الأربعاء، أكتوبر 31

makalah Khiyar


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Khiyar
                  1.      Secara Kata Bahasa Arab.
      Menurut kamus besar bahasa arab al-munawwir, kata-kata khiyar dapat di jumpai dengan kata-kata “الحيار ولاختيار ‘’ artinya pilihan. Sedangkan ‘’ حر ية ‘’ artinya kebebasan memilih dan ‘’احتيارا  ‘’ dengan kemauan sendiri serta ‘’ artinya kebaikan dikiuti kata-kata “ الخيرية ‘’ berdasarkan kemauan sendiri.
      Jadi khiyar secara bahasa dapat diartikan ‘’pilihan, kebebasan memilih, kemauan sendiri, kebaikan, berdasarkan kemauan sendiri.

                  2.      Secara Terminology Ulama’
Sedangkan menurut istilah yang disebutkan didalam kiitab fiqih islam yaitu ‘’khiyar artinya boleh memilih antara dua, meneruskan aqad jual beli atau di urungkan, (ditarik kembali tidak jadi jual beli).
Diadakannya khiyar oleh syara’ agar kedua orang yang berjual beli agar dapat memikirkan kemaslahatan masing-masing lebih jauh. Supaya tidak terjadi penyesalan di kemudia hari, lantaran merasa tertipu.
Secara terminologis para ulama fiqh mendefinisikan al-khiyar dengan:

أَنْ يَكُوْنَ لِلْمُتَعَاقِدِ الْخِيَارُبَيْنَ إِمْضَاءِ الْعَقْدِ وَعَدَمِ إِمْضَائِهِ بِفَسْخِهِ رفقا لِلْمُتَعَا قِدَيْنِ.
          Artinya : hak pilih bagi salah satu atau kedua belah pihak yang melaksanakan transaksi untuk melangsungkan atau membatalkan transaksi yang disepakati sesuai dengan kondisi masing-masing pihak yang melakukan transaksi.

                  3.      Pendapat Ahli Fiqih
      a.       Menurut dr. H. Hendi suhendi, m.si.
            Yatiu menurut agama islam di bolehkan memilih atau melanjutkan jual beli atau membatalkannya.


      b.      Menurut asy-syekh muhammad bin qosim al-ghozali
            Khiyar adalah bagi penjual dan pembeli ada hak khiyar (memilih) antara meneruskan atau membatalkan jual belinya.
            Maksudnya yaitu bagi penjual dan pembeli ada hak tetap untuk memilih beberapa macam aqad jual beli di tempatnya (khiyar majlis) seperti pesanan (salam), selama keuanya belum terpisah artinya suatu masa tidak terpisah kedua belah pihak menurut kebiasaan.
      c.       Menurut kompilasi hukum ekonomi syariah
            Sedangkan pengertian khiyar menurut kompilasi hukum ekonomi syariah (khes) pasal 20 (8) adalah hak pilih bagi penjual dan pembeli untuk melanjutkan atau membatalkan akad jual beli yang dilakukannya.
Hadits yang Menjelaskan tentang Khiyar
حدثنا سليمان بن حرب حدثنا شعبة عن قتادة عن صالح أبي الخليل عن عبد الله بن الحارث رفعه الى حكيم بن حزم رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم البيعان بالخيار ما لم يتفرقا أو قال حتى يتفرقا فإن صدقا وبينا بورك لهما في بيعهما وإن كتما وكذبا محقت بركه بيعهما.
Terjemah:
            Telah menceritakan kepada kami badal bin almuhabbar telah menceritakan kepada kami syu’bah dari qotadah berkata, aku mendengar abu khalil menceritakan dari abdullah bi haritsah dari hakim bi hizam r.a. dari nabi saw. bersabda. “dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar (pilihan untuk melangsungkan atau membatalkan jual beli) selama keduanya belum berpisah”. atau sabda beliau : hingga keduanya berpisah. jika keduanya jujur dan menampakkan cacat dagangannya maka keduanya diberkahi dalam jual belinya dan bila menyembunyikan cacat dan berdusta maka akan dimusnahkan keberkahan jual belinya”.

      B.     Pembagian Khiyar
Jumlah khiyar sangat banyak dan diantaranya para ulama telah terjadi perbedaan pendapat. Menurut ulama hanafiyah, jumlahnya ada 17.
 ulama malikiyah membagi khiyar menjadi dua bagian yaitu ‘’khiyar al-taammul (melihat, meneliti), yakni khiyar secara mutlaq dan khiyar naish (kurang), yakni apabila terdapat kekurangan atau ‘aib pada barang yang dijual (khiyar al-hukmy). Ulama malikiyah berpendapat bahwa khiyar majlis itu batal.
Ulama syafi’iyah berpendapat bahwa khiyar terbagi menjadi menjadi dua yaitu khiyar at-tasyahi dan khiyar naqishah.
Khiyar at-tasyahi yaitu khiyar yang menyebabkan pembeli memperlama transksi sesuai seleranya terhadap barang, baik didalam majlis maupun syarat.
Khiyar naqishah yaitu adanya perbedaan dalam lafaz atau adanya kesalahan dalam perbuatan atau adanya penggantian.
Adapun khiyar yang didasarkan pada syara’ menurut ulama syafi’iyah ada 16 (enam belas) dan menurut ulama hanabilah jumlah khiyar ada 8 (delapan) macam.

      C.    Pembagian Khiyar
                  1.      Khiyar Syarat
            Menurut ulama fiqih khiyar syarat yaitu:
اَنْ يَكُوْنَ ِلأَحَدِالْعَاقِدَيْنِ اَوْلِكِيْلَهُمَا اَوْ لِغَيْرِهُمَاالْحَقِّ فىِ فَسْحِ الْعَقْدِاِوْاِمْضَائِهِ خِلاَلَ مُدَّةٍ مَعْلُوْمَةٍ
Artinya’’ sesuatu keadaan yang membolehkan salah seorang yang aqad atau masing-masing yang aqad atau selain kedua belah pihak yang aqad memiliki hak atas pembatalan  atau penetapan aqad selama waktu yang ditentukan.’’
Contohnya:
            seorang pembeli berkata ‘’saya beli dari kamu barang ini, dengan catatan saya ber-khiyar (pilih-pilih) selama sehari atau tiga hari.’’ Khiyar di syariatkan antara lain untuk menghilangkan unsur kelalaian atau tipu-menipu bagi pihak yang aqad.

                  2.      Khiyar Majlis
Khiyar majlis menurut pengertian ulama’ fiqih
اَنْ يَكُوْنَ لِكُلِّ مِنَ الْعَا قِدَيْنِ حَقٌّ فَسْحُ الْعَقْدِ مَادَامَ فِى مَجْلِسٍ الْعَقْدِ لَمْ يَتَفَرَّقَاَ بِاَبْدَانِهَايُخَيِّرُاَحَدُهُمَااْلا خَرَ فَيُخْتَارُ لُزُوْمُ اْلعَقْدِ
Artinya: ‘ hak bagi semua pihak yang melakukan ajad untuk membatalkan akad selagi masih berada di tempat akad dan kedua pihak belum berpisah. Keduanya saling memilih sehingga muncul kelaziman dalam akad.
Khiyar majlis di kenal dikalangan ulama syafiiyah dan hanabilah.
Dengan demikian , akad akan menjadi lazim jika kedua belah pihak telah berpisah atau memilih. Khiyar majlis hanya ada pada akad yang sifatnya pertukaran, seperti jual beli, upah-mengupah dan lain-lain.
            3.      Khiyar ‘Aib
Menurut ulama fiqih arti khiyar ‘aib(cacat) yaitu:

اَنْ يَكُوْنَ ِلأَحَدِالْعَاقِدَيِنِ الْحَقَّ فِى فَسْخِ الْعَقْدِاَوْاِمْضَاءِهِ اِذَا وُجِدَ عَيْبٌ فِى اَحَدِ الْبَدْ لَيْنِ وَلَمْ يَكُنْ صَا حِبُهُ عَالِمًابِهِ وَقْتَ الْعَقْدِ
 artinya: keadaan yang membolehkan salah seorang yang akad memiliki hak untuk membatalkan akad atau menjadikannya.
Penyebab khiyar aib adalah adanya cacat pada barang yang dijual belikan (ma’qul alaih) atau harga (tsaman), karena kurang nilainya atau tidak sesuai dengan maksud, atau orang yang dalam akad tidak meneliti kecacatannya ketika akad. khiyar aib disyaratkan dalam islam, yang didasarkan pada hadits, salah satunya ialah:
اَلْمُسْلِمُ اَخُواْلمُسْلِمِ لَايَحِلُّ لِمُسْلِمٍ بَاعَ مِنْ اَخِيْهِ بَيْعًا وَفِيْهِ عَيْبٌ اِلَّابَيّنَةٌ لَهُ.
 (رواه بن ماجه عن عقبة بن عار)

Artinya: “seorang muslim adalah saudara muslim yang lain. Tidaklah halal bagi seorang muslim untuk menjual barang bagi saudaranya yang mengandung kecacatan, kecuali jika menjelaskanya terlebih dahulu.

      4.      Khiyar Ru’yah
Khiyar ru’yah ialah hak pembeli untuk membatalkan atau tetap melangsungkan akad ketika dia melihat obyek akad dengan syarat dia belum melihatnya ketika berlangsung akad atau sebelumnya dia pernah melihatnya dalam batas waktu yang memungkinkan telah terjadi perubahan atasanya.
Konsep khiyar ini disampaikan oleh fuqoha hanafiyah, malikiyah, hanabilah dan dhahiriyah dalam kasus jual beli benda yang ghaib (tidak ada ditempat) atau benda yang belum pernah diperiksa. Sedangkan menurut imam syafi’i khiyar ru’yah ini tidak sah dalam proses jual beli karena menurutnya jual beli terhadap barang yang ghaib (tidak ada ditempat) sejak semula dianggap tidak sah. Adapun landasan hukum mengenai khiyar ru’yah sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits:
من اشترى شيئا لم يراه فهو بالخيار اذاراه (رواهالدارقطنى عن أبي هريرة)
            “barang siapa yang membeli sesuatu yang belum pernah dilihatnya, maka baginya hak khiyar ketika melihatnya.” (hr ad-daruqutni dari abu hurairah).

       5.         Khiyar Naqd (Pembayaran)
Khiyar naqd tersebut terjadi apabila dua pihak melakukan jual beli dengan ketentuan jika pihak pembeli tidak melunasi pembayaran, atau pihak penjual tidak menyerahkan barang dalam batas waktu tertentu. Maka pihak yang dirugikan mempunyai hak untuk membatalkan atau tetap melangsungkan akad.

Tata Cara Khiyar
                  1.      Cara Menggunakan Khiyar
      Dimaklumi bahwa akad atau jual beli yang di dalam nya terdapat khiyar adalah akad yang tidak lazim.dengan demikian,akad tersebut akan menjadi lazim jika khiyar tersebut gugur.

Cara menggugur kan khiyar ada tiga:
                  a.       .penggguran jelas (sharih)
      Pengguguran sharih adalah pengguguran oleh orang yang berhiyar ,seperti menyatakan, “dengan demikian akad menjadi lazim (shahih).sebalik nya ,akad gugur dengan pernyataan ,”saya batal kana tau saya gugur kan akad ini.
                  b.       pengguran dengan dilalah
      Penguguran degan dialah adalah tasharruf (beraktivitas dengan barang tersebut). Dari pelaku khiyar yang menunjukkan bahwa jual beli tersebut jadi di lakukan, seperti pembeli menghibahkan barang tersebut kepada orang lain, sebaliknya, [ebeli mengembalikan kepemilikan kepada penjual. Pembeli menyerahkan kembali barang kepada penjual bahwa ia membatalkan jual beli atau akad.




                  c.        pengguguran khiyar dengan kemadaraatan.
      Penggugaran khiyar dengan adanya kemdaratan terdapat dalam beberapa keadaan, antara lain berikut ini.
                  1.      Habis waktu
Khiyar menjadi gugur setelah habis waktu yang telah ditetapkabn walupun tidak ada pembatalan dari yang khiyar. Dengan demikian, akad menjadi lazim. Ha itu sesuai dengan pendapat ulama’ syafiiyah dan hanabilah. Menurut ulama malikiyah, akad idak laxim dengan berkahirnya waktu , tetapi harus ada penetapan berakhirnya waktu, tetapi harus ada penetapan atau pembatalan dari yang berkhiyar sebab khiyar merupakan hak bukan kewajiban.
Contohnya, janji seorang tuan terhadap budak (al-mukattab) untuk dimerdekakan pada waktu tertentu. Budak tersebut tidak menjadi merdeka karena habis nya waktu.

                  2.      Kematian orang yang meberi syarat.
Menurut ulama’ hanafiyah, khiyar syarat tidak dapat diwariskan, tetapi gugur dengan meninggalnya orang yang memberikan syarat.
Ulama hanabilah berpendapat bahwa, khiyar menjadi batal dengan meninggalnya orang yang member syarat, kecuali jika ia memang mengamanatkan untuk membatalkannya, dalam hal ini khiyar menjadi ahli waris.
Ulama syafiiyah dan malikiyah berpendapat bahwa khiyar menjadi gaknya ahli waris. Dengan demikian, tidak gugur dengan meninggalnya orang yang meninggalkan syarat,

                  3.      Adanya hal-hal yang semakna dengan mati.
   Khiyar gugur dengan adanya perkara-perkara yang semakna dengan mati, seperti gila, mabuk, dan lain-lain. Dengan demikian, jika akal seseorang hilang karena gila, mabuk, tidur, atau hal lainya, akad menjadi lazim.
                  4.      Barang rusak ketika masih khiyar
   Jika barang masuk ditangan penjual batallah jual beli dan khiyarpun gugur.
   Jika barang sudah ada ditangan pembeli jual beli batal jika khiyar berasal dari penjual, tetapi pembeli harus mengantinya.
   Jika barang sudah ada ditangan pembeli dan khiyar berasal dari pembeli jual beli menjadi lazim dan khiyar menjadi gugur.
   Ulama syafiiyah seperti halnya ulama hanafiyah berpendapat bahwa: jika barang rusak denga sendirinya, khiyar gugur dan jual belipun menjadi batal.

                  5.      Adanya cacat pad barang.
   Jika khiyar berasal dari penjual, dan cacat terjadi dengan sendirinya khiyar gugur dan jual-belipun batal.
   Jika khiyar berasal dari pembeli dan ada cacat, khiyar gugur, tetapi jual beli tidak gugur, seba barang berada pada tanggung jawab pada pembeli.

                  2.      Hukum Akad Pada Khiyar.
   Ulama hanafiyah berpendapat bahwa tidak terjadi akad pad jual beli yang mengandung khiyar, tetapi ditanggung sampai gugurnya khiyar.
   Ulama malikiyah dalam riwayat ahmad, barang yang ada pada masa khiyar masih milik penjual, sampai gugurnya khiyar, sedangkan pembeli belum memiliki hak sempurna terhadap barang.
   Ulama syafiiyah berpendapat, jika khiyar syarat berasal dari pembeli, barang menjadi milik pembeli. Sebalik nya, jika khiyar berasal dari penjual, barang menjadi hak penjual. Jika khiyar syarat berasal dari penjual atau pembeli, ditunggu sampai jelas (sampai gugurnya khiyar).
   Ulama hanabilah berpendapat bahwa, dari siapapun khiyar berasal, barang tersebut menjadi milik pembeli. Jual beli dengan khiyar, sama seperti jual beli lainnya, yakni menjadikan pembeli sebagai pemilik barang yang tadinya milik penjual.

      3.      Cara Membatalkan Atau Menjadikan Akad.
      Membatalkan atau menjadikan akad dapat terjadi dengan adanya kemadaratan dengan adanya maksud (niat) dan khiyar (pilihan).
      Dengan kata lain, pembatalan, menurut ulama hanafiyah, cukup dengan lisan apabila pembatalan dengan  lisan tersebut diketahui oleh pemilik barang, baik pemilik barang (penjual) ridha ataupun tidak. Sebaliknya, jika pembatalan tersebut tidak diketahui oleh penjual, baik khiyarnya berasal dari penjual atau pembeli, pembatalan di tangguhkan sampai diketahui penjual. Apabila habis waktu khiyar dan penjual tidak mengetahuinya akad menjadi lazim.
      Ulama malikiyah, syafiiyah, dan hanabilah berpendapat bahwa apabila khiyar berasal dari pembeli, pembatalan akad menjadi sah walaupun tidak diketahui oleh penjual. Hal ini kerena adanya khiyar menunjukkan bahwa penjual rela aabila pembeli membatalkan kapan saja pembeli mengiginkanya.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
      Dalam islam pada hakikatnya rasulullah saw. Diutus ke atas muka bumi adalah sebagai uswat al-hasanat dan rahmat lil-alamin. Semua sunnah rasulullah saw menjadi panduan utama setelah alquran bagi berbagai aspek kehidupan manusia terutama aspek pendidikan. Dan salah satu yang dapat terlihat pada diri rasulillah saw adalah ketika berhijrah ke madinah, dan salah satu da’wah rasulullah saw. Adalah di pasar. Yang mana pasar itu ditempati para penjual dan pembeli. Maka dari ada nya penjual dan pembeli di pasar tersebut, maka terjadilah transaksi jual beli yang melibatkan istilah pilihan terhadap barang yang akan di perjual belikan.
      Dalam islam istilah pilihan biasa di sebut khiyar. Yang mana khiyar ini merupakan salah satu hak yang harus dimiliki antara penjual dan pembeli. Dengan demikian proses jual beli akan berlangsung dengan perasaan aman dan nyaman.
      Maka dari itu, rasulullah saw. Mencontohkan kepada setiap manusia yang di muka bumi pada masa-masanya untuk selalu berjalan sesuai syariat yang telah di tentukan aleh allah swt.
















DAFTAR PUSTAKA

Abd. Rahman.dkk..fuqh muamalah,(jakarta: kencana, 2010).
Http://stitattaqwa.blogspot.com/2012/06/fiqh-muamalah-khiyar.html
Ibnu rusdy, tarjemah bidayatul al-mujtahid, (semarang : as-syifa, 1990) juz iii
Prof.dr. H. Rahmat syafei,2000, fiqih muamalah, bandung, pustaka setia bandung
Qosim al-ghozali, 1991, fat-thul qorib, surabaya, al-hidayah terj. Acmad sunarto



ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق