الجمعة، يونيو 9

MAKALAH TENTANG PEMERINTAHAN KERAJAAN MUGHAL



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur khadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam selalu kami kami limpahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya, atas jasa beliau kita dapat merasakan akan kemajuan islam di masa sekarang ini dengan berbagai sejarah dan peradaban yang dapat menjadi  pelajaran bagi kita umat islam. Sehingga dapat memberikan inspirasi  kepada umat islam saat ini agar dapat memajukan islam saat ini. Ucapan terimakasih kami berikan kepada Fitriana Wahid, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, yang telah membimbing, mengajari dan memberi motivasi kepada kami sehingga kami mendapatkan ilmu yang akan bermanfaat dan dapat menyelesaikan makalah ini .
Kami menyusun makalah peradaban dinasti mugal di India  ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dan agar pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai islam di India. Kami berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan pembaca, namun apabila ada kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar kami dapat menjadi lebih baik lagi dan makalah ini menjadi sempurna dan semakin bermanfaat untuk pembacanya.

Bandar Lampung 18 Mei 2017

Penulis






DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Mughal 3
2.2 Pemimpin Kerajaan Mughal
A. Zahirudin Babur (1526-1530 M) 6
B. Humayun (1530-1556 M) 7
C. Akbar (1556-1605 M) 8
D. Jehangir (1605-1628 M) 9
E. Syeh Jehan (1628-1658 M) 10
F. Aurangseb (1658-1707 M) 11
2.3 Kemajuan Peradaban Islam masa Kerajaan Mughal
A. Politik dan Pemerintahan 12
B. Ekonomi dan Perdagangan 14
C. Sosial Kemasyarakatan 15
D. Pendidikan 16
E. Kesenian dan Budaya 16
F. Pemikiran dan Filsafat 17
G. Keagamaan 17
2.4 Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal 19
BAB III : PENUTUP 22
DAFTAR PUSTAKA 23    



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya perluasan wilayah dan penyebaran agama Islam ke India sudah dimulai sejak zaman khulafa al-Rasyidin yakni Abu Bakar Shiddiq, kemudian dilanjutkan, Umar bin Khatab dan juga masa Usman bin Affan. Namun rencana ini dibatalkan karena ganasnya kehidupan negeri India.
Dan masa khalifah Ali bin Abi Thalib pernah berhasil menaklukkan India, Namun setelah itu terhenti karena terbunuhnya utusan beliau yang bernama al-Harits bin Murah al-Abdi pada tahun 42 H di suatu daerah di al-Daidan yang terletak antara Sind dan Khurasan, sehingga hal tersebut menggagalkan usaha perluasan wilayah umat Islam.
Dan keberhasilan untuk memasuki kawasan India diraih oleh Muhammad bin Qasim pada masa pemerintahan Al-Walid pada tahun 711-713 M. Dia berhasil menerobos daerah-daerah Sind dan kawasan Punjab bagian bawah. Sejak saat itu satu persatu daerah di dekat Sind jatuh ke tangan Islam, dan Multan dijadikan sebagai ibukota Islam pertama di India. Dan pada tahun 1020 M, Mahmud Al-Ghaznawi berhasil menaklukkan hampir semua kerajaan Hindu di wilayah India sekaligus mengislamkan sebagian besar masyarakatnya.
Disa’at kondisi kekuasaan Islam di India mengalami kemunduran dan menunjukkan hal yang sangat rumit. Ibrahim Lodi (1517-1526 M), pewaris kesultanan budak yang terakhir di Delhi (India), mengalami berbagai kesulitan menegakkan kembali kewibawaan politiknya. Dan hal ini menjadi peluang bagi Zahirudin Babur (1526-1530 M) untuk menjadi penguasa di India melalui tawaran dari Alam Khan yang merupakan paman Ibrahim Lodi sendiri untuk menghancurkan Lodi. Sehingga Babur berhasil menaklukkannya dan mendirikan kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibukotanya pada tanggal 21 April 1526.

1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana awal berdirinya kerajaan Mughal India?
b. Bagaimana fase-fase pemerintahan kerajaan Mughal India?
c. Apa saja peradaban pada masa kerajaan Mughal?
d. Apa penyebab kemunduran dan runtuhnya kerajaan Mughal India?

























BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Mughal
Penyebaran agama Islam ke India sebenarnya telah dirintis sejak zaman khulafa al-Rasyidin yang pertama yakni Abu Bakar Shiddiq. Beliau pernah mengirim surat kepada panglima perang yang bernama Khalid bin Walid, setelah perang Yamamah berakhir  pada tahun 12 H (633 M). Pada masa khalifah Umar bin Khatab dan juga masa Usman bin Affan, juga dilakukan usaha untuk menaklukkan India. Namun rencana ini dibatalkan karena ganasnya kehidupan negeri India yang sangat minim air, buah-buahannya jelek, dan banyak pencuri.
Kemudian ketika masa khalifah Ali bin Abi Thalib diutuslah pasukan dibawah pimpinan al-Harits bin Murah al-Abdi untuk menyerbu India, dan berhasil menaklukkannya. Namun setelah itu ia terbunuh pada tahun 42 H di suatu daerah di al-Daidan yang terletak antara Sind dan Khurasan.
Selanjutnya, pada masa pemerintahan bani Umayyah usaha perluasan wilayah kearah India tetap dilanjutkan. Al-Mulhab bin Abi Syufrah berusaha menaklukkan Al-Maltan namun gagal. Kemudian dilanjutkan oleh Abdullah al-Abdi dan juga menemui kegagalan.
Dan keberhasilan untuk memasuki kawasan India diraih oleh Muhammad bin Qasim pada masa pemerintahan Al-Walid. Dia berhasil menerobos daerah-daerah Sind dan kawasan Punjab bagian bawah. Sejak saat itu satu persatu daerah di dekat Sind jatuh ke tangan Islam, dan Multan dijadikan sebagai ibukota Islam pertama di India.
Keberhasilan Muhammad bin Qasim tidak terlepas dari usaha para pejuang Islam mulai dari masa khalifah Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib yang berjuang untuk menaklukkan India, meski ini berbuah kegagalan. Akan tetapi, setidaknya usaha tersebut telah menjadi motivasi agar berhati-hati dalam melakukan perjuangan untuk menaklukkan India, karena kawasan ini telah diketahui sangat liar, minim air, dan banyak pencuri yang nantinya akan menyulitkan para pejuang Islam untuk menaklukan daerah tersebut.
Keberhasilan Muhammad bin Qasim dalam menerobos masuk daerah Sind dikarenakan dukungan dari orang-orang budha di kawasan tersebut yang ingin merebut kembali hak-hak mereka untuk beribadat di candi-candi milik mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Firdaus dan Desmaniar “…yang mana negeri Sind ini berada di bawah pemerintahan Brahmana. Agama rakyatnya pada waktu itu Budha, dan orang-orang Budha berada di bawah pemerintahan Brahmana. Kemudian mereka minta tolong kepada Muhammad bin Qasim untuk mengembalikan hak-hak mereka untuk beribadat di candi-candi mereka seperti dahulu”.
Dan peristiwa penaklukan Sind tersebut terjadi pada tahun 711-713. Kemudian, usaha penaklukan daerah India yang paling menentukan dilakukan oleh dinasti Ghaznawi yang dipimpin oleh Mahmud Al-Ghaznawi. Pada tahun 1020  M, ia berhasil menaklukkan hampir semua kerajaan Hindu di wilayah India sekaligus mengislamkan sebagian besar masyarakatnya. Ia beserta kaum muslimin berhasil memasuki India melalui jalan-jalan darat dari Afghanistan Utara dan Timur, hingga akhirnya mencapai India. Kemudian mereka mendirikan istana di Punjab, dan berhasil menundukkan Lahore (ibukota Punjab) pada tahun 1030 dan menghancurkan wilayah utara India. Setelah dinasti Ghaznawi hancur, muncullah dinasti-dinasti kecil seperti Mamluk (1206-1290 M), Khalji (1296-1316 M), dinasti Tughluq (1320-1412 M) dan dinasti lainnya.
Setelah periode Khalji dan Tughluq, kemudian dilanjutkan oleh keluarga Sayyid (1414-1451 M) dan keluarga Lodi (1451-1512 M). Kondisi kekuasaan Islam di India mengalami kemunduran dan menunjukkan hal yang sangat rumit. Ibrahim Lodi (1517-1526 M), pewaris kesultanan budak yang terakhir di Delhi India, mengalami berbagai kesulitan menegakkan kembali kewibawaan politiknya.
Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibukotanya, didirikan oleh Zahirudin Babur, salah satu dari cucu Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekad untuk menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Pada mulanya ia mengalami kekalahan tetapi karena dibantu oleh raja Syafawi, Ismail I akhirnya ia berhasil menaklukkan Samarkand tahun 1494 M. dan pada tahun 1504 M ia berhasil menduduki Kabul dengan ibukota Afghanistan.
Kemudian, Alam Khan yang merupakan paman Ibrahim Lodi bersama-sama Daulat Khan yang merupakan Gubernur Lahore mengirim utusan ke Kabul guna meminta bantuan Zahirudin Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim Lodi di Delhi. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil menguasai Punjab dengan ibukotanya Lahore dan setelah itu ia menuju Delhi. Dan pada tanggal 21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang sangat dahsyat di Panipat. Ibrahim Lodi beserta pasukannya terbunuh. Dan Zahirudin Babur menegakkan pemerintahannya di sana, dengan demikian berdirilah kerajaan Mughal di India.
Dengan demikian, yang melatar belakangi berdirinya kerajaan ada dua faktor yakni :
a. Faktor extern yaitu kegagalan Ibrahim Lodi yang merupakan penguasa Delhi di India mengakibatkan Alam Khan yang merupakan pamannya sendiri mencoba menggulingkan Lodi dengan meminta bantuan Zahirudin Babur yang merupakan penguasa Ferghana, Samarkand dan Kabul (ibukota Afghanistan) waktu itu. Sehingga hal ini dimanfaatkan oleh Zahirudin Babur sebagai langkah awal untuk menguasai India.
b. Faktor intern yaitu dengan adanya sikap ambisi yang tinggi dalam diri Zahirudin Babur untuk menguasai Samarkand yang merupakan kota penting di Asia Tengah pada masa itu, sehingga tawaran dari Alam Khan untuk menggulingkan Ibrahim Lodi dengan mudah ia setujui. Artinya, dengan adanya sikap ambisius dalam diri Babur yang ingin menjadi penguasa, maka tawaran Alam Khan mengalihkan ambisinya yang semula ingin menguasai Samarkand menjadi penguasai di daerah India yang pada akhirnya ia bisa mendirikan kerajaan Mughal di daerah tersebut.

2.2 Pemimpin Kerajaan Mughal
A. Zahirudin Babur (1526-1530 M)
Babur lahir pada hari jum’at tanggal 24 Februari 1483 M, ayahandanya bernama Syekh Umar Mirza yang menjadi amir di negeri Ferghana di kawasan Asia Tengah. Babur merupakan keturunan dari Miransyah putra ke-3 dari Timur Lenk yang merupakan keturunan dari Hulagu Khan. Sedangkan ibunya dari keturunan Jekutai yang merupakan anak ke-2 dari Jengis Khan.
Dengan demikian Zahirudin Babur merupakan cucu dari Timur Lenk dari pihak keluarga bapaknya, dan juga dari pihak keluarga ibunya ia merupakan cucu dari Jengis Khan. Hal ini dapat diperkuat dengan perkataan Amir K. Ali, “ia (Zahirudin Babur) adalah cucu Timur Lenk, ibunya keturunan Jengis Khan…”.
Pada usia 12 tahun, Babur kehilangan ayahnya dan menggantikan ayahnya sebagai penguasa Ferghana. Dengan usianya yang muda ia memperlihatkan keberaniannya. Ia telah dilatih sejak kecil menjadi pejuang dan penguasa besar. Dengan keberaniannya inilah ia diberi gelar dengan nama kecilnya Babur artinya si macan. Waktu kecilnya dihabiskan dalam peperangan sementara anak-anak seusianya bersekolah. Cita-cita yang tinggi mendorongnya untuk maju dan menjadikannya sebagai orang besar yang telah berhasil mendirikan kerjaan Mughal di India.
Sikap ambisi dan keberaniannya yang tertanam sejak kecil itulah yang membuat ia bisa mendirikan kerajaan yang besar seperti kerajaan Mughal di India. Sehingga ini merupakan salah satu faktor yang melatarbelakangi berdirinya kerajaan Mughal terebut.
Pada awal pemerintahan Babur, raja-raja Hindu Rajputh (seperti Rana Sanga) di seluruh India bangkit kembali mencoba melepaskan diri dari kekuasaan Islam. Mereka memberontak antara tahun 1526 dan 1527 M. namun, pasukan ini dapat dikalahkan oleh Babur. Kemudian di Afghanistan masih ada golongan yang setia kepada keluarga Lodi. Mereka mengangkat adik kandung Ibrahim Lodi yakni Mahmud Lodi menjadi Sultan. Akan tetapi Sultan Mahmud Lodi mudah dikalahkan Babur dalam pertempuran yang terjadi dekat Gogra tahun 1529.
Dengan demikian, masa pemerintahan Babur ditandai oleh dua persoalan besar, yakni bangkitnya kerajaan-kerajaan Hindu yang ingin membebaskan diri dari kekuasaan Islam dan munculnya penguasa muslim yang setia kepada Ibrahim Lodi dan tidak mengakui pemerintahan Babur di Afghanistan. Sehingga hal ini menyebabkan terjadinya perang saudara sesama muslim pada tahun 1529 antara Babur dengan Mahmud Lodi di dekat Gogra.
Kemudian pada tahun 1530 M Babur meninggal dunia dalam usia 48 tahun setelah memerintah selama 30 tahun dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang cemerlang. Dan mewariskan wilayah kekuasaan yang begitu luas dan karir politik yang sangat cemerlang. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayun.

B. Humayun (1530-1556 M)
Humayun merupakan putra sulung Babur. Dimasa pemerintahannya banyak mengalami tantangan. Sepanjang masa kekuasaannya selama Sembilan tahun (1530-1539 M) Negara tidak pernah aman. Ia seringkali berperang melawan musuh.
Diantara tantangan yang muncul adalah pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi, dan hal ini dapat dipadamkan. Bahadur Syah melarikan diri dan Gujarat dapat dikuasai. Dan pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj. Dalam pertempuran ini, Humayun mengalami kekalahan dan terpaksa melarikan diri ke Kandahar dan selanjutnya ke Persia. Dan di Persia ia menyusun kembali tentaranya dan menyerang musuh-musuhnya dengan bantuan raja Persia Tahmasp. Humayun dapat mengalahkan Sher Khan Shah setelah hampir 15 tahun berkelana meninggalkan Delhi.
Setelah itu ia kembali ke India dan menyerbu Delhi yang saat itu diperintah Sirkandar Sur. Dan akhirnya ia berhasil menduduki kembali tahta kerajaan Mughal pada tahun 1555 M. Kemudian tahun 1556 M ia meninggal dunia karena jatuh dari tangga perpustakaannya, “din panah”, dan digantikan oleh anaknya Jalaludin Muhammad Akbar.

C. Akbar (1556-1605 M)
Pada saat menggantikan ayahnya (Humayun), Akbar berusia 14 tahun. Karena usianya yang masih muda maka urusan kerajaan diserahkan kepada Bairam Khan, seorang Syi’i. pada masa Akbar inilah kerajaan Mughal mencapai masa keemasannya.
Di awal masa pemerintahannya Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Dan pasukan ini berusaha memasuki kota Delhi dan berhadapan dengan Bairam Khan sehingga terjadilah peperangan yang dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan dan ia ditangkap kemudian dieksekusi. Dengan demikian Agra dan Gwalior dapat dikuasai.
Setelah Akbar dewasa, ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat besar dan terlampau memaksakan kepentingan aliran syi’ah. Dan Bairam memberontak pada tahun 1561 M dan berhasil dikalahkan oleh Akbar. Setelah persoalan dalam negeri berhasil diatasi maka Akbar berusaha melakukan usaha ekspansi dan berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Dan wilayah yang sangat luas tersebut diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.
Pada masa kepemimpinan Akbar, ia menerapkan politik sulakhul (toleransi universal). Dengan politik ini semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Lebih tegasnya sebagaimana yang diungkapkan Firdaus dan Desmaniar “…rakyatnya (rakyat Akbar) dari berbagai agama tidak dipandang orang lain, dan dirinya ia jadikan sebagai orang Hindustan sejati…”
Politik sulakhul ini terlalu bebas dan radikal, karena dengan adanya politik ini secara tidak langsung membuka peluang bagi agama lain terutama agama Hindu yang dianut oleh masyarakat India menyusupkan ajarnnya ke dalam ajaran agama Islam dan tentunya akan membuat ajaran Islam tidak murni lagi. Dan yang paling parah lagi Akbar juga menciptakan aliran baru yang disebut “din illahi” (agama ketuhanan) yang berdampak buruk bagi ajaran agama Islam.
Din Illahi ini memiliki ajaran bahwa Ali memiliki reingkarnasi dan memiliki empat tangan. Dan tentu ini tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Kehadiran din illahi juga telah mengajarkan masyarakat Islam untuk mengikuti cara-cara Kristen yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Ajaran ini menghalalkan makan daging babi, minuman keras, kawin antar agama dan lainnya.
Pada tahun 1605 M Akbar wafat karena sakit parah kemajuan yang dicapai oleh Akbar masih dapat dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syeh Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M). Tiga sultan penerus Akbar ini memang terhitung sebagai raja-raja yang besar dan kuat. Ketiganya merupakan sultan-sultan Mughal yang didukung dengan berbagai kecakapan dan kekuatan militer.

D. Jehangir (1605-1628 M)
Periode Jehangir (1605-1628 M) adalah masa-masa stabil. Ia memerintah didasarkan pada pandaangan yang pragmatis dalam melihat sebuah fungsi kepemimpinan. Menurutnya kedaulatan raja adalah pemberian Tuhan. Dengan demikian, tidak begitu penting menjalankan hukum Tuhan (syariah). Yang diperlukan adalah bagaimana memelihara kelestarian kehidupan duniawi ini, dan Tuhan memilih seorang pemimpin itu.
Ia menerapkan hukum islam hanya sebatas pada lembaga pengadilan saja seperti pada masa ayahnya, Akbar. Dalam kasus umum, hukum islam hanya berlaku bagi umat islam, sedangkan hukum kriminal berlaku bagi seluruhnya. Jahangir adalah sultan yang toleran dan sekuler serta punya kebijakan-kebijakan politik yang liberal, seperti yang di teladani dari ayahnya.

E. Syeh Jehan (1628-1658 M)
Pada periode ini kondisi Negara benar-benar stabil dan mengalami puncak keemasan yang luar biasa diantara kesultanan mughal, kecuali pada pemerintahan Akbar dan setalah syekh Jehan, Aurangseb. Pada periode ini dikembangkan kembali penaklukkan wilayah sampai pada batas-batas India seperti Kandahar, Balkh, Badakhsan dan Samarkhand. Kesan-kesan keberhasilannya diwarnai dengan suksesnya menata politik kenegaraannya.
Faktor-faktor yang mendorong puncak kemajuannya adalah sebagai berikut:
· Syeh Jehan adalah seorang terpelajar, ia memiliki bakat kepemimpinan dan memiliki jiwa intelektual dan seni.
· Kondisi sosial politik sangat stabil, mewakili kondisi yang sebelumnya.
· Memberikan penghargaan yang luar biasa kepada para ilmuwan dan ahli seni dan bangunan.
Pada periode Syeh Jehan terutama pada akhir kekuasaannya ada dua kebijakan yang secara keseluruhan dimainkan oleh kedua putranya, Darsyikuh dan Aurangseb, Darsyikuh lebih berpikiran universal yakni lebih banyak menggunakan hukum-hukum hindu sedangkan Aurangseb lebih menekankan tradisi keislaman. Dan pada akhirnya Darsyikuh dibunuh oleh Aurangseb dan ayahnya, sedangkan Syeh Jehan dipenjarakan. Ia mewarisi kesultanan pada tahun 1658 M.

F. Aurangseb (1658-1707 M)
Sepanjang masa pemerintahannya antara tahun 1658-1707 M, politik dan agama. Dalam penaklukan wilayah-wilayah baru keberhasilannya sangat luar biasa. Dibandingkan sultan akbar yang menguasai wilayah baru sebanyak 15 daerah, Aurangzeb bisa mencapai 21 daerah baru: 14 daerah di india utara dan 6 di daerah dekkan dan satu buiah di Afghanistan.
Ia menerapkan nilai-nilai syariah yang ketat pada pemerintahannya yang pada periode-periode sebelumnya kurang begitu diperhatikan bahkan diabaikan sama sekali. Semangat politik islamnya didasarkan pada Alquran dan Sunnah serta dukungan para ulama’ sangat kuat, tetapi dilain pihak membuat kecemburuan. Kaum muslimin menganggap ia sebagai waliullah karena pembelaanya pada nilai-nilai syariah. Hal ini menjadi dukungan spiritual politik yang luar biasa. Sebaliknya, orang yang hindu fanatik menganggap iasebagai pemimpin yang zalim walaupun masih banyak pula kelompok non-muslim yang memberi dukungan karena keadilannya.
Bahadur Syah menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi perebutan antara putra-putra Bahadur Syah. Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut dan sekaligus dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang paling lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar, keponakannya sendiri. Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1713, Fahrukhsiyar keluar sebagai pemenang. Ia menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang raja meninggal terbunuh oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali. Keduanya kemudian meng¬angkat Muhammad Syah (1719-1748). Ia kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadzir Syah. Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan kekuasaan ini selain memperlemah kerajaan juga membuat pemerintahan pusat tidak terurus secara baik. akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk melepaskan loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760¬-1806) Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasa¬an Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai sultan. Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, memberikan konsesi kepada EIC untuk mengembang¬kan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus menjamin penghidupan raja dan keluarga istana. Kehadiran EIC menjadi awal masuknya pengaruh Inggris di India. Bahadur Syah (1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi perjanjian yang telah disepakati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan pihak Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal diusir dari istana pada tahun (1885 M). Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India.

2.3 Kemajuan Peradaban Islam masa Kerajaan Mughal
A. Politik dan Pemerintahan
1. Perluasan wilayah dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga masa pemerintahan Aurangzeb.
2. Akbar membentuk sistem pemerintahan militeristik. Dalam pemerintahan tersebut, pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan). Sedang wilayah distrik dipercayakan kepada Faudjar (komandan). Jembatan-jembatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran, pejabat-pejabat itu harus mengikuti latihan kemiliteran.
3. Akbar menerapkan politik toleransi universal (sulakhul). Dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Politik ini dinilai sebagai model toleransi yang pernah dipraktekkan oleh penguasa Islam. Politik ini dapat menciptakan kerukunan masyarakat India yang sangat beragam.
4. Untuk undang-undang kerajaan, Sultan Akbar membuat Din Ilahi yaitu suatu pandangan dan sikap keagamaan resmi kerajaan yaitu unsur-unsur agama Islam, Hindu, Persia Kristen dan sebagainya yang harus dianut oleh setiap orang.
5. Pada Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan geografis bagi kekuatan imperiumnya yang dijalankan oleh elit militer dan politik yang pada umumnya terdiri dari pembesar-pembesar Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli India. Peran penguasa di samping sebagai seorang panglima tentara juga sebagai pemimpin jihad.
6. Para pejabat dipindahkan dari sebuah jagir kepada jagir lainnya untuk menghindarkan mereka mencapai interes yang besar dalam sebuah wilayah tertentu. Jagir adalah sebidang tanah yang diperuntukkan bagi pejabat yang sedang berkuasa. Dengan demikian tanah yang diperuntukkan tersebut jarang sekali menjadi hak milik pejabat, kecuali hanya hak pakai.
7. Wilayah imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi dan distrik yang dikelola oleh seorang yang dipimpin oleh pejabat pemerintahan pusat untuk mengamankan pengumpulan pajak dan untuk mencegah penyalahgunaan oleh kaum petani.
8. Pada masa pemerintahan Aurangzeb telah terdapat jalinan kerjasama dengan negara-negara Islam diluar India. Sejumlah penguasa Islam telah mengirim duta atau perwakilan negara mereka ke Delhi, misalnya Syarif Makkah, raja-raja Persia, Balkh, Bukhara dan Kasgar; para gubernur Turki Basrah, Yaman dan Hadmarut, para pemimpin negeri Maghiribi dan Raja Arbesinia.

A. Ekonomi dan Perdagangan
Pemerintahan Mughal di India juga memajukan bidang ekonomi, di mana saat itu kerajaan Mughal berhasil mengembangkan program pertanian serta program yang lainya, sehingga sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian. Dari hasil pertanian ini yang kemudian menjadi komoditi ekspor Mughal ke berbagai kawasan seperti, Eropa, Afrika, Arabia dan Asia Tenggara. Ensiklopedi Islam menyebutkan bahwa, sejumlah komoditas andalan tersebut di antaranya adalah kain, rempah-rempah, opium, gula, garam, wol dan parfum.
Sementara itu dalam dunia intelektual, ada kemajuan yang dialami oleh pemerintahan dinasti Mughal di India. Studi-studi di bidang yang di anggap keilmuan “non agama“ seperti logika, filsafat, geometri,geografi, sejarah, politik, dan matematika di galakkan. Semangat itu juga di tunjang dengan di bangunnya berbagai sarana-sarana pendidikan. Pada zaman pemerintahan Mughal dipimpin oleh Syah Jahan dan Aurangzeb, mereka membangun sekolah-sekolah tinggi, di samping juga pusat pengajaran di Lueknow. Kualitas pendidikan madrasah yang muncul pada periode-periode selanjutnya yaitu Madrasah Deoband. Ini membuktikan bahwa dunia intelektual pemerintahan Mughal di india cukup eksis.
1. Terbentuknya sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.
2. Adanya sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian dan melindungi petani. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang dinamakan muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang dimilikinya dapat diwariskan, bertanggungjawab kepada atasannya untuk menyetorkan penghasilan dan menghindarkan tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak pemilikan atas tanah dan hak mewariskannya, tetapi mereka juga terikat terhadapnya..
3. Sistem pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa propinsi utama pada imperium ini. Perpajakan dikelola sesuai dengan system zabt. Sejumlah pembayaran tertentu dibebankan pada tiap unit tanah dan harus dibayar secara tunai. Besarnya beban tersebut didasarkan pada nilai rata-rata hasil pertanian dalam sepuluh tahun terakhir. Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan kepada jagirdar, tetapi para pejabat lokal yang mewakili pemerintahan pusat mempunyai peran penting dalam pengumpulan pajak. Di tingkat subdistrik administrasi lokal dipercayakan kepada seorang qanungo, yang menjaga jumlah pajak lokal dan yang melakukan pengawasan terhadap agen-agen jagirdar, dan seorang chaudhuri, yang mengumpulkan dana (uang pajak) dari zamindar.
4. Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang. Pada masa Akbar konsesi perdagangan diberikan kepada The British East India Company (EIC) Perusahaan Inggris- India Timur untuk menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun 1600. Mereka mengekspor katun dan busa sutera India, bahan baku sutera, sendawa, nila dan rempah dan mengimpor perak dan jenis logam lainnya dalam jumlah yang besar.

B. Sosial Kemasyarakatan
Selama dinasti Mughal berkuasa, orang muslim berada pada puncak hirarki sosial, mereka berada di atas orang-orang non-muslim. Kedudukan sosial yang tinggi seperti ini sangat berperan dalam menentukan atas segenap tata cara peribadatan dan kegiatan yang paling sederhana sekalipun.
Namun, menjelang berakhirnya periode kerajaan Mughal karena sudah mulai terjadi perebutan kekuasaan dan perang saudara, maka peran sosial tersebut telah berakhir, dan identitas umat Islam sudah mulai terancam.

C. Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, Akbar membangun bangunan khusus untuk tempat pengajian ilmu, dia juga berusaha menarik simpati para ulama dengan menghibahkan sejumlah madrasah dan perpustakaan.

D. Kesenian dan Budaya
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa persia maupun yang berbahasa India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya besar patmafat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia.[6] Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa akbar dibangun istana Fapkur Sikri di Sikri, vila dan masjid-masjid yang indah.[7] Pada masa Syah Jehan dibangun masjid yang berlapiskan mutiara dan Tajmahal di Agra, mejid raya Delhi dan istana indah dilghare.
Dalam bidang karya seni dan budya yang sudah dihsilkan kerajaan Mughal antara lain :
1. Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis Akhbar Nameh dan Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya.
2. Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan puncak karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405).
3. Taman-taman kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan lokal.

E. Pemikiran dan Filsafat
Pada kerajaan Mughal bidang pemikiran dan filsafat tidak berkembang karena filsafat dianggap bid’ah. Hal ini sangat berbeda dengan masa klasik, umat Islam tidak hanya maju dalam bidang politik, peradaban, dan kebudayaan, namun umat Islam waktu itu juga maju dalam segi ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat.

F. Keagamaan
1. Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru. Pada prakteknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di India. Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan symbol-symbol agama yang di kedepankan.
2. Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta rendah yang merasa disiasiakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam India yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal.
3. Berkembangnya aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India adalah penganut Sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi'ah untuk mengembangkan pengaruhnya.
4. Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap mazhab hukum, thariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi'iah.
5. Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam atau upaya kodifikasi hukum Islam yang dinamakan fattawa alamgiri. Kodifikasi ditujukan untuk meluruskan dan menjaga syari'at Islam yang nyaris kacau akibat politik Sulakhul dan Din-i- Ilahi.
Kerajaan Mughal tidak mencapai kejayaannya secara mudah. Bagaimanapun, umat Islam di masa ini termasuk golongan minoritas di tengah mayoritas Hindu. Namun Kerajaan Mughal tetap berhasil memperoleh kecemerlangan disebabkan factor-faktor sebagai berikut :
1. Kerajaan Mughal memiliki pemerintahan dan raja yang kuat. Politik toleransi dinilai dapat menetralisir perbedaan agama dan suku bangsa, baik antara Islam-Hindu, Ataupun India-non India (Persia-Turki).
2. Hingga Pemerintahan Aurangzeb, rakyat cukup puas dan sejahtera dengan pola kepemimpinan raja dan program kesejahteraannya.
3. Prajurit Mughal dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan memiliki patriotisme yang tinggi. Hal ini diwarisi dari Timur Lenk yang merupakan para petualang yang suka perang dari Persia di Asia Tengah dan cukup dominan dalam ketentaraan.
4. Sultan yang memerintah sangat mencintai ilmu dan pengetahuan. Para "Bangsawan Mughal mengemban tanggung jawab membangun masjid, jembatan, dan atas berkembangnya kegiataan ilmiah dan sastra".

2.4 Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal
Setelah satu setengah abad kerajaan Mughal berada di puncak kejayaannya. Maka pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran. Berakhirnya kejayaan kerajaan Mughal ini pada masa Aurangzeb yakni pada tahun 1707 M.
Munculnya gerakan separatis Hindu di India Tengah yakni kaum Sikh dibawah pimpinan Banda di belahan utara dan merampas kota Sadhaura serta membunuh penduduk yang beragama Islam di kota Sirhind.
Serangan dari luar India juga berlanjut. Dari Persia, Nadhir Syah dapat merebut kekuasaan, dan dapat menduduki Pasyawar dan Lahore pada tahun 1739 M dan meneruskan serangan ke ibukota sehingga Nadhir dan psukannya membunuh masyarakat Delhi dan mewajibkan kerajan Mughal untuk membayar upeti kepada Persia.
Dengan demikian, kekuasaan politiknya mulai merosot, kepemimpian di pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India Tengah, Shikh di belahan utara dan Islam bagian Timur semakin lama semakin mengancam. Sementara itu, para pedagang Inggris untuk pertama kalinya diizinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India, dengan persenjataan yang canggih semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Sepeninggal Aurangzeb, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya seperti Muazzam / Bahadur Syah (1707-1712 M), Azimusyah (1712-1713 M), Farukh Siyar (1713-1719 M), Muhammad Syah (1719-1748 M), Ahmad Syah (1748-1754 M), Alamghir (1754-1759 M), Syah Alam (1761-1806 M), Akbar II (1806-1837 M), dan Bahadur Syah II (1837-1858 M).
Pada masa pemerintahan Bahadur Syah II (1837-1858 M), perusahaan Inggris (EIC) mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat dengan ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka (baik beragama Hindu atau Islam) bangkit mengadakan pemberontakan. mereka meminta Bahadur Syah untuk diajak kerjasama guna melakukan pemberontakan untuk menjadi merebut kembali kekuasaan kerajaan Mughal dari tangan Inggris. dan terjadilah perlawanan rakyat India terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M.
 Namun perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah, karena Inggris mendapat dukungan dari beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim. Kemudian para pemberontak tersebut diusir dari kota Delhi, rumah ibadah dihancurkan, dan Bahadur II yang merupakan raja Mughal yang terakhir diusir dari istana pada tahun 1558 M.
Kerajaan Mughal yang telah berkuasa selama satu setengah abad ini runtuh dan berakhirlah sejarah kekuasaan dinasti Mughal di anak benua India. Dan tinggallah di sana umat Islam yang harus mempertahankan eksistensi mereka.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa ada dua faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran kerajaan Mughal, yaitu:
A. Faktor Intern
1. Setelah Aurangzeb wafat banyak timbulnya pemberontak-pemberontak yang ingin membebaskan diri dari kerajaan Mughal, seperti golongan Hindu, dan Sikh. Sehingga hal ini mengakibatkan goncangnya stabilitas politik dan keamanan dalam negeri.
2. Sebagai akibat dari pemberontakan-pemberontakan dalam negeri tersebut maka sudah tentu perekonomian Negara menurun dikarenakan masyarakat tidak mau lagi bekerja untuk pemerintah kerajaan. Dan tentu kan menyebabkan banyaknya kemiskinan sehingga berpengaruh terhadap pertahanan Negara.
3. Penguasa-penguasa Mughal pasca Aurangzeb berwatak lemah, kurang memperhatikan kehidupan rakyat dan mereka hanya sibuk saling merebut kekuasaan satu samalain. Dan tentu hal ini akan memudahkan pemerintahan daerah melepaskan diri dari pemerintahan pusat.
B. Faktor Ekstern
1. Dengan serangan dari bangsa Persia yang dipimpin oleh Nadhi Syah yang sempat menduduki Delhi dan akhirnya Mughal terpaksa membayar upeti kepada pihak Persia. Dan tentu ini menyebabkan kerajaan semakin mundur.
2. Hadirnya penjajah Inggris membawa langsung kehancuran kerajaan Mughal. Inggris selalu meminta upeti kepada rakyat dengan memaksa, dan ditambah lagi dengan persenjataan Inggris yang maju dari kerajaan Mughal. Karena pada waktu itu Eropa jauh lebih maju dari umat Islam yang sedang mengalami kemunduran.

BAB III
KESIMPULAN
a. Kerajaan Mughal berdiri pada periode pertengahan. Setelah masa pertengahan usai, muncul tiga kerajaan besar yang dapat membangun kembali kemajuan umat Islam. Di antara kerajaan besar tersebut adalah kerajaan Mughal. Ketiga kerajaan ini sudah dapat dikategorikan sebagai negara adikuasa pada zaman itu. Karena kebesaran kerajaan tersebut sudah mampu menguasai perekonomian, politik serta militer dan mampu mengembangkan kebudayaan yang monumental.
b. Era kemaharajaan Mughal berlangsung dari tahun 1526 M (era dinasti Babur) sampai sekitar tahun 1707 M (dinasti Awramzib). Demikian makmur dan kayanya para maha raja ini, bisa dikatakan bahwa antara abad ke-16 sampai abad ke-17, India mengontrol sekitar seperempat ekonomi global. Duta besar inggris pada tahun 1616 M, sir Tomas Sir Thomas Ru, dalam siratnya menggambarkan kekayaan raja Jahangir (1569-1627 M) begitu melimpahnya sampai-sampai ia menyebutnya sebagai “kekayaan dunia”.
c. Kemajuan peradaban Islam masa kerajaan Mughal yakni kemajuan di bidang politik dan pemerintahan, ekonomi dan perdagangan, kesenian, dan paham keagamaan.
d. Kemunduran Kerajaan Mughal ditandai dengan konflik di kalangan keluarga kerajaan, yang intinya adalah saling berebut kekuasaan. Keturunan Babur hampir semuanya memiliki watak yang keras dan ambisius, sebagaimana nenek moyang mereka yaitu Timur Lenk yang juga memiliki sifat demikian. Ketika Jehangir menggantikan Abbas I, mendapat tentangan dari saudaranya, Khusraw yang juga ingin tampil sebagai penguasa Mughal. Lalu saat Syah Jihan menggantikan Jehangir, giliran ibu tiri beliau yang menentang karena ingin anaknya yaitu Khurram, menggantikan Jehangir. Begitu pun saat Syah Jihan mulai mendekati ajalnya, anak-anak Syah Jihan di antaranya Aurangzeb, Dara siqah, Shujah, dan Murad Bakhs saling berebut kekuasaan hingga menyebabkan perang saudara yang berkepanjangan.
DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim. 2008.Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Rajawali Pers, Jakarta.
Fuadi Imam. 2012. Sejarah Peradaban Islam. Teras, Yogyakarta.
Drs. Samsul Munir Amin. 2013. Sejarah Peradapan Islam. AMZAH, Jakarta.
Firdaus dan Desmaniar. 2000. Negara Adikuasa Islam, Fase Kedua Abad XIV-XX Masehi, IAIN IB Press, Padang.
Harun Nasution. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I. UI Press, Jakarta.
K. Ali, Amir. 1996. Sejarah Islam. Srigunting, Jakarta.
M. Lapidus, Ira. 1999. Sejarah Sosial Umat Islam. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
S. Ahmed, Akbar. 1992. Citra Muslim, Tinjauan Sejarah dan Sosiologi. Erlangga, Jakarta.
Supriyadi Dedi, M.Ag. 2008. Sejarah Perdaban Islam. CV. Pustaka Setia, Bandung.
Tohir, Ajid. 2004. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق