapat (opini), atau
berita.
d) Melakukan
analisis terhadap komponen-komponen komunikasi mulai dari sumber, pesan,
saluran atau media, penerimaan, dan umpan balik dari masyarakat.
e) Melakukan
analisis terhadap pengembangan komunikasi, apakah media mengalami kemajuan
dalam jumlah tiras (oplah), sebaran, atau peringkat dalam tayangan.
f) Menetapkan
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai sesuai dengan kebijakan komunikasi yang
ada.
Tahapan
perencanaan komunikasi yang dibuat oleh UNESCO di atas tentu saja tidak
meningkat, tergantung dari kondisi dan keadaan program yang akan dilaksanakan.
Hal ini juga diakui bahwa tidak ada satupun model perencanaan komunikasi yang
bisa diterima secara umum, melainkan bisa dilakukan modifikasi dengan tujuan
yang ingin dicapai.[5]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi
pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan.
Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta
jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan
bagaimana teknik operasinya. Dengan demikian pula strategi komunikasi merupakan
paduan perencanaan komunikasi dengan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan
bagaimana operasionalnya secara praktis yang harus dilakukan, dalam arti kata
bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan
kondisi.
B. Saran
Dalam
berkomunikasi dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan menggunakan bahasa
yang baik, sopan dan pilih menggunakan bahasa tubuh, gunakan bahasa tubuh yang
sopan dan tidak membuat teman yang berkomunikasi dengan kita tersinggung dengan
perkataan atau gerak tubuh kita.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy,
Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat
Komunikasi, Bandung : Citra Aditya
Bakti, 2003.
Djamarah,
Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. Strategi
Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta,
2002.
Arifin,
Anwar. Strategi Komunikasi Sebuah
Pengantar Ringkas, Bandung : ARMICO, 1984.
Mulyana,
Deddy. Ilmu Komunikasi, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2009.
Cangara,
Hafied. Perencanaan & Strategi Komunikasi, Jakarta : PT Rajagrafinda, 2013.
[1] Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar
Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta,2002), h. 109.
[2] Onong Uchjana
Effendy. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 301.
[3] Anwar Arifin. Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas
(Bandung: ARMICO, 1984), h. 10.
[4] Deddy Mulyana.
Ilmu Komunikasi (Bandung: PT, Remaja Rosdakarya, 2009), h.69-71.
[5] Hafied
Cangara. Perencanaan & Strategi
Komunikasi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013) hlm 67
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق