
Puji dan syukur yang senantiasa Saya sampaikan kehadirat Allah SWT karena Rahmat dan Karunia-Nya Saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini diajukan untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
Penyusunan makalah ini banyak sekali hambatan yang telah saya alami. Namun dengan adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini seperti Dosen dan teman-teman semua, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Dosen mata kuliah yang telah membimbing saya hingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan tepat waktu.
Akhirnya, makalah yang sudah saya buat, kiranya kritik dan saran dari para pembaca maupun Dosen pengampu sangat saya perlukan agar saya dapat memperbaiki makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
Bandar Lampung, Agustus 2017
Penulis
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah 1
Rumusan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN
Biografi Lawrence Kohlberg 2
TeoriPengertian perkembangan moral Lawrence Kohlberg 2
Biografi Lawrence Kohlberg 4
Kelemahan dan kelebihan teori Lawrence Kohlberg 5
Implikasinya bagi pendidikan 6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap individu memiliki potensi moral yang siap untuk dikembangkan, melalui berbagai pengalaman sosial yang dialami, individu belajar tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Perkembangan moral pada individu terutama usia anak-anak penting untuk mendapat perhatian, dengan moral yang baik diharapkan anak dapat diterima dengan baik dilingkungan masyarakat. Banyak pakar yang memberikan perhatian terhadap perkembangan moral, salah satunya adalah Kohlberg.
Masyarakat tidak dapat berfungsi tanpa aturan yang memberitahukan mengenai bagaimana berkomunikasi satu sama lain, bagaimana menghindari untuk menyakiti orang-orang lain, dan bagaimana bergaul dalam kehidupan pada umunya.
Dari berbagai individu yang menunjukkan semua perbedaan dari setiap tingkah dan perilakunya akan dibahas melalui teori-teori tentang perkembangan moral. Perkembangan moral ini merupakan salah satu topik pembahasan tertua bagi mereka yang tertarik pada perkembangan manusia atau setiap individu. Pada zaman ini, kebanyakan orang memiliki pendapat yang kuat, tidak hanya tentang perilaku moral dan immoral, akan tetapi seharusnya perilaku moral ditanamkan pada anak-anak. Untuk itu, kita akan mulai pembahasan mengenai perkembangan moral mulai dari tahap-tahap perkembangan moral, karakteristik perkembangan moral, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral, perbedaan individual, ciri-ciri perkembangan moral, dan upaya pengembangan moral pada remaja, menurut berbagai teori yang mengemukakan tentang perkembangan moral.
Tahapan perkembangan moral Lawrence Kohlberg dibuat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral yang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari Kohlberg. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai teori perkembangan moral Kohlberg.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kehidupan Kohlberg dalam memempuh pendidikan ?
2. Bagaimana Teori Perkembangan Kohlberg?
3. Bagaimakah Kajian Moral Menurut Islam Kohlberg?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Lawrence Kohlberg
Lawrence Kohlberg tumbuh besar di Bronxville, New York, dan memasuki Akademi Andover di Massachussets, sekolah menengah atas swasta yang mahal dan menuntut kemampuan akademis tinggi. Dia tidak langsung melanjutkan keperguruan tinggi namun pergi membantu pemulangan orang-orang Israel, bekerja sebagai insinyur tingga dua di pesawat angkut yang membawa pelarian dari Eropa melewati blockade Inggris ke Israel.
Setelah itu, pada 1948, Kohlberg masuk ke Universitas Chicago di mana dua lulusan tes penerimaan dengan angka yang sangat tinngi sehingga hanya mengambil sedikit saja mata kuliah untuk memperoleh gelar sarjana mudanya. Kemudian dia tinggaI Chicago sebentar untuk mengejar gelar sarjananya di dalam psikologi yang awalnya dia ingin mengambil psikologi kimia. Namun segera dia menjadi tertarik kepada piaget danmulai mewawancarai anak-anak dan remaja tentang masalah-masalah moral. Semua hasil penelitiannya itu ditulis dalam disertasi doktoralnya (1958), rancangan pertama dari teori pentahapan psikologi yang baru. Kohlberg mengajar di Universitas Chicago dari tahun 1962 sampai 1968, dan di Universitas Harvard dari tahun 1968 sampai ajal menjemputnya ditahun 1987.
B. Pengertian Perkembangan Moral Menurut Kohlberg
Menurut Kohlberg moral adalah bagian dari penalaran moral (moral reasoning), sehingga iapun menamakannya dengan penalaran moral (moral reasoning). Bermoral artinya, mempunyai pertimbangan baik buruk, berakhlak mulia. Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain.
Konsep moral Kohlberg selain mempunyai kelebihan ternyata beberapa ahliada yang tidak sependapat dengan teori yang dikemukakan Kohlberg, konsep tersebut dikritik karena memberi terlalu banyak penekanan pada penalaran moral dankurang memberi penekanan pada perilaku moral. Penalaran moral kadang-kadangdapat menjadi tempat perlindungan bagi perilaku immoral. Seperti para penipu, koruptor, dan pencuri mungkin mengetahui apa yang benar, tetapi masih melakukan apa yang salah.
Menurut Kohlberg, penilaian dan perbuatan moral pada intinya bersifat rasional. Keputusan dari moral ini bukanlah soal perasaan atau nilai, malainkan selalu mengandung suatu tafsiran kognitif terhadap keadaan dilema moral dan bersifat konstruksi kognitif yang bersifat aktif terhadap titik pandang masing-masing individu sambil mempertimbangkan segala macam tuntutan, kewajiban, hak dan keterlibatan setiap pribadi terhadap sesuatu yang baik dan juga adil. kesemuanya ini merupakan tindakan kognitif.
Moral pada umumnya didefinisikan oleh para ahli psikologi sebagai sikap dan keyakinan yang dimiliki oleh seseorang yang membantu orang tersebut untuk memutuskan apa yang benar dan salah
C. Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg
Kohlberg menyatakan bahwa proses perkembangan penalaran moral merupakan sebuah proses alih peran, yaitu proses perkembangan yang menuju ke arah struktur yang lebih komprehensif, lebih terdiferensiasi dan lebih seimbang dibandingkan dengan struktur sebelumnya. Melihat pentingnya perkembangan penalaran moral dalam kehidupan manusia, maka berbagai penelitian psikologi di bidang ini dilakukan. Lawrence Kohlberg, memperluas penelitian Piaget tentang penalaran aturan konvensi sosial, menjadi tiga tingkat penalaran moral yang terdiri dari prakonvensional, konvensional, dan pasca konvensional.
Kohlberg menemukan bahwa perkembangan moral seorang anak berlangsung menurut enam tahap atau fase. Akan tetapi tidaklah setiap anak mengalami perkembangan yang cepat, sehingga tahap-tahapan ini tidak dengan pasti untuk dikaitkan dengan umur-umur tertentu, bisa jadi seorang anak akan mengalami fiksasi dalam suatu tahap dan tidak akan berkembang lagi Dari hasil penelitian Kohlberg mengemukakan enam tahapan perkembangan moral yang berlangsung secara universal dan dalam urutan tertentu, Tahap-tahap perkembangan penalaran moral dibagi menjadi 3 tingkat, yang terdiri dari prakonvensional, konvensional, dan pascakonvensional. Tiga tingkat tersebut kemudian dibagi atas enam tahap).
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya, seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di University of Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral. Ia menulis disertasi doktornya pada tahun 1958 yang menjadi awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari Kohlberg.
Teori perkembangan moral berusaha untuk menjelaskan kerangka yang mendasari pengambilan keputusan individu dalam konteks dilema etika. Tujuan teori ini adalah memahami proses penalaran kognitif seorang individu dalam mengatasi dilema etika, bukan untuk menilai benar atau salah. Kohlberg bermaksud untuk menemukan secara empiris bagaimana orang-orang memperoleh moralitasnya dan diyakini cara terbaik melakukannya adalah dengan menguji bagaimana orang-orang mengatasi masalahnya. Metode Kohlberg adalah sebagai berikut, ia (bersama para pembantunya) mengemukakan sejumlah dilema moral khayalan kepada subjeksubjek penelitian. “Khayalan” dalam arti : kasuskasus itu tidaklah terjadi secara kongkret , tetapi pada prinsipnya bisa terjadi. Untuk dilema-dilema itu tidak tersedia pemecahan dalam lingkungan anak-anak itu, sehingga mereka harus mencari pemecahan sendiri. Jadi tidak mungkin mereka melaporkan saja apa yang mereka saksikan di sekitarnya, mereka harus menyampaikan keputusan moral mereka sendiri. Oleh karena itu, Kohlberg memberikan cerita kepada orang-orang yang memiliki umur berbeda dan budaya yang menempatkan seseorang dalam posisi dan situasi tertentu dikonfrontasi dengan masalah mor
Menurut ahli, yaitu Piaget dan Kohlberg perkembangan moral berhubungan dengan aspek perkembangan lain terutama kognitif. Sehingga seharusnya bila seseorang telah mencapai kematangan kecerdasan perkembangan moral juga mengalami kematangan. Sebagai usaha untuk mengoptimalkan perkembangan moral pada anak untuk mencapai kematangan adalah melalui dongeng.
D. Kelemahan dan kelebihan teori Lawrence Kohlberg
Kelemahan:
Teori Kohlberg dikritik karena memberi terlalu banyak penekanan pada penalaran moral dan kurang memberi penekanan pada perilaku moral. Penalaran moral kadang-kadang dapat menjadi tempat perlindungan bagi perilaku immoral. Seperti para penipu, koruptor, dan pencuri mungkin mengetahui apa yang benar, tetapi masih melakukan apa yang salah.
Gender dan Perspektif Keperdulian: Carol Gilligan percaya bahwa teori perkembangan moral Kohlberg tidak mencerminkan secara memadai relasi dan keperdulian terhadap manusia lain. Perspektif keadilan (justice prespective) ialah suatu perspektif moral yang berfokus pada hak-hak individu; individu berdiri sendiri dan bebas mengambil keputusan moral. Teori Kohlberg ialah suatu perspektif keadilan. Sebaliknya, perspektif kepedulian (care perspective) ialah suatu perspektif moralyang memandang manusia dari sudut keterkaitannya dengan manusia lain dan menekankankomunikasi interpersonal, relasi dengan manusia lain, dan kepedulian terhadap orang lain.
Altruisme: Altruisme ialah suatu minat yang tidak mementingkan diri sendiri dalam menolong seseorang. Timbal balik dan pertukaran (reciprocity and exchange) terlibat dalam altruisme. Timbal balik ditemukan di seluruh dunia manusia. Timbal balik mendorong anak-anak untuk berbuat baik kepada orang lain sebagaimana mereka mengharapkan orang lain berbuat yang sama kepada mereka. Sentimen-sentimen manusia disarikan dalam timbal balik ini. Barangkali kepercayaan adalah prinsip yang paling penting dalam jangka panjang dalam altruisme. Rasa bersalah dapat muncul di permukaan kalau anak tidak membalas (melakukan timbal balik), dan kemarahandapat terjadi kalau seseorang tidak melakukan timbal balik. Tidak semua altruisme dimotivasioleh timbal balik dan pertukaran, tetapi interaksi dan reaksi dengan orang lain dapat menolongkita memahami hakekat altruisme.
E. Implikasinya bagi pendidikan
Pendidikan saat ini umunya mempersiapkan peserta didik memilki banyak pengetahuan, tetapi tidak tahu cara memecahkan masalah tertentu yang dihadapai dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Demikian juga dalam mengembangkan aspek moral peserta didik berarti bagaimana cara membantu peserta didik untuk menjadi anak yang baik, yang mengetahui dan berperilaku atau bersikap berbuat baik dan benar. .
Proses pendidikan dan pembelajaran moral diteladankan orang tua dan dilakukan secara terpadu (integrated) pada tiap peluang dalam semua kegiatan sekolah disana pendidik mengajarkan keteraturan hidup, disiplin serta melatih dan membiasakan peserta didik bermoral dalam perilaku dan kegiatannya. Cara yang ideal adalah dengan memantapkan pancasila melalui keteladanan pendidik pada umumnya kepada warga bangsa sebagai peserta didik sepanjang hayat serta inilah yang dinamakan dengan proses pembangunan watak bangsa.
Namun dalam suatu proses perkembangan pasti terdapat banyak hambatan yang ditemukan dalam pengajaran moral tersebut salah satunya yaitu tentang definisi maupun ukuran dari moral itu sendiri. Untuk mengetahui tingkatan moral seseorang selalu diperlukan suatu alat ukur yang sesuai guna mengukur moral orang tersebut, dan jenis alat ukur tersebut tentunya haruslah berhubungan dengan definisi moral yang dipahami oleh si pengukur. Maka jika lembaga suatu ingin mengetahui tingkatan moral seseorang dengan pengertian moral mereka yakni moral sebagai suatu bentuk tindakan atau perilaku pastilah sulit untuk dapat menemukan alat ukur yang sesuai. Hal ini dikarenakan perilaku seseorang sangat luas dan sulit dikategorikan dan dirumuskan sehingga sangatlah sulit untuk menyimpulkan suatu perilaku seseorang.
Perilaku moral yang ditentukan oleh motif merupakan suatu hal yang tidak bisa diukur, dikarenakan motif merupakan sesuatu yang bersifat sangat pribadi ataupun internal. Berawal dari sinilah timbul berbagai macam problem dan permasalahan dalam mengukur moral santri khususnya di lingkungan tertentu, sehingga problem tersebut terus menerus berlanjut tanpa ada penyelesaian yang sesuai, dan hal ini membuat pesantren tidak mempunya data acuan yang jelas mengenai moral dari peserta didiknya, yang kemudian membuat pesantren lemah dalam memonitor peserta didiknya dalam perilaku moral mereka. Jika masalah tersebut diselidiki lebih mendalam sebernarnya akar permasalahannya terletak dalam perbedaan definisi tingkat keberhasilan dari pengajaran moral yang dianut oleh pesantren. Selama tingkat keberhasilan pengajaran moral didefinisikan dengan tindakan peserta didik yang baik disertai motif yang baik maka dapat dipastikan akan terjadi kesulitan dalam mengukur tingkatan moral tersebut, akan tetapi jika pesantren memang ingin mengukur tingkatan moral peserta didiknya, sebenarnya hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan 3 jenis alat ukur tahapan moral dari peserta didik atau individu. Alat ukur tersebut adalah Teori psikoanalisa, kognitif dan social learning.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pernyataan dari Pengertian Kohlberg mengenai moral adalah bagian dari penalaran moral (moral reasoning), sehingga iapun menamakannya dengan penalaran moral (moral reasoning). Bermoral artinya, mempunyai pertimbangan baik buruk, berakhlak mulia.Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain.
Sedangkan Penerapannya sediri dalam Pendidikan saat ini umunya mempersiapkan peserta didik memilki banyak pengetahuan, tetapi tidak tahu cara memecahkan masalah tertentu yang dihadapai dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Pendidikan lebih mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anak yang pandai dan cerdas, tetapi kurang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anak yang baik. Masalah berkenaan dengan baik dan buruk menjadi kajian bidang moral.
Demikian juga dalam mengembangkan aspek moral peserta didik berarti bagaimana cara membantu peserta didik untuk menjadi anak yang baik, yang mengetahui dan berperilaku atau bersikap berbuat baik dan benar. Sikap dan perilaku moral dapat dikembangkan melalui pendidikan dan penanaman nilai/ norma yang dilakukan secara terintegrasi dalam pelajaran maupun kegiatan yang dilakukan anak di keluarga dan sekolah. Pendidikan bukan hanya mempersiapkan anak menjadi manusia cerdas, tetapi juga menjadi manusia yang baik, berbudi luhur, dan berguna bagi orang lain.
Pengembangan moral melalui pendidikan mestinya bukan hanya mengajarkan nilai-nilai sebagai slogan saja. Hal ini tampak pada moral yang diyakini penganut dan moral budaya yang diterima warga masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Anata Ikrommullah TAHAPAN PERKEMBANGAN MORAL SANTRI MAHASISWA MENURUT
LAWRENCE KOHLBERG SMA Negeri 1 Lumajang. Jurnal Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Th. 28, Nomor 2, Agustus 2015
Crain, William . 2007. Teori Perkembangan, Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pupung Puspa Ardini kirei. Pengaruh Dongeng dan Komunikasi Terhadap Perkembangan Moral Anak
Usia 7-8 Tahun PAUD FIP Universitas Negeri Gorontalo Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1,
Edisi 1, Juni 2012
Makmun. Abi syamsudin. 2005. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta. 2002)
Sri Jumiyati. Perbandingan Pendidikan Moral Anak Usia Dini Menurut Nashih Ulwan Dan Kohlberg
(Tinjauan Psikologis Dan Metodologis) Psikologi Pendidikan Islam Universitas
MuhammadiyahYogyakarta
Siti Rohmah Nurhayati TELAAH KRITIS TERHADAP TEORI PERKEMBANGAN MORAL
LAWRENCE KOHLBERG.Universitas Negeri Yogyakarta Paradigma, No. 02 Th. I, Juli
2006 ISSN 1907-297X 93
Syah. Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق