MAKALAH
ISLAM KONTEMPORER
![]() |
Dosen : Riduan, M.Pd
Disusun Oleh :
Resi Mewasari 1611040249
Kelas : E PBI
JURUSAN PENDIDIKAN
BAHASAN INGGRIS
FAKULTAS TARBIYAH
DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 1438 H/2017 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat dan karuniaNya kepada
kita semua, terutama kepada Saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu.
Penyusunan makalah
ini banyak sekali hambatan yang telah saya alami. Namun dengan adanya dukungan
dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini seperti
Dosen dan teman-teman semua, akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Bapak Riduan, M.Pd selaku
Dosen mata kuliah yang telah membimbing kami hingga makalah ini dapat saya
selesaikan dengan tepat waktu.
Akhirnya, makalah
yang sudah saya buat, kiranya kritik dan saran dari para pembaca maupun Dosen pengampu
sangat saya perlukan agar kami dapat memperbaiki makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
Wassallamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Bandar
Lampung, Mei 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Islam Kontemporer.......................................... 3
B. Tujuan Pendidikan Islam Kontemporer................................................ 3
C. Jenis –jenis Pendidikan Islam
Kontemporer......................................... 3
D. Tantangan dalam Pendidikan Islam
Kontemporer.............................. 6
E. Problematika dalam Pendidikan Islam Kontemporer.......................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................... 10
B. Saran............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam
kehidupan manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam
rangka mempertahankan hidup dan penghidupan manusia yang mengemban tugas
dari Sang Kholiq untuk beribadah.
Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh
Allah SWT dengan suatu bentuk akal pada diri manusia yang tidak dimiliki mahluk
Allah yang lain dalam kehidupannya, bahwa untuk mengolah akal pikirnya
diperlukan suatu pola pendidikan melalui suatu proses pembelajaran.
Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003
Bab I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari pengertian tersebut bahwa pendidikan merupakan
upaya yang terorganisir memiliki makna bahwa pendidikan tersebut dilakukan oleh
usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang jelas, ada tahapannya dan ada
komitmen bersama di dalam proses pendidikan itu. Berencana mengandung arti
bahwa pendidikan itu direncanakan sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan
yang matang dan berbagai sistem pendukung yang disiapkan. Berlangsung kontinyu
artinya pendidikan itu terus menerus sepanjang hayat, selama manusia hidup
proses pendidikan itu akan tetap dibutuhkan, kecuali apabila manusia sudah
mati, tidak memerlukan lagi suatu proses pendidikan.
Untuk lebih jelasnya kami akan mengupas lebih mendalam
tentang pengertian pendidikan kontemporer,tujuan pendidikan kontemporer,
jenis-jenis pendidikan kontemporer,tantangan dalam pendidikan kontemporer, dan
problematika dalam pendidikan Islam kontemporer.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah yang
dimaksud dengan islam kontemporer?
2. Adakah
faktor yang mempegaruhi perkembangan pendidikan islam kontemporer?
3. Apa
sebenarnya tujuan dari islam kontemporer?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Islam
Kontemporer
Pendidikan
Islam adalah pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai
fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya yaitu Al-Qur’an dan As-sunah.[1]
Menurut Mohammad Hamid an- Nasyir dan Kulah Abd Al- Qadir Darwis mendefinisikan
pendidikan Islam sebagai proses pengarahan perkembangan manusia (ri’ayah) pada
sisi jasmani, akal, bahasa, tingkah laku,kehidupan social dan keagamaan yang
diharapkan pada kebaikan menuju kesempurnaan.[2]
Pendidikan Islam Kontemporer adalah kegiatan yang dilaksanakan secara terencana
dan sistematis untuk mengembangkan potensi anak didik berdasarkan pada
kaidah-kaidah agama Islam pada masa sekarang.
B.
Tujuan
Pendidikan Islam Kontemporer
Tujuan
Pendidikan Islam Kontemporer harus sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional
yang sesuai dengan UU Sisdiknas 2003 Pasal 1 ayat (2) yakni pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman.[3]
C.
Jenis –jenis
Pendidikan Islam Kontemporer
1.
Pondok
pesantren
Pondok
pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan pendidikan dan pengajaran
serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam. Istilah pondok, mungkin
berasal dari kata funduk, dari bahasa arab yang berarti rumah penginapan atau
hotel. Akan tetapi di dalam pesantren Indonesia , khusunya pulau jawa, lebih
mirip denganpemondokkan dalam lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana
yang dipetak- petak dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama santri.
Sedangkan istilah pesantren secara etimologis asalnya pe-santri-an yang berarti
tempat santri. Santri atau murid mempelajari agama dari seorang Kyai atau
Syaikh di pondok pesantren.
Jika mencari
lembaga pendidikan yang asli Indonesia dan berakar kuat dalam masyarakat,
tentu akan menempatkan pesantren di tangga teratas. Namun, ironisnya lembaga
yang dianggap merakyat ini ternyata masih menyisakan keberbagaian masalah dan
diragukan kemampuannya dalam menjawab tantangan zaman, terutama ketika
berhadapan dengan arus modernisasi. Untuk mengubah image yang agak miring ini
tentunya memerlukan proses yang panjang dan usaha tidak begitu mudah.[4]
Pada taraf
ini, pesantren berhadap-hadapan dengan dilema antara tradisi dan modernitas.
Ketika pesantren tidak mau beranjak ke modernitas, dan hanya berkutat dan
mempertahankan otentisitas tradisi pengajarannya yang khas tradisional, dengan
pengajaran yang melulu bermuatan Al-Qur’an dan Al-Hadis serta kitab-kitab
klasiknya, tanpa adanya pembaharuan metodologis, maka selama itu pula pesantren
harus siap ditinggalkan oleh masyarakat.
Pengajaran
Islam tradisional dengan muatan-muatan yang telah disebutkan di muka, tentu
saja harus lebih dikembangkan agar penguasaan materi keagamaan anak didik
(baca: santri) dapat lebih maksimal, di samping juga perlu memasukkan
materi-materi pengetahuan non-agama dalam proses pengajaran di pesantren.
Pondok
pesantren yang ideal adalah pondok pesantren yang mampu mengantisipasi adanya
pendapat yang mengatakan bahwa alumni pondok pesantren tidak berkualitas. Oleh
sebab itu, sasaran utama yang diperbaharui adalah mental, yakni mental manusia
dibangun hendaknya diganti dengan mental membangun.
2.
Sekolah
Islam Terpadu
Seperti
diketahui khalayak umum, sekolah Islam Terpadu (IT) berbasis pada keterpaduan
antara ilmu sains dan Islam. Dalam kurikulum dicantumkan Tahfizul Qur’an atau
mata pelajaran menghafal Al Qur’an serta sisipan muatan spiritual dalam mata
pelajaran umum.
Pendidikan
tahfidzul Qur’an tradisional masih diselenggarakan oleh TPA (Taman Pendidikan
Al Qur’an).Namun seiring dengan makin tersibuknya siswa siswi SD, SMP, dan SMA
membuat mereka tak lagi sempat dan mau pergi ke TPA. Sedangkan untuk menghafal
Al Qur’an secara menyeluruh dan khusus harus dilakukan di podok pesantren yang
belum mengakomodir kebutuhan mereka memperdalam ilmu sains secara bersamaan.
Sedangkan keluarga pengafal al-qur’an di Indonesia bisa dihitung
dengan jari.
Seiring
dengan berjalannya waktu dan pesatnya sekolah berbasis IT maka semakin
banyaklah penghafal Al Qur’an (belum taraf seluruhnya, hanya sebagian juz
saja). Walaupun begitu sekolah IT mampu mengembalikan budaya menghafal Al
Qur’an di tengah masyarakat Indonesia yang lebih mengutamakan dan menghargai
pendidikan akademis. Sayangnya kebanyakan siswa sekolah IT tak melanjutkan
jenjang yang lebih tinggi di sekolah yang sama, ada yang memilih sekolah negeri
karena dipandang lebih memiliki prospek ke depan. Siswa yang meninggalkan
bangku sekolah IT memiliki kesulitan dalam memelihara hafalannya karena budaya
menghafal al qur’an tidak di bawa ke rumah rumah mereka. Maka tak heran banyak
siswa lulusan IT yang menurun jumlah hafalannya padahal pernah menguasai 5 juz
lancar diluar kepala.
Terlepas
dari hal itu kita harus mengakui pentingnya sekolah IT dalam membumikan Al
Qur’an di Indonesia . Perannya sebagai lembaga sekolah formal yang diakui
pemerintah dalam hal mutu juga patut menjadi pelajaran bagi sekolah sekolah
Islam pada umumnya. Dalam menghadapi era global tentu kebutuhan akan ilmuan
yang tak hanya pandai dalam hal akademis tapi juga dalam akhlaq dan
spiritualitasnya menjadi kebutuhan yang pokok. Karena teknologi yang berkembang
sedemikian pesatnya takkan mampu mengubah peradaban manusia menjadi lebih baik
tanpa individu-individu yang memiliki keterpaduan pengetahuan sains dan Islam.
3. Madrasah
Madrasah adalah tempat pendidikan
yang memberikan pedidikan dan pengajaran yang berada di bawah naungan
Departemen Agama. Yang temasuk kedalam kategori madrasah ini adalah lembaga
ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, Mu’allimin, Mu;allimat serya diniyyah.
Madrasah tidak lain adalah kata Arab
untuk sekolah, artinya tempat belajar. Istilah madrasah ditanah Arab ditujukan
untuk semua sekolah secara umum, namun di Indonesia ditukan untuk
sekolah-sekolah Islam yang mata pelajaran utamanya adalah mata pelajaran agama
Islam. Lahirnya lembaga ini merupakan kelanjutan sistem di dunia pesantren yang
di dalamnya terdapat unsur-unsur pokok dari suatu psantren. Sedangkan pada
sistem madrasah, tidak harus ada pondok, masjid dan pengajian kitab-kitab Islam
klasik. Unsur-unsur yang diutamakan di madrasah adalah pimpinan, guru, siswa,
perangkat keras, perangkat lunak, dan pengajaran mata pelajaran Islam.
Bertitik tolak dari prinsip madrasah
ini, maka pendidikan dan pengajarannya diarahkan untuk membentuk manusia
pembangunan yang pancasilais yang sehat jasmani dan rohani, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreatifitas dan penuh
tenggang rasa, dapat menyburkan sikap demokrasi, dan dapat mengembagkan
kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai
bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang terdapat
dalam UUD 1945.
Adapun beberapa ciri dari madrasah adalah:
1.
Lembaga
pendidikan yang mempunyai tata cara yang sama dengan sekolah.
2.
Mata
pelajaran agama Islam di madrasah dijadiakan mata pelajaran pokok, di samping
diberikan mata pelajaran umum.[5]
D.
Tantangan
dalam Pendidikan Islam Kontemporer
Sistem
pendidikan Islam di Indonesia mengalami tantangan yang mendasar, untuk itu
diberlakukan upaya pembaharuan yang tanpa henti. Tantangan yang mendasar itu
antara lain:
1.
Mampukah
sistem pendidikan Islam Indonesia menjadi center of excellence bagi
perkembangan iptek yang tidak bebas nilai, yakni mengembangan iptek dengan sumber
ajaran Qur’an dan sunah.
2.
Mampukah
system pendidikan Islam Indonesia menjadi pusat pembaharuan pemikiran Islam
yang benar-benar mampu merespon tantangan zaman tanpa mengabaikan aspek
dogmatis yang wajib diikuti.
3.
Mampukah
ahli-ahli pendidikan Islam menumbuhkan kepribadian yang benar-benar beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan lengkap dengan kemammpuan bernalar-ilmiah yang tidak
mengenal batas akhir.
E.
Problematika
dalam Pendidikan Islam Kontemporer
1. Faktor
Internal
a. Relasi Kekuasaan
dan Orientasi Pendidikan Islam
Tujuan
pendidikan pada dasarnya hanya satu, yaitu memanusiakan manusia, atau
mengangkat harkat dan martabat manusia atau human dignity, yaitu menjadi
khalifah di muka bumi dengan tugas dan tanggung jawab memakmurkan kehidupan dan
memelihara lingkungan. Tujuan pendidikan yang selama ini diorientasikan memang
sangat ideal bahkan, lantaran terlalu ideal, tujuan tersebut tidak pernah
terlaksana dengan baik.
Orientasi
pendidikan, sebagaimana yang dicita-citakan secara nasional, barangkali dalam
konteks era sekarang ini menjadi tidak menentu, atau kabur kehilangan orientasi
mengingat adalah tuntutan pola kehidupan pragmatis dalam masyarakat indonesia.
Hal ini patut untuk dikritisi bahwa globalisasi bukan semata mendatangkan efek
positif, dengan kemudahan-kemudahan yang ada, akan tetapi berbagai tuntutan
kehidupan yang disebabkan olehnya menjadikan disorientasi pendidikan.
Pendidikan cenderung berpijak pada kebutuhan pragmatis, atau kebutuhan pasar
lapangan, kerja, sehingga ruh pendidikan islam sebagai pondasi budaya,
moralitas, dan social movement (gerakan sosial) menjadi hilang.
b. Pendekatan/Metode
Pembelajaran
Peran guru
atau dosen sangat besar dalam meningkatkan kualitas kompetensi siswa/mahasiswa.
Dalam mengajar, ia harus mampu membangkitkan potensi guru, memotifasi,
memberikan suntikan dan menggerakkan siswa/mahasiswa melalui pola pembelajaran
yang kreatif dan kontekstual (konteks sekarang menggunakan teknologi yang
memadai). Pola pembelajaran yang demikian akan menunjang tercapainya sekolah
yang unggul dan kualitas lulusan yang siap bersaing dalam arus perkembangan
zaman.
Siswa atau mahasiswa bukanlah
manusia yang tidak memiliki pengalaman. Sebaliknya, berjuta-juta pengalaman
yang cukup beragam ternyata ia miliki. Oleh karena itu, dikelas pun
siswa/mahasiswa harus kritis membaca kenyataan kelas, dan siap mengkritisinya.
Bertolak dari kondisi ideal tersebut, kita menyadari, hingga sekarang ini siswa
masih banyak yang senang diajar dengan metode yang konservatif, seperti ceramah,
didikte, karena lebih sederhana dan tidak ada tantangan untuk berfikir.
c. Profesionalitas dan Kualitas SDM
Salah satu masalah besar yang
dihadapi dunia pendidikan di Indonesia sejak masa Orde Baru adalah
profesionalisme guru dan tenaga pendidik yang masih belum memadai. Secara
kuantitatif, jumlah guru dan tenaga kependidikan lainnya agaknya sudah cukup
memadai, tetapi dari segi mutu dan profesionalisme masih belum memenuhi
harapan. Banyak guru dan tenaga kependidikan masih unqualified, underqualified,
dan mismatch, sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan
menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar kualitatif.
d. Biaya
Pendidikan
Faktor biaya pendidikan adalah hal
penting, dan menjadi persoalan tersendiri yang seolah-olah menjadi kabur
mengenai siapa yang bertanggung jawab atas persoalan ini. Terkait dengan amanat
konstitusi sebagaimana termaktub dalam UUD 45 hasil amandemen, serta UU
Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang
memerintahkan negara mengalokasikan dana minimal 20% dari APBN dan APBD di
masing-masing daerah, namun hingga sekarang belum terpenuhi. Bahkan, pemerintah
mengalokasikan anggaran pendidikan genap 20% hingga tahun 2009 sebagaimana yang
dirancang dalam anggaran strategis pendidikan.
2. Faktor
Eksternal
a.
Dichotomic
Masalah
besar yang dihadapi dunia pendidikan islam adalah dichotomy dalam
beberapa aspek yaitu antara Ilmu Agama dengan Ilmu Umum, antara Wahyu dengan
Akal setara antara Wahyu dengan Alam. Munculnya problem dikotomi dengan segala
perdebatannya telah berlangsung sejak lama. Boleh dibilang gejala ini mulai
tampak pada masa-masa pertengahan. Menurut Rahman, dalam melukiskan watak ilmu
pengetahuan islam zaman pertengahan menyatakan bahwa, muncul persaingan yang
tak berhenti antara hukum dan teologi untuk mendapat julukan
sebagai mahkota semua ilmu.
b.
Too General
Knowledge
Kelemahan
dunia pendidikan islam berikutnya adalah sifat ilmu pengetahuannya yang masih
terlalu general/umum dan kurang memperhatikan kepada upaya penyelesaian masalah
(problem solving). Produk-produk yang dihasilkan cenderung kurang
membumi dan kurang selaras dengan dinamika masyarakat. Menurut Syed Hussein
Alatas menyatakan bahwa, kemampuan untuk mengatasi berbagai permasalahan,
mendefinisikan, menganalisis dan selanjutnya mencari jalan keluar/pemecahan
masalah tersebut merupakan karakter dan sesuatu yang mendasar kualitas sebuah
intelektual. Ia menambahkan, ciri terpenting yang membedakan dengan
non-intelektual adalah tidak adanya kemampuan untuk berfikir dan tidak mampu
untuk melihat konsekuensinya.
c.
Lack of
Spirit of Inquiry
Persoalan
besar lainnya yang menjadi penghambat kemajuan dunia pendidikan islam ialah
rendahnya semangat untuk melakukan penelitian/penyelidikan. Syed Hussein Alatas
merujuk kepada pernyataan The Spiritus Rector dari Modernisme Islam, Al
Afghani, Menganggap rendahnya “The Intellectual Spirit” (semangat
intelektual) menjadi salah satu faktor terpenting yang menyebabkan kemunduran
Islam di Timur Tengah.
d.
Memorisasi
Rahman
menggambarkan bahwa, kemerosotan secara gradual dari standar-standar akademis
yang berlangsung selama berabad-abad tentu terletak pada kenyataan bahwa,
karena jumlah buku-buku yang tertera dalam kurikulum sedikit sekali, maka waktu
yang diperlukan untuk belajar juga terlalu singkat bagi pelajar untuk dapat
menguasai materi-materi yang seringkali sulit untuk dimengerti, tentang
aspek-aspek tinggi ilmu keagamaan pada usia yang relatif muda dan belum matang.
Hal ini pada gilirannya menjadikan belajar lebih banyak bersifat studi
tekstual daripada pemahaman pelajaran yang bersangkutan. Hal ini
menimbulkan dorongan untuk belajar dengan sistem hafalan (memorizing)
daripada pemahaman yang sebenarnya. Kenyataan menunjukkan bahwa abad-abad
pertengahan yang akhir hanya menghasilkan sejumlah besar karya-karya komentar
dan bukan karya-karya yang pada dasarnya orisinal.
e.
Certificate
Oriented
Pola yang
dikembangkan pada masa awal-awal Islam, yaitu thalab al’ilm, telah
memberikan semangat dikalangan muslim untuk gigih mencari ilmu, melakukan
perjalanan jauh, penuh resiko, guna mendapatkan kebenaran suatu hadits, mencari
guru diberbagai tempat, dan sebagainya. Hal tersebut memberikan isyarat bahwa
karakteristik para ulama muslim masa-masa awal didalam mencari ilmu adalah knowledge
oriented. Sehingga tidak mengherankan jika pada masa-masa itu, banyak lahir
tokoh-tokoh besar yang memberikan banyak konstribusi berharga, ulama-ulama encyclopedic,
karya-karya besar sepanjang masa. Sementara, jika dibandingkan dengan pola
yang ada pada masa sekarang dalam mencari ilmu menunjukkan kecenderungan adanya
pergeseran dari knowledge oriented menuju certificate oriented semata.
Mencari ilmu hanya merupakan sebuah proses untuk mendapatkan sertifikat atau
ijazah saja, sedangkan semangat dan kualitas keilmuan menempati prioritas
berikutnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan Islam
adalah pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai
fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya yaitu Al-Qur’an dan As-sunah.
Sedangkan, Pendidikan Islam Kontemporer adalah kegiatan yang dilaksanakan
secara terencana dan sistematis untuk mengembangkan potensi anak didik
berdasarkan pada kaidah-kaidah agama Islam pada masa sekarang.
Tujuan
Pendidikan Islam Kontemporer harus sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional
yang sesuai dengan UU Sisdiknas 2003 Pasal 1 ayat (2) yakni pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman.
B.
Saran
Saya
menyadari dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kesalahan baik itu dari
segi isi maupun tulisan. Saya mohon pembaca dapat memberikan saran atau kritik.
Supaya dikemudian hari akan lebih baik. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Bashori
Muchsin, Abdul Wahid. 2009. Pendidikan Islam Kontemporer. Bandung: PT.
Refika Aditama
Mastuhu.
1999.Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam. Jakarta : Logos
Roqib,Moh.2009.
Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta : LKiS Yogyakarta
http://caturhadiprasetyo.wordpress.com/2012/05/27/filsafat-pendidikan-pendidikan-islam-kontemporer/
http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=403:problematika-pendidikan-islam-kontemporer-1&catid=27:mengenal-ahmadiyah&Itemid=28
http://mastertarbiyah1982.wordpress.com/2013/03/07/beginilah-pendidikan-islam-di-indonesia/
[1]
Bashori Muchsim dan Abdul Wahid, Pendidikan
Islam Kontemporer ,(Bandung: PT. Refika Aditama,2009),hal.9.
[2] Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, mengutip dari Mohammad Hamid An
Nasyir dan Kulah Abd al- Qadir Darwis (Yogyakarta: PT. LKiS Printing
Cemerlang,2009),hal.17.
[3] http://mastertarbiyah1982.wordpress.com/2013/03/07/beginilah-pendidikan-islam-di-indonesia
[4]http://caturhadiprasetyo.wordpress.com/2012/05/27/filsafat-pendidikan-pendidikan-islam-kontemporer
[5]http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=403:problematika-pendidikan-islam-kontemporer-1&catid=27:mengenal-ahmadiyah&Itemid=2

ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق