السبت، أغسطس 5

PERKEMBANGAN KEPERIBADIAN ANAK USIA DINI



MORAL AGAMA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, SENTRAL IBADAH DALAM MENUNJUKKAN MORAL AGAMA, DAN PERKEMBANGAN KEPERIBADIAN ANAK USIA DINI

Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Universitas Islam Negeri (UIN)
Raden Intan Lampung

Abstrak
Anak merupakan investasi masa depan yang perlu distimulasi perkembangannya sejak usia dini. Sel-sel otak yang dimiliki anak sejak lahir tidak akan mampu berkembang secara optimal jika stimulus yang diberikan tidak tepat dan tidak mendukung perkembangannya. Salah satu kawasan yang perlu dikembangkan oleh “orang tua” dalam menstimulasi anak adalah penanaman nilai dan moral.
Di era globalisasi seperti sekarang ini tidak menutup kemungkinan anak akan dengan mudah mendapat informasi dari luar melalui media apapun. Yang penting diingat bahwa tidak semua informasi yang diperoleh anak dari luar merupakan informasi yang baik dan tepat untuk perkembangan anak. Seperti yang sering kita lihat sekarang ini di media masa sering diberitakan tentang perkelaihan, tawuran dan tindakan-tindakan lain yang tidak sesuai dengan nilaimoral yang ada. Kualitas watak anak sejak kecil akan mewarnai watak seseorang dikemudian hari. Anak yang dibesarkan dalam suasana yang curiga mencurigai misalnya, ketika dewasa akan mengalami kesulitan untuk mempercayai orang lain. Bila di masa kecilnya anak sering dipukuli, besar kemungkinan ketika besar akan menjadi pendendam. Demikian pula jika di masa kecil anak sering diejek, maka ketika dewasa akan sulit menghargai orang lain. Atas dasar pertimbangan hal di atas, maka bagi anak perlu dibekali pengetahuan tentang nilai moral yang baik. Dengan diberikannya pendidikan nilai dan moral sejak usia dini, diharapkan pada tahap perkembangan.
Selanjutnya anak akan mampu membedakan baik buruk, benar salah, sehinggaia dapat menerapkannya dalam kegidupan sehari-harinya. Anak-anak diharapkan akan lebih mudah menyaring perbuatan mana yang perlu diikuti danperbuatan mana yang harus dihindari. Pendidikan anak dilakukan pada tiga lingkungan pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkanbahwa orang tua berperan dalam pendidikan, anak akan menunjukkan prestasibelajar, diikuti dengan perbaikan sikap, stabilitas sosioemosional, kedisiplinan,serta antuk belajar samapai perguruan tinggi, bahkan setelah bekerja dan berumah tangga.

Kata Kunci : Moral, Agama, Anak Usia Dini
PENDAHULUAN
Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk manusia menjadi pribadi yang berguna bagi dirinya sendiri, orang lain dan Tuhan. Berbicara mengenai pendidikan tidak terlepas kaitannya dengan perkembangan moral. Karena, pendidikan bertujuan membentuk manusia yang memiliki moral. Dengan menghasilkan output manusia yang bermoral maka diharapkan kualitas sumber daya manusia dan peradaban suatu bangsa menjadi lebih tinggi.
Orang yang memiliki moral akan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang salah. Penentuan mana yang baik dan salah ini bukan karena hasil paksaan dari pihak luar, tetapi berasal dari kesadaran sebagai hasil ekstensinya sebagai manusia. Untuk menghasilkan pribadi yang memiliki moral yang baik, tidak bisa dilakukan dalam waktu sekejap. Tetapi harus melalui sebuah proses yang sangat panjang. Proses yang panjang inilah yang akan membentuk moral manusia melalui apa yang dilihat dan dirasakannya saat interaksi dengan dunia sekitar. Interaksi dengan dunia sekitar, akan membuat seseorang untuk mempelajari atau mengerti bagaimana seharusnya dan untuk apa adanya.
Anak yang baru lahir pada dasarnya belum memikiki moral (imoral). Menurut Hurlock, mengatakan bahwa bayi masih tergolong nonmoral yang berarti bahwa perilakunya tidak dibimbing norma-norma moral. Anak akan belajar kode moral dari orang-orang di sekitarnya (orang tua, teman, guru). Belajar berperilaku moral pada masa bayi merupakan suatu proses yang sangat lambat. Tetapi dasar-dasar kode moral ini ditanamkan pada masa bayi dan akan membimbing perilaku moral anak pada masa yang akan datang.
Pembentukan moral pada masa anak-anak sangat penting dilakukan mengingat pada masa ini (anak-anak) adalah masa emas (golden age) bagi seorang anak. Dimana perkembangan otaknya sangat pesat pada masa golden age ini. Oleh karena itu, penanaman konsep moral harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan oleh orang yang memiliki kompetensi dalam bidang atau setidaknya yang mnegrti dunia anak. Hal ini, sesuai dengan pendapat Charles H. Spurgeun sebagaimana yang dikutip oleh Igrea Siswanto dan Sri Lestari (2012), yang mengatakan “Seorang anak akan menjadi apa kelak tergantung dengan siapa saat ini ia mendapatkan”.

TUJUAN
1.      Dapat menjelaskan bagaimanakah sebenarnya moral agama pada anak usia dini
2.      Dapat mendeskripsikan peran dan fungsi moral agama dalam pendidikan anak usia dini.
3.      Dapat menjelaskan tempat atau wadah yang merupakan pusat ibadah dalam mengapresiasikan moral dalam beragama.

METODOLOGI
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru guna kepentingan pembelajaran. Dalam pelaksanaan tugas guru sangat jarang menggunakan satu metode, tetapi selalu memakai lebih dari satu metode karena karakteristik metode yang memilki kelebihan dan kekurangan menuntut guru untuk menggunakan metode yang bervariasi. Sebagai seorang guru tentu saja tidak boleh lengah bahwa ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam Proses Perkembangan Mausia

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Dalam UU No. 23 Tahun 2000 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujuak untuk anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar nak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut (Pasal 1 butir 14).
Pendidikan anak usia dini memerlukan perhatian yang sangat penting dari orang tua, ahli pendidikan, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan anak usia dini, khususnya Taman Kanak-Kanak telah diselenggarakan sejak lama, yaitu sejak awal kemerdekaan. Di sekolah ini anak-anak usia 4-5 tahun atau 6 tahun mendapat tempat untuk mengembangkan potensinya dalam berbagai bentuk kegiatan.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke beberapa arah berikut:
1.      Pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar)
2.      Kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual)

Sosioemosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasdi, yang disesuaikan dengan keuunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.[1]
PENDIDIKAN NILAI MORAL
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Purwodarminto dinyatakan bahwa nilai adalah harga, hal-hal yang berguna bagi manusia. Menurut I Wayan Koyan nilai adalah segala sesuatu yang berharga. Menurutnya ada dua nilai yaitu nilai ideal dan nilai aktual. Nilai ideal adalah nilai-nilai yang menjadi cita-cita setiap orang, sedangkan nilai aktual adalah nilai yang diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kohlberg mengklasifikasikan nilai menjadi dua, yaitu nilai obyektif dan nilai subyektif. Nilai obyektif atau nilai universal yaitu nilai yang bersifat instrinsik, yakni nilai hakiki yang berlaku sepanjang masa secara universal. Termasuk dalam nilai universal ini antara lain hakikat kebenaran, keindahan dan keadilan. Adapaun nilai subyektif yaitu nilai yang sudah memiliki warna, isi dan corak tertentu sesuai dengan waktu, tempat dan budaya kelompok masyarakat tertentu.
Menurut Richard Merill dalam I Wayan Koyan menyatakan bahwa nilai dalah patokan atau standar yang dapat membimbing seseorang atau kelompok ke arah ”satisfication, fulfillment, and meaning”.
Adapun pengertian moral berasal dari bahasa latin mores, dari suku kata mos yang artinya adat istiadat, kelakuan, watak, tabiat, akhlak.[2]
Dalam perkembangannya moral diartikan sebagai kebiasaan dalam bertingkah laku yang baik, yang susila. Dari pengertian itu dikatakan bahwa moral adalah berkenaan dengan kesusilaan. Seorang individu dapat dikatakan baik secara moral apabila bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah moral yang ada. Sebaliknya jika perilaku individu itu tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada, maka ia akan dikatakan jelek secara moral.
Pendidikan moral penting diberikan kepada anak sejak usia dini. Pendidikan moral bertujuan pada pembentukan sikap dan perilaku seseorang agar dapat bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah moral yang berlaku di lingkungan sosialnya. Oleh karena itu adanya pendidikan moral akan menentukan mudah tidaknya seseorang dapat diterima di dalam lingkungan sosialnya. Hal ini mengingat bahwa dalam berinteraksi dengan orang lain tidak hanya menuntut kecerdasan orang secara kognitif, akan tetapi diperlukan kecerdasan afektif dan psikomotor. Kecerdasan afektif dapat dikembangkan melalui pendidikan moral.
Adanya pendidikan moral bukanlah tanpa tujuan. Sasaran pendidikan moral adalah sebagai berikut:
1.      membina dan menanamkan nilai moral dan norma,
2.      meningkatkan dan memperluas tatanan nilai keyakinan seseorang atau kelompok,
3.      meningkatkan kualitas diri manusia, kelompok atau kehidupan,
4.      menangkal, memperkecil dan meniadakan hal-hal yang negatif,
5.      membina dan mengupayakan terlaksananya dunia yang diharapkan,
6.      melakukan klarifikasi nilai intrinsik dari suatu nilai moral dan norma dan kehidupan secara umum.
Dalam melaksanakan pendidikan moral untuk anak usia dini dapat melalui beberapa pendekatan seperti yang diungkapkan Dwi Siswoyo, dkk sebagai berikut: Adapun beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam penanaman nilai moral pada anak usia dini menurut Dwi Siswoyo dkk adalah indoktrinasi, klarifikasi nilai, teladan atau contoh, dan pembiasaan dalam perilaku. Faktor-faktor yang mempengaruhi moral dan agama
Anak dilahirkan tanpa moral (imoral) sikap moral untuk berperilaku sesuai nilai-nilai luhur dalam masyarakat belum dikenalnya. Intervensi terprogram melalui pendidikan, serta lingkungan sosial budaya, mempengaruhi perkembangan struktur kepribadian bermuatan moral. Ini dialami dalam keluarga bersama teman sebaya dan rekan-rekan sependidikan, kawan sekerja/kegiatan ditengah lingkungan.
1.      Perubahan dalam lingkungan
Perubahan dan kemajuan dalam berbagai bidang membawa pergeseran nilai moral serta sikap warga masyarakat ditengah perubahan dapat terjadi kemajuan/kemrosotan moral. Perbedaan perilaku moral individu sebagian adalah dampak pengalaman dan pelajaran dari lingkungan nilai masyarakatnya. Lingkungan memberi ganjaran dan hukuman. Ini memacu proses belajar dan perkembangan moral secara berkondisi.
2.      Struktur kepribadian.
Psikoanalisa (Freud) menggambarkan perkembangan kepribadian termasuk moral. Dimulai dengan sistem ID, selaku aspek biologis yang irasional dan tak disadari. Diikuti aspek psikologis yaitu subsistemego yang rasional dan sadar. Kemudian pembentukan superego sebagai aspek sosial yang berisi sistem nilai dan moral masyarakat. Ketiga subsistem kepribadian tersebut mempengaruhi perkembangan moral dan perilaku individu. Ketidakserasian antara subsistem kepribadian, berakibat seseorang sukar menyesuaikan diri, merasa tak puas dan cemas serta bersikap/berperilaku menyimpang. Sedang keserasian antara subsistem kepribadian dalam perkembangan moral akan berpuncak pada efektifnya kata hati (superego) menampilakan watak/perilaku bermoral seseorang.
1.      Ada sejumlah faktor penting yang mempengaruhi perkembangan moral anak Peran hati nurani atau kemampuan untuk mengetahui apa yang benar dan salah apabila anak dihadapkan pada situasi yang memerlukan pengambilan keputusan atas tindakan yang harus dilakukan.
2.      Peran rasa bersalah dan rasa malu apabila bersikap dan berperilaku tidak seperti yang diharapkan dan melanggar aturan.
3.      Peran interaksi sosial dalam memberik kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain.

SENTRAL IBADAH DALAM MENUNJUKKAN MORAL AGAMA
Sentra Imtaq (Keimanan dan Ketaqwaan) Pada sentra ini berisi berbagai kegiatan untuk menanamkan nilai-nilai  agama, keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sentra ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini dan membentuk pribadi yang cerdas berperilaku sesuai dengan norma-norma agama.

KEGIATAN DI SENTRA IMTAQ
Kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang sederhana dan menyenangkan bagi anak mengingat bahwa pengenalan dan pemahaman terhadap agama merupakan suatu konsep yang abstrak, perlu diterjemahkan menjadi aktivitas yang konkret bagi anak. Bahan-bahan yang disiapkan adalah berbagai bangunan ibadah berbentuk mini, alat-alat beribadah dan Al-Quran, buku-buku cerita, gambar-gambar dan alat permainan lain yang bernuansa agama.
Deskripsi Perkembangan Pembelajaran Agama di Sentra Iman dan taqwa Dilihat Dari Perencanaan Pembelajaran di Taman Kanak- kanak. Pembelajaran agama harus dikaitkan dengan perkembangan anak yang sesuai dengan realita atau kenyataan yang ada di kehidupan yang dihadapi oleh anak sehari-hari dan  pembelajaran agama ini menirupakan pembelajaran yang mana menghadirkan suasana alam ke dalam lingkungan pembelajaran. Artinya setiap pembelajaran yang dilakukan tidak lepas dari kehidupan sekitar anak baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Pembelajaran pada Anak Usia Dini tak lepas dari media yang digunakan. Media dalam komunikasi pembelajaran di Taman Kanak- kanak semakin  penting, artinya mengingat perkembangan anak, pada saat anak berada pada saat konkrit, yang artinya anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara nyata dan alamiah. Penggunaaan media dalam pembelajaran dapat membantu anak dalam memberikan  pengalaman bermakna bagi anak serta mempermudah anak dalam memahami sesuatu yang abstrak menjadi konkrit, dimana anak belajar dengan memanipulasi benda-benda konkrit.
Adapun media yang digunakan di Taman Kanak- kanak ini sudah memadai dan sesuai dengan perkembangan anak, selain itu juga didukung dengan adanya alat permainan edukatif yang menarik sehingga anak belajar dengan semangat seperti alat peraga edukatif tata cara shalat, alat peraga edukatif tata cara  berwudlu, serta poster Asmaul Husna. Selain itu, dengan tingginya kreatifitas guru, guru membuat sendiri media yang akan diajarkan kepada anak, seperti huruf-huruf hijaiyah, gambar alat komunikasi dan lainnya.
Sentra Dienul Islam dan kepala sekolah didapat hasilnya bahwa media yang digunakan disekolah sudah cukup memadai dan memiliki banyak sekali permainan khususnya di sentra Dienul Islam seperti kartu huruf hijiayah, alat peraga edukatif seperti tata cara berwudlu, tata cara shalat selain itu juga ada poster Asmaul Husna, berbagai macam kitab suci, balok. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media yang digunakan sudah memadai bahkan anak tertarik dalam belajar dengan adanya media serta strategi guru yang bervariasi dalam melaksanakan proses pembelajaran. Tanpa adanya media dalam pembelajaran kegaitan anak tidak akan dapat berlangsung sesuai dengan tema yang akan dilakukan pada hari itu. Deskripsi pembelajaran agama dilihat dari persiapan sebelum melakukan kegiatan di sentra Dienul Islam Taman Kanak- kanak. Oleh karena itu, sangat diperlukan strategi serta metode guru dalam mengkondisikan anak agar anak tidak bosan dalam melakukan kegiatan khususnya disentra Dienul Islam.Apabila ada anak yang masih belum bisa fokus dengan kegiatan apa yang akan dilakukan, maka guru  belum memulai kegiatan, guru masih memberikan berupa permainan yang membuat anak fokus untuk melajutkan kegiatan di sentra. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sangat diperlukan persiapan serta mengkondisikan anak terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan di sentra karena sebagaimana diketahui  bahwa anak susah sekali untuk fokus dengan apa yang dikerjakannya, namun karena strategi guru yang bervariasi anak lebih tertarik dan semangat sebelum melakukan kegiatan di sentra Dienul Islam.
Deskripsi pembelajaran agama dilihat dari sentra yang digunakan yaitu pada Sentra Iman dan taqwa (Dinnul Islam). Disentra Dienul Islam ini pembelajaran lebih difokuskan kepada pengenalan agama Islam kepada anak, seperti pengenalan huruf hijaiyah, hafalan Asmaul Husna dan ayat pendek, serta pengenalan bagaimana tata cara shalat, tata cara berwudlu, berpuasa, mengenal para nabi dan rasul serta nama-nama malaikat..Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan di sentra Dienul Islam berfokus  pada pengenalan tentang agama secara mendalam, yang tak lepas dari perkembangan anak, karena apabila guru tidak memperhatikan tingkat perkembangan anak dalam mengenalkan agama, maka anak akan merasa bingung dan tidak bisa memahami apa yang ia pelajari. Selain itu, sangat dibutuhkan strategi yang bervariasi untuk mengenalkan agama kepada anak, karena agama menirupakan pijakan awal anak untuk melangkah ke jenjang  berikutnya. Deskripsi pembelajaran agama dilihat dari recalling atau pengulangan setelah  bermain.
Agar tercapai tujuan dalam pembelajaran maka kegiatan disentra juga tidak lepas dari pijakan yang dilakukan oleh guru kepada anak, karena anak cenderung susah untuk fokus terhadap apa yang ia kerjakan. Menurut Noorlaila bahwa pada pijakan disaat sentra pendidik berkeliling di antar anak-anak yang sedang  bermain,[3] mencari contoh bagi yang belum bisa menggunakan alat main, memberi dukungan dengan pertanyaan positif yang ada kaitannya dengan pekerjaan yang dilakukan anak, memberi bantuan jika dibutuhkan, mencatat apa yang dilakukan anak baik jenis main dan tahapan perkembangannya, mengumpulkan hasil kerja anak dengan terlebih dahulu mencatat nama dan tanggal. Bila waktu tinggal 5 menit pendidik memberitahukan kepada anak untuk bersiap-siap menyelesaikan kegiatannya. Dari hasil penelitian, terlihat bahwa  pada saat bermain di sentra Dienul Islam guru mengawasi dan apabila ada anak yang merasa kesulitan dalam mengerjakan tugasnya guru membantu anak, kemudian guru mencatat anak yang melakukan kegiatan dengan benar dan melihat perkembangan anak.

PENGERTIAN PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Definisi dari perkembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu perubahan menjadi bertambah sempurna dalam hal pikiran atau akal, pengetahuan, dan lain sebagainya. Pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih baik atau sempurna dan tidak begitu saja dapat di ulang lagi. Perkembangan menunjuk ada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat di putar kembali.
Perkembangan juga berkaitan daengan belajar khususnya mengenai isi proses perkembangan, apa yang berkembang berkaitan dengan perilaku belajar. Dengan demikian perkembangan dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kea rah suatu organisasi pada tingkat intergrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pemasakan dan belajar. Suatu devinisi yang relevan yang dikemukakan oleh Monks sebagai berikut : Perkembangan psikologis merupakan suatu proses yang dinamis. Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan menentukan tingkah laku apa yang akan menjadi actual dan terwujud.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner sebagai berikut: Perkembangan sejalan dengan prinsip ortho genetic, bahwa perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan dimanadiferensiasi, artikulasi, dan integrasi, meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi itu diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak, bahawa dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
Pada anak prasekolah dan taman kanak-kanak tampak adanya diskontinuitas, sedang pada kelompok umur yang lebih tinggi sampai dengan mahasiswa menunjukkan kontinuitas. Menurut Nagel, perkembangan merupakan pengertian dimana terdapat struktur yang terorganisasikan dan mempunyai fungs-fungsi tertentu, oleh karena itu bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi maupun da;am bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
Menurut Schneirla, perkembangan adalah perubahan-perubahan progesif dalam organisasi organisme, dan organisme inidilihat sebagai system fungsional dan adaptif sepanjang hidupnya. Perubahan-perubahan progresif ini meliputi dua faktor yakni kematangan dan pengalaman.
Spiker, mengemukakan dua macam pengertian yang harus dihubungkan dengan perkembangan yaitu :
1.      Ortogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya individu yang baru dan seterusnya sampai dewasa.
2.      Filogenetik, yakni perkembangan dari asal usul manusia sampai sekarang ini.

Rumusan lain tentang arti perkembangan yang dikemukakan oleh Libert, Paulus, dan Strauss, yaitu bahwa Perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan. Istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak. Perkembangan dapat juga dilukiskan debagai suatu proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan, dan belajar.

DEFINISI KEPRIBADIAN
Sedangkan definisi dari kepribadian berdasarkan Kamus Besar Bahasa yakni keadaan manusia sebagai perseorangan atau keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak-watak seseorang.
Sedangkan definisi menurut para psikolog sangat berbeda-beda penafsiran, diantaranya:
a.       W. Stern, mendefinisikan Kepribadian (person lichkett) yaitu aktualisasi dari realisasi dari hal-hal yang sejak semula telah terkandung dalam jiwa seseorang.
b.      G.W. Leibniz, berpendapat bahwa Kepribadian adalah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi juga sesuatu yang terbuka terhadap dunia sekitarnya.
c.       Gordon W. Alport. Ia memberikan definisi Kepribadian sebagai berikut :
"Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system that determine his unique adjustment to his environment" (Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu yang terdiri dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan cara penyesuaian diri yang unik (khusus) dari individu tersebut terhadap lingkungannya).
Kalau definisi tersebut dianalisis, maka kepribadian adalah: Merupakan suatu organisasi dinamis, yaitu suatu kebutuhan organisasi atau sistem yang mengikat atau mengaitkan berbagai macam aspek atau komponen kepribadian. Organisasi tersebut dalam keadaan berproses selalu mengalami perubahan dan perkembangan.
Kepribadian bukan sebagai  bakat kodrati yang tidak bisa diubah melainkan kepribadian dapat dibentuk oleh proses sosialisasi. Kepribadian cenderung membuat psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku sosial baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, berkehendak maupun bertindak dalam perbuatan. Aspek-aspek mengenai psiko-fisik (rohani dan jasmani) antara lain sifat-sifat, kebiasaan, sikap, tingkah laku, bentuk tubuh, ukuran, warna kulit, dan sebagainya. Semuanya tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi yang dimiliki seseorang.
Semua aspek kepribadian, baik sifat-sifat maupun kebiasaan, sikap, tingkah laku, bentuk tubuh, dan sebagainya, merupakan suatu sistem (totalitas) dalam menentuakan cara yang khas dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Ini mengandung arti bahwa setiap orang memiliki cara yang khas atau penampilan yang berbeda-beda dalam bertindak atau bereaksi terhadap lingkungannya.
Dari uraian tentang pengertian kepribadian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kepribadian yaitu keseluruhan pola (bentuk) tingkah laku, sifa-sifat, kebiasaan, kecakapan bentuk tubuh, serta unsur-unsur psiko-fisik lainnya yang selalu menampakkan diri dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain dapat dikatakan kepribadian yang mencakup semua aktualisasi dari (penampilan) yang selalu tampak pada diri seseorang, merupakan bagian yang khas atau ciri dari seseorang.

RUJUKAN
Abin Syamsuddin, (2003), Psikologi Pendidikan , Bandung, Pt. Remaja Rosda Karya.
Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral. Karangan Drs. H.Burhanuddin,Mm,
Penerbit Rineka Cipta Isbn : 979-518-761-9
Irwanto. Psikologi Umum. Jakarta : Penerbit PT Prenhallindo.
Prayitno Dan Erman Anti, (1995), Dasar-Dasar  Bimbingan Dan Konseling , Jakarta :
P2LPTK Depdikbud
Prayitno (2003), Panduan Bimbingan Dan Konseling, Jakarta : Depdikbud Direktorat
Pendidikan Dasar
Partowisastro Koestoer. Dinamika Dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta : Penerbit
Erlanga .
Sunarto, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Sujanto Agus. 1927. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Aksara Baru.
Sobur Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung :Pustaka Setia.
Soeitoe Samuel. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Fakultas EkonomiUniversitas
Indonesia.
Sujanto Agus. 1997. Psikologi kepribadian. Jakarta : Aksara Baru.


[1] Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini (Jogjakarta: Diva Press,. 2009). Hal. 16
[2] Soenarjati. Metode Penelitian.( Jakarta: Ghalia Indonesia 1989).hal. 25
[3] Noorlaila, Panduan Lengkap Menagajar PAUD. Yogyakarta. Pinus Book Publisher. 2007.hal 71

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق