MORAL
AGAMA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, SENTRAL IBADAH DALAM MENUNJUKKAN MORAL AGAMA,
DAN PERKEMBANGAN KEPERIBADIAN ANAK USIA DINI
Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
Dini
Universitas Islam Negeri (UIN)
Raden Intan Lampung
Abstrak
Anak
merupakan investasi masa depan yang perlu distimulasi perkembangannya sejak
usia dini. Sel-sel otak yang dimiliki anak sejak lahir tidak akan mampu berkembang
secara optimal jika stimulus yang diberikan tidak tepat dan tidak mendukung
perkembangannya. Salah satu kawasan yang perlu dikembangkan oleh “orang tua” dalam
menstimulasi anak adalah penanaman nilai dan moral.
Di era
globalisasi seperti sekarang ini tidak menutup kemungkinan anak akan dengan
mudah mendapat informasi dari luar melalui media apapun. Yang penting diingat
bahwa tidak semua informasi yang diperoleh anak dari luar merupakan informasi
yang baik dan tepat untuk perkembangan anak. Seperti yang sering kita lihat
sekarang ini di media masa sering diberitakan tentang perkelaihan, tawuran dan
tindakan-tindakan lain yang tidak sesuai dengan nilaimoral yang ada. Kualitas
watak anak sejak kecil akan mewarnai watak seseorang dikemudian hari. Anak yang
dibesarkan dalam suasana yang curiga mencurigai misalnya, ketika dewasa akan
mengalami kesulitan untuk mempercayai orang lain. Bila di masa kecilnya anak
sering dipukuli, besar kemungkinan ketika besar akan menjadi pendendam.
Demikian pula jika di masa kecil anak sering diejek, maka ketika dewasa akan
sulit menghargai orang lain. Atas dasar pertimbangan hal di atas, maka bagi
anak perlu dibekali pengetahuan tentang nilai moral yang baik. Dengan
diberikannya pendidikan nilai dan moral sejak usia dini, diharapkan pada tahap
perkembangan.
Selanjutnya
anak akan mampu membedakan baik buruk, benar salah, sehinggaia dapat
menerapkannya dalam kegidupan sehari-harinya. Anak-anak diharapkan akan lebih
mudah menyaring perbuatan mana yang perlu diikuti danperbuatan mana yang harus
dihindari. Pendidikan anak dilakukan pada tiga lingkungan pendidikan, yaitu keluarga,
sekolah dan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkanbahwa orang tua
berperan dalam pendidikan, anak akan menunjukkan prestasibelajar, diikuti
dengan perbaikan sikap, stabilitas sosioemosional, kedisiplinan,serta antuk
belajar samapai perguruan tinggi, bahkan setelah bekerja dan berumah tangga.
Kata Kunci : Moral,
Agama, Anak Usia Dini
PENDAHULUAN
Pendidikan
pada dasarnya bertujuan untuk membentuk manusia menjadi pribadi yang berguna
bagi dirinya sendiri, orang lain dan Tuhan. Berbicara mengenai pendidikan tidak
terlepas kaitannya dengan perkembangan moral. Karena, pendidikan bertujuan
membentuk manusia yang memiliki moral. Dengan menghasilkan output manusia yang
bermoral maka diharapkan kualitas sumber daya manusia dan peradaban suatu
bangsa menjadi lebih tinggi.
Orang yang
memiliki moral akan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang salah.
Penentuan mana yang baik dan salah ini bukan karena hasil paksaan dari pihak
luar, tetapi berasal dari kesadaran sebagai hasil ekstensinya sebagai manusia.
Untuk menghasilkan pribadi yang memiliki moral yang baik, tidak bisa dilakukan
dalam waktu sekejap. Tetapi harus melalui sebuah proses yang sangat panjang.
Proses yang panjang inilah yang akan membentuk moral manusia melalui apa yang
dilihat dan dirasakannya saat interaksi dengan dunia sekitar. Interaksi dengan
dunia sekitar, akan membuat seseorang untuk mempelajari atau mengerti bagaimana
seharusnya dan untuk apa adanya.
Anak yang
baru lahir pada dasarnya belum memikiki moral (imoral). Menurut Hurlock,
mengatakan bahwa bayi masih tergolong nonmoral yang berarti bahwa perilakunya
tidak dibimbing norma-norma moral. Anak akan belajar kode moral dari
orang-orang di sekitarnya (orang tua, teman, guru). Belajar berperilaku moral
pada masa bayi merupakan suatu proses yang sangat lambat. Tetapi dasar-dasar
kode moral ini ditanamkan pada masa bayi dan akan membimbing perilaku moral
anak pada masa yang akan datang.
Pembentukan
moral pada masa anak-anak sangat penting dilakukan mengingat pada masa ini
(anak-anak) adalah masa emas (golden age)
bagi seorang anak. Dimana perkembangan otaknya sangat pesat pada masa golden age ini. Oleh karena itu,
penanaman konsep moral harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan oleh orang
yang memiliki kompetensi dalam bidang atau setidaknya yang mnegrti dunia anak.
Hal ini, sesuai dengan pendapat Charles H. Spurgeun sebagaimana yang dikutip
oleh Igrea Siswanto dan Sri Lestari (2012), yang mengatakan “Seorang anak akan
menjadi apa kelak tergantung dengan siapa saat ini ia mendapatkan”.
TUJUAN
1.
Dapat menjelaskan bagaimanakah sebenarnya
moral agama pada anak usia dini
2.
Dapat mendeskripsikan peran dan fungsi
moral agama dalam pendidikan anak usia dini.
3.
Dapat menjelaskan tempat atau wadah yang
merupakan pusat ibadah dalam mengapresiasikan moral dalam beragama.
METODOLOGI
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh
guru guna kepentingan pembelajaran. Dalam pelaksanaan tugas guru sangat jarang
menggunakan satu metode, tetapi selalu memakai lebih dari satu metode karena
karakteristik metode yang memilki kelebihan dan kekurangan menuntut guru untuk
menggunakan metode yang bervariasi. Sebagai seorang guru tentu saja tidak boleh
lengah bahwa ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam Proses Perkembangan
Mausia
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Dalam UU No. 23 Tahun 2000 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan
bahwa pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujuak
untuk anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar nak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih
lanjut (Pasal 1 butir 14).
Pendidikan
anak usia dini memerlukan perhatian yang sangat penting dari orang tua, ahli
pendidikan, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan anak usia dini, khususnya
Taman Kanak-Kanak telah diselenggarakan sejak lama, yaitu sejak awal
kemerdekaan. Di sekolah ini anak-anak usia 4-5 tahun atau 6 tahun mendapat
tempat untuk mengembangkan potensinya dalam berbagai bentuk kegiatan.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke beberapa arah berikut:
1. Pertumbuhan
dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar)
2. Kecerdasan
(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual)
Sosioemosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasdi,
yang disesuaikan dengan keuunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui
oleh anak usia dini.[1]
PENDIDIKAN NILAI MORAL
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Purwodarminto dinyatakan
bahwa nilai adalah harga, hal-hal yang berguna bagi manusia. Menurut I Wayan
Koyan nilai adalah segala sesuatu yang berharga. Menurutnya ada dua nilai yaitu
nilai ideal dan nilai aktual. Nilai ideal adalah nilai-nilai yang menjadi
cita-cita setiap orang, sedangkan nilai aktual adalah nilai yang diekspresikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Kohlberg
mengklasifikasikan nilai menjadi dua, yaitu nilai obyektif dan nilai subyektif.
Nilai obyektif atau nilai universal yaitu nilai yang bersifat instrinsik, yakni
nilai hakiki yang berlaku sepanjang masa secara universal. Termasuk dalam nilai
universal ini antara lain hakikat kebenaran, keindahan dan keadilan. Adapaun
nilai subyektif yaitu nilai yang sudah memiliki warna, isi dan corak tertentu
sesuai dengan waktu, tempat dan budaya kelompok masyarakat tertentu.
Menurut
Richard Merill dalam I Wayan Koyan menyatakan bahwa nilai dalah patokan atau
standar yang dapat membimbing seseorang atau kelompok ke arah ”satisfication,
fulfillment, and meaning”.
Adapun
pengertian moral berasal dari bahasa latin mores, dari suku kata mos yang
artinya adat istiadat, kelakuan, watak, tabiat, akhlak.[2]
Dalam
perkembangannya moral diartikan sebagai kebiasaan dalam bertingkah laku yang
baik, yang susila. Dari pengertian itu dikatakan bahwa moral adalah berkenaan
dengan kesusilaan. Seorang individu dapat dikatakan baik secara moral apabila
bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah moral yang ada. Sebaliknya jika
perilaku individu itu tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada, maka ia akan
dikatakan jelek secara moral.
Pendidikan
moral penting diberikan kepada anak sejak usia dini. Pendidikan moral bertujuan
pada pembentukan sikap dan perilaku seseorang agar dapat bertindak sesuai
dengan kaidah-kaidah moral yang berlaku di lingkungan sosialnya. Oleh karena
itu adanya pendidikan moral akan menentukan mudah tidaknya seseorang dapat
diterima di dalam lingkungan sosialnya. Hal ini mengingat bahwa dalam
berinteraksi dengan orang lain tidak hanya menuntut kecerdasan orang secara
kognitif, akan tetapi diperlukan kecerdasan afektif dan psikomotor. Kecerdasan
afektif dapat dikembangkan melalui pendidikan moral.
Adanya pendidikan moral bukanlah tanpa tujuan. Sasaran pendidikan moral
adalah sebagai berikut:
1. membina
dan menanamkan nilai moral dan norma,
2. meningkatkan
dan memperluas tatanan nilai keyakinan seseorang atau kelompok,
3. meningkatkan
kualitas diri manusia, kelompok atau kehidupan,
4. menangkal,
memperkecil dan meniadakan hal-hal yang negatif,
5. membina
dan mengupayakan terlaksananya dunia yang diharapkan,
6. melakukan
klarifikasi nilai intrinsik dari suatu nilai moral dan norma dan kehidupan
secara umum.
Dalam melaksanakan pendidikan moral untuk anak usia dini dapat melalui
beberapa pendekatan seperti yang diungkapkan Dwi Siswoyo, dkk sebagai berikut:
Adapun beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam penanaman nilai moral
pada anak usia dini menurut Dwi Siswoyo dkk adalah indoktrinasi, klarifikasi nilai,
teladan atau contoh, dan pembiasaan dalam perilaku. Faktor-faktor yang
mempengaruhi moral dan agama
Anak dilahirkan tanpa moral (imoral) sikap moral untuk berperilaku sesuai
nilai-nilai luhur dalam masyarakat belum dikenalnya. Intervensi terprogram melalui
pendidikan, serta lingkungan sosial budaya, mempengaruhi perkembangan struktur
kepribadian bermuatan moral. Ini dialami dalam keluarga bersama teman sebaya
dan rekan-rekan sependidikan, kawan sekerja/kegiatan ditengah lingkungan.
1.
Perubahan dalam
lingkungan
Perubahan
dan kemajuan dalam berbagai bidang membawa pergeseran nilai moral serta sikap
warga masyarakat ditengah perubahan dapat terjadi kemajuan/kemrosotan moral.
Perbedaan perilaku moral individu sebagian adalah dampak pengalaman dan pelajaran
dari lingkungan nilai masyarakatnya. Lingkungan memberi ganjaran dan hukuman.
Ini memacu proses belajar dan perkembangan moral secara berkondisi.
2.
Struktur
kepribadian.
Psikoanalisa
(Freud) menggambarkan perkembangan kepribadian termasuk moral. Dimulai dengan
sistem ID, selaku aspek biologis yang irasional dan tak disadari. Diikuti aspek
psikologis yaitu subsistemego yang rasional dan sadar. Kemudian pembentukan
superego sebagai aspek sosial yang berisi sistem nilai dan moral masyarakat. Ketiga
subsistem kepribadian tersebut mempengaruhi perkembangan moral dan perilaku
individu. Ketidakserasian antara subsistem kepribadian, berakibat seseorang
sukar menyesuaikan diri, merasa tak puas dan cemas serta bersikap/berperilaku
menyimpang. Sedang keserasian antara subsistem kepribadian dalam perkembangan
moral akan berpuncak pada efektifnya kata hati (superego) menampilakan
watak/perilaku bermoral seseorang.
1. Ada sejumlah
faktor penting yang mempengaruhi perkembangan moral anak Peran hati nurani atau
kemampuan untuk mengetahui apa yang benar dan salah apabila anak dihadapkan
pada situasi yang memerlukan pengambilan keputusan atas tindakan yang harus
dilakukan.
2. Peran rasa
bersalah dan rasa malu apabila bersikap dan berperilaku tidak seperti yang
diharapkan dan melanggar aturan.
3. Peran
interaksi sosial dalam memberik kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan
menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan
dalam pergaulan dengan orang lain.
SENTRAL IBADAH DALAM MENUNJUKKAN MORAL AGAMA
Sentra Imtaq (Keimanan dan Ketaqwaan) Pada sentra ini berisi
berbagai kegiatan untuk menanamkan nilai-nilai
agama, keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sentra ini bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini dan membentuk
pribadi yang cerdas berperilaku sesuai dengan norma-norma agama.
KEGIATAN DI SENTRA IMTAQ
Kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang sederhana dan
menyenangkan bagi anak mengingat bahwa pengenalan dan pemahaman terhadap agama
merupakan suatu konsep yang abstrak, perlu diterjemahkan menjadi aktivitas yang
konkret bagi anak. Bahan-bahan yang disiapkan adalah berbagai bangunan ibadah
berbentuk mini, alat-alat beribadah dan Al-Quran, buku-buku cerita,
gambar-gambar dan alat permainan lain yang bernuansa agama.
Deskripsi
Perkembangan Pembelajaran Agama di Sentra Iman dan taqwa Dilihat Dari
Perencanaan Pembelajaran di Taman Kanak- kanak. Pembelajaran agama harus
dikaitkan dengan perkembangan anak yang sesuai dengan realita atau kenyataan
yang ada di kehidupan yang dihadapi oleh anak sehari-hari dan pembelajaran agama ini menirupakan
pembelajaran yang mana menghadirkan suasana alam ke dalam lingkungan
pembelajaran. Artinya setiap pembelajaran yang dilakukan tidak lepas dari
kehidupan sekitar anak baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun
lingkungan masyarakat. Pembelajaran pada Anak Usia Dini tak lepas dari media
yang digunakan. Media dalam komunikasi pembelajaran di Taman Kanak- kanak
semakin penting, artinya mengingat
perkembangan anak, pada saat anak berada pada saat konkrit, yang artinya anak
diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara nyata dan alamiah. Penggunaaan
media dalam pembelajaran dapat membantu anak dalam memberikan pengalaman bermakna bagi anak serta
mempermudah anak dalam memahami sesuatu yang abstrak menjadi konkrit, dimana
anak belajar dengan memanipulasi benda-benda konkrit.
Adapun
media yang digunakan di Taman Kanak- kanak ini sudah memadai dan sesuai dengan
perkembangan anak, selain itu juga didukung dengan adanya alat permainan
edukatif yang menarik sehingga anak belajar dengan semangat seperti alat peraga
edukatif tata cara shalat, alat peraga edukatif tata cara berwudlu, serta poster Asmaul Husna. Selain
itu, dengan tingginya kreatifitas guru, guru membuat sendiri media yang akan
diajarkan kepada anak, seperti huruf-huruf hijaiyah, gambar alat komunikasi dan
lainnya.
Sentra
Dienul Islam dan kepala sekolah didapat hasilnya bahwa media yang digunakan
disekolah sudah cukup memadai dan memiliki banyak sekali permainan khususnya di
sentra Dienul Islam seperti kartu huruf hijiayah, alat peraga edukatif seperti
tata cara berwudlu, tata cara shalat selain itu juga ada poster Asmaul Husna,
berbagai macam kitab suci, balok. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa media yang digunakan sudah memadai bahkan anak tertarik dalam belajar
dengan adanya media serta strategi guru yang bervariasi dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Tanpa adanya media dalam pembelajaran kegaitan anak tidak
akan dapat berlangsung sesuai dengan tema yang akan dilakukan pada hari itu.
Deskripsi pembelajaran agama dilihat dari persiapan sebelum melakukan kegiatan
di sentra Dienul Islam Taman Kanak- kanak. Oleh karena itu, sangat diperlukan
strategi serta metode guru dalam mengkondisikan anak agar anak tidak bosan
dalam melakukan kegiatan khususnya disentra Dienul Islam.Apabila ada anak yang
masih belum bisa fokus dengan kegiatan apa yang akan dilakukan, maka guru belum memulai kegiatan, guru masih memberikan
berupa permainan yang membuat anak fokus untuk melajutkan kegiatan di sentra. Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sangat diperlukan persiapan serta
mengkondisikan anak terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan di sentra karena
sebagaimana diketahui bahwa anak susah
sekali untuk fokus dengan apa yang dikerjakannya, namun karena strategi guru
yang bervariasi anak lebih tertarik dan semangat sebelum melakukan kegiatan di
sentra Dienul Islam.
Deskripsi
pembelajaran agama dilihat dari sentra yang digunakan yaitu pada Sentra Iman
dan taqwa (Dinnul Islam). Disentra Dienul Islam ini pembelajaran lebih
difokuskan kepada pengenalan agama Islam kepada anak, seperti pengenalan huruf
hijaiyah, hafalan Asmaul Husna dan ayat pendek, serta pengenalan bagaimana tata
cara shalat, tata cara berwudlu, berpuasa, mengenal para nabi dan rasul serta
nama-nama malaikat..Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang dilakukan di sentra Dienul Islam berfokus pada pengenalan tentang agama secara
mendalam, yang tak lepas dari perkembangan anak, karena apabila guru tidak
memperhatikan tingkat perkembangan anak dalam mengenalkan agama, maka anak akan
merasa bingung dan tidak bisa memahami apa yang ia pelajari. Selain itu, sangat
dibutuhkan strategi yang bervariasi untuk mengenalkan agama kepada anak, karena
agama menirupakan pijakan awal anak untuk melangkah ke jenjang berikutnya. Deskripsi pembelajaran agama
dilihat dari recalling atau pengulangan setelah
bermain.
Agar
tercapai tujuan dalam pembelajaran maka kegiatan disentra juga tidak lepas dari
pijakan yang dilakukan oleh guru kepada anak, karena anak cenderung susah untuk
fokus terhadap apa yang ia kerjakan. Menurut Noorlaila bahwa pada pijakan
disaat sentra pendidik berkeliling di antar anak-anak yang sedang bermain,[3]
mencari contoh bagi yang belum bisa menggunakan alat main, memberi dukungan
dengan pertanyaan positif yang ada kaitannya dengan pekerjaan yang dilakukan
anak, memberi bantuan jika dibutuhkan, mencatat apa yang dilakukan anak baik
jenis main dan tahapan perkembangannya, mengumpulkan hasil kerja anak dengan
terlebih dahulu mencatat nama dan tanggal. Bila waktu tinggal 5 menit pendidik
memberitahukan kepada anak untuk bersiap-siap menyelesaikan kegiatannya. Dari
hasil penelitian, terlihat bahwa pada
saat bermain di sentra Dienul Islam guru mengawasi dan apabila ada anak yang
merasa kesulitan dalam mengerjakan tugasnya guru membantu anak, kemudian guru
mencatat anak yang melakukan kegiatan dengan benar dan melihat perkembangan
anak.
PENGERTIAN PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Definisi dari perkembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah suatu perubahan menjadi bertambah sempurna dalam hal pikiran atau akal,
pengetahuan, dan lain sebagainya. Pengertian perkembangan menunjuk pada suatu
proses kearah yang lebih baik atau sempurna dan tidak begitu saja dapat di
ulang lagi. Perkembangan menunjuk ada perubahan yang bersifat tetap dan tidak
dapat di putar kembali.
Perkembangan
juga berkaitan daengan belajar khususnya mengenai isi proses perkembangan, apa
yang berkembang berkaitan dengan perilaku belajar. Dengan demikian perkembangan
dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kea rah suatu
organisasi pada tingkat intergrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan,
pemasakan dan belajar. Suatu devinisi yang relevan yang dikemukakan oleh Monks
sebagai berikut : Perkembangan psikologis merupakan suatu proses yang dinamis.
Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan menentukan tingkah
laku apa yang akan menjadi actual dan terwujud.
Secara
umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner sebagai berikut: Perkembangan
sejalan dengan prinsip ortho genetic, bahwa perkembangan berlangsung dari
keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan dimanadiferensiasi,
artikulasi, dan integrasi, meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi itu
diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak, bahawa dari penghayatan
totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya menjadi semakin nyata dan bertambah
jelas dalam kerangka keseluruhan.
Pada
anak prasekolah dan taman kanak-kanak tampak adanya diskontinuitas, sedang pada
kelompok umur yang lebih tinggi sampai dengan mahasiswa menunjukkan
kontinuitas. Menurut Nagel, perkembangan merupakan pengertian dimana terdapat
struktur yang terorganisasikan dan mempunyai fungs-fungsi tertentu, oleh karena
itu bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi maupun da;am
bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
Menurut
Schneirla, perkembangan adalah perubahan-perubahan progesif dalam organisasi
organisme, dan organisme inidilihat sebagai system fungsional dan adaptif
sepanjang hidupnya. Perubahan-perubahan progresif ini meliputi dua faktor yakni
kematangan dan pengalaman.
Spiker, mengemukakan dua macam pengertian yang harus dihubungkan
dengan perkembangan yaitu :
1.
Ortogenetik,
yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya individu yang baru dan
seterusnya sampai dewasa.
2.
Filogenetik,
yakni perkembangan dari asal usul manusia sampai sekarang ini.
Rumusan lain tentang arti perkembangan yang dikemukakan oleh
Libert, Paulus, dan Strauss, yaitu bahwa Perkembangan adalah proses perubahan
dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi
dengan lingkungan. Istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat
yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak. Perkembangan dapat
juga dilukiskan debagai suatu proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah
suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan,
kematangan, dan belajar.
DEFINISI KEPRIBADIAN
Sedangkan definisi dari kepribadian berdasarkan Kamus Besar Bahasa
yakni keadaan manusia sebagai perseorangan atau keseluruhan sifat-sifat yang
merupakan watak-watak seseorang.
Sedangkan
definisi menurut para psikolog sangat berbeda-beda penafsiran, diantaranya:
a.
W.
Stern, mendefinisikan Kepribadian (person lichkett) yaitu aktualisasi dari
realisasi dari hal-hal yang sejak semula telah terkandung dalam jiwa seseorang.
b.
G.W.
Leibniz, berpendapat bahwa Kepribadian adalah sesuatu yang berdiri sendiri,
tetapi juga sesuatu yang terbuka terhadap dunia sekitarnya.
c.
Gordon
W. Alport. Ia memberikan definisi Kepribadian sebagai berikut :
"Personality is the dynamic organization within the individual
of those psychophysical system that determine his unique adjustment to his
environment" (Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu
yang terdiri dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan cara penyesuaian
diri yang unik (khusus) dari individu tersebut terhadap lingkungannya).
Kalau
definisi tersebut dianalisis, maka kepribadian adalah: Merupakan suatu
organisasi dinamis, yaitu suatu kebutuhan organisasi atau sistem yang mengikat
atau mengaitkan berbagai macam aspek atau komponen kepribadian. Organisasi
tersebut dalam keadaan berproses selalu mengalami perubahan dan perkembangan.
Kepribadian
bukan sebagai bakat kodrati yang tidak
bisa diubah melainkan kepribadian dapat dibentuk oleh proses sosialisasi.
Kepribadian cenderung membuat psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku
sosial baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, berkehendak maupun bertindak
dalam perbuatan. Aspek-aspek mengenai psiko-fisik (rohani dan jasmani) antara
lain sifat-sifat, kebiasaan, sikap, tingkah laku, bentuk tubuh, ukuran, warna
kulit, dan sebagainya. Semuanya tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi
yang dimiliki seseorang.
Semua
aspek kepribadian, baik sifat-sifat maupun kebiasaan, sikap, tingkah laku,
bentuk tubuh, dan sebagainya, merupakan suatu sistem (totalitas) dalam
menentuakan cara yang khas dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap
lingkungan. Ini mengandung arti bahwa setiap orang memiliki cara yang khas atau
penampilan yang berbeda-beda dalam bertindak atau bereaksi terhadap
lingkungannya.
Dari
uraian tentang pengertian kepribadian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
kepribadian yaitu keseluruhan pola (bentuk) tingkah laku, sifa-sifat,
kebiasaan, kecakapan bentuk tubuh, serta unsur-unsur psiko-fisik lainnya yang
selalu menampakkan diri dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain dapat
dikatakan kepribadian yang mencakup semua aktualisasi dari (penampilan) yang
selalu tampak pada diri seseorang, merupakan bagian yang khas atau ciri dari
seseorang.
RUJUKAN
Abin
Syamsuddin, (2003), Psikologi Pendidikan , Bandung, Pt. Remaja Rosda Karya.
Etika
Individual Pola Dasar Filsafat Moral. Karangan Drs. H.Burhanuddin,Mm,
Penerbit Rineka Cipta Isbn :
979-518-761-9
Irwanto.
Psikologi Umum. Jakarta : Penerbit PT Prenhallindo.
Prayitno
Dan Erman Anti, (1995), Dasar-Dasar
Bimbingan Dan Konseling , Jakarta :
P2LPTK Depdikbud
Prayitno
(2003), Panduan Bimbingan Dan Konseling, Jakarta : Depdikbud Direktorat
Pendidikan Dasar
Partowisastro
Koestoer. Dinamika Dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta : Penerbit
Erlanga .
Sunarto,
Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Sujanto
Agus. 1927. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Aksara Baru.
Sobur
Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung :Pustaka Setia.
Soeitoe
Samuel. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Fakultas EkonomiUniversitas
Indonesia.
Sujanto
Agus. 1997. Psikologi kepribadian. Jakarta : Aksara Baru.
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق